keterampilan kelompok dan sosial.
diinginkan. Mereka dituntut untuk mengembangkan keterampilan yang
ada untuk
mencapai tujuan
pembelajaran 2.
Kegiatan terstruktur
di mana setiap peserta didik
memainkan peran spesifik. Para peserta didik berkonsultasi dan
meng-organisasi usaha sendiri.
3. Guru
memantau, mendengarkan
dan ikut
campur tangan
dalam kegiatan
kelompok jika
perlu. Kegiatan kelompok dipantau oleh guru.
Jika muncul persoalan, pertanyaan itu dijawab oleh kelompok itu sendiri.
Guru hanya membimbing siswa ke arah solusi persoalan.
4. Peserta
didik diminta
mengirim kerja di akhir pelajaran untuk dievaluasi.
Peserta didik menyimpan rancangan kerja untuk pekerjaan lanjutan.
5. Peserta
didik menilai
kinerja individu
dan kelompok
dengan dibimbing oleh guru.
Peserta didik menilai kinerja individu dan kelompok tanpa dibimbing oleh
guru
Perbedaan kelompok belajar kooperatif dengan kelompok belajar tradisional dapat dilihat pada Tabel 2.4.
65
Tabel 2.4 Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dan Kelompok Belajar Tradisonal
Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar Konvensional
Adanya saling
ketergantungan positif, saling membantu, dan
saling memberikan motivasi Guru sering membiarkan adanya
peserta didik yang mendominasi kelompok atau menggantungkan
65
Khamim Thohari, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II pada Mata Pelajaran Matematika Konsep Transformasi, 2013, h. 13-14, http:bdksurabaya.kemenag.go.id.
sehingga ada interaksi promotif. diri pada kelompok.
Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi
pelajaran tiap anggota kelompok, dan kelompok diberi
umpan balik tentang hasil belajar para anggotanya sehingga dapat
saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa
yang dapat memberikan bantuan. Akuntabilitas
individual sering
diabaikan sehingga
tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang
anggota kelompok
sedangkan anggota kelompok lainnya hanya
mendompleng keberhasilan
pemborong.
Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis
kelamin, ras, etnik, dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui
siapa yang memerlukan bantuan dan
siapa yang
memberikan bantuan.
Kelompok belajar
biasanya homogen.
Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk
memberikan pengalaman
memimpin bagi
para anggota
kelompok Pemimpin
kelompok sering
ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan
untuk memilih
pemimpinnya dengan cara masing- masing.
Keterampilan sosial
yang diperlukan dalam kerja gotong-
royong seperti
kepemimpinan, kemampuan
berkomunikasi, mempercayai
orang lain,
dan mengelola konflik secara langsung
diajarkan. Keterampilan sosial sering tidak
secara langsung diajarkan.
Pada saat belajar kooperatif sedang Pemantauan melalui onservasi dan
berlangsung guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan
melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama antar
anggota kelompok. intervensi sering tidak dilakukan
oleh guru
pada saat
belajar kelompok sedang berlangsung.
Guru memperhatikan secara proses kelompok
yang terjadi
dalam kelompok - kelompok belajar.
Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi
dalam kelompok-kelompok belajar. Penekanan
tidak hanya
pada penyelesaian tugas tetapi juga
hubungan interpersonal hubungan antar
pribadi yang
saling menghargai
Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas.
Perbandingan tiga model pembelajaran yaitu kompetitif, individualistik, dan kooperatif dapat diamati pada Tabel 2.5.
66
Tabel 2.5 Perbandingan Model Pembelajaran Kompetitif, Individualistik, dan Kooperatif
KOMPETITIF “I Swim, You Sink; I Sink, You Swim”
Aku Berenang, Kamu Tenggelam; Aku Tenggelam, Kamu Berenang Individu-individu bekerja untuk melawan individu-individu yang lain
untuk mencapai tujuan yang hanya bisa dicapai oleh satu individu. a
Bekerja sendiri b
Berusaha menjadi yang lebih baik daripada teman-temannya c
Apa yang menguntungkan bagi diri sendiri harus “merugikan” bagi yang lain
d Penghargaan sangat terbatas
e Dirangking dari “yang terbaik” hingga “yang terburuk”
66
Miftahul Huda, op. cit., h. 75-76.
INDIVIDUALISTIK “We Are Each in This Alone”
Kita Semua Bekerja Sendiri Individu-individu bekerja sendiri untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang tidak berhubungan dengan atau berpengaruh terhadap tujuan individu-individu yang lain.
a Bekerja sendiri
b Berupaya untuk keberhasilan sendiri
c Apa yang menguntungkan bagi diri sendiri tidak berpengaruh pada
orang lain d
Merayakan kesuksesan sendiri e
Penghargaan dipandang sebagai sesuatu yang tak terbatas f
Dievaluasi dengan membandingkan peforma satu sama lain KOOPERATIF
“We Sink or Swim Together” Kita Tenggelam atau Berenang Bersama
Individu-individu bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Mereka juga memaksimalkan pembelajaran dirinya dan rekan-rekannya.
a Bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen
b Mengupayakan keberhasilan kerja teman-teman satu kelompok
c Apapun yang bermanfaat bagi diri sendiri harus bermanfaat bagi yang
lain d
Keberhasilan bersama dirayakan bersama e
Penghargaan dipandang sebagai sesuatu yang tak terbatas f
Dievaluasi dengan membandingkan performa satu sama lain.
B. Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bedrianti Ibrahim dengan judul Penerapan Model Kelompok Belajar Kooperatif dalam Meningkatkan Pemerataan
Partisipasi Mahasiswa menyimpulkan bahwa mahasiswa dalam pembelajaran sudah berpartisipasi aktif menampaikan pendapatnya walaupun masih ada
sebagian kecil yang kurang percaya diri dalam menyampaikan pendapatnya. Mahasiswa juga memperoleh kesempatan yang sama untuk mengembangkan
potensi berpikirnya sehingga potensi berpikir mahasiswa tersebut berkembang.
67
Hasil penelitian David W. Johnson dan Roger T. Johnson dengan judul Cooperative Learning Methods
– A Meta Analysis menunjukkan bahwa Pembelajaran kooperatif dapat dirangking berdasarkan besarnya pengaruhnya
terhadap prestasi dan dengan jumlah perbandingan yang tersedia. Ketika dampak dari pembelajaran kooperatif dibandingkan dengan pembelajaran kompetitif,
Group Investigation memiliki efek terbesar, diikuti oleh Belajar Bersama Learning Together, Kontroversi Konstruktif, STAD, Jigsaw, TAI, CIRC, dan
akhirnya TGT. Ketika dampak dari pembelajaran kooperatif dibandingkan dengan pembelajaran individualistik, Belajar Bersama memiliki efek terbesar, diikuti oleh
Kontroversi Konstruktif, Group Investigation, STAD, TAI, CIRC, Jigsaw, dan TGT.
68
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Effandi Zakaria dan Zanaton Iksan dengan judul Promoting Cooperative Learning in Science and Mathematics
Education: A Malaysian Perspective menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif mempengaruhi prestasi peserta didik dan keterampilan pemecahan masalah.
Ditemukan juga bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan keterampilan ilmiah, mempromosikan pembelajaran inquiri dan meningkatkan prestasi ilmu.
Peserta didik juga menikmati pembelajaran dengan menggunakan kelompok.
69
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Anthony J. Onwuegbuzie dan Denise A. Daros-Voseles dengan judul The Role of Cooperative Learning in Research
Methodology Courses: A Mixed-Methods Analysis menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif secara berkelompok menyediakan forum untuk
67
Bedriati Ibrahim, Penerapan Model Kelompok Belajar Kooperatif dalam Meningkatkan Pemerataan Partisipasi Mahasiswa, Jurnal Ichsan Gorontalo, 3, 2008-2009, h, 2075.
68
David W. Johnson dan Roger T. Johnson, op. cit., h. 9.
69
Effandi Zakaria dan Zanaton Iksan, Promoting Cooperative Learning in Science and Mathematics Education: A Malaysian Perspective. Eurasian Journal of Mathematics, Science
Technology Education. 3, 2007, 37.
menggunakan keterampilan sosial seperti komunikasi yang efektif, membangun dan memelihara kepercayaan, serta menyelesaikan konflik.
70
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nor Azizah Salleh, Siti Rahayah Ariffin dan Musa Daia dengan judul Penerapan Nilai Murni Melalui
Pembelajaran-Kooperatif dalam Sains menunjukkan secara keseluruhannya penerapan kesemua nilai murni bekerjasama, berdikari, kasih sayang, kebersihan
mental, kebersihan fizikal, kejujuran, kerajinan dan rasional lebih tinggi di kelas yang menggunakan pembelajaran kooperatif dibandingkan dengan kelas yang
menggunakan pembelajaran secara tradisional.
71
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yustini Yusuf dan Mariani Natalia dengan judul Upaya Peningkatan Hasil Belajar Biologi melalui
Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan Struktur di kelas I
7
SLTP Negeri 20 Pekanbaru menunjukkan bahwa pembelajara kooperatif dengan pendekatan
struktural dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik, meningkatkan ketuntasan belajar peserta didik, meningkatkan nilai pengembangan dan
penghargaan kelompok peserta didik serta peningkatan aktifitas guru dan peserta didik ke arah yang lebih baik.
72
Berdasarkan penelitian sebelumnya, pembelajaran kooperatif menunjukkan efektivitas yang tinggi baik dari segi keaktifan maupun dari hasil belajar peserta
didik.
C. Kerangka Berpikir
Menurut UNESCO, pendidikan dibangun atas empat pilar yaitu belajar untuk mengetahui learning to know, belajar untuk melakukan learning to do,
belajar untuk menjadi diri sendiri learning to be, dan belajar untuk kebersamaan learning to live together. Keempat pilar tersebut merupakan pedoman yang
70
Anthony J. Onwuegbuzie dan Denise A. Daros-Voseles, The Role of Cooperative Learning in Research Methodology Courses: A Mixed-Methods Analysis, Research in The
Schools, 8, 2001, h. 62.
71
Nor Azizah Salleh, Siti Rahayah Ariffin, dan Musa Daia, Penerapan Nilai Murni melalui Pembelajaran-Kooperatif dalam Sains, Jurnal Pendidikan, 27, 2001, h. 55.
72
Yustini Yusuf dan Mariani Natalina, Upaya Peningkatan Belajar Biologi melalui Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan Struktur di Kelas 1 SLTP Negeri 20 Pekanbaru,
Jurnal Biogenesis, 2, 2005, h. 11-12.
digunakan dalam pembelajaran Sains. Untuk menumbuhkan kerjasama antar individu yang beragam dalam kelas, Vygotsky menyarankan pembelajaran dalam
setting kooperatif. Pembelajaran kooperatif dapat menjadi solusi dalam mewujudkan keempat
pilar di dalam pendidikan. Pembelajaran kooperatif yang termasuk ke dalam pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan di PAIKEM.
Biologi lebih menekankan kegiatan belajar mengajar, mengembangkan konsep serta keterampilan proses siswa dengan berbagai metode mengajar yang
sesuai dengan bahan kajian yang diajarkan. Mengingat biologi menekankan pada keterampilan proses, maka dibutuhkan metode mengajar yang tepat untuk
meningkatkan keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Kenyataan didalam praktek pembelajaran sains di sekolah masih enggan meninggalkan
model pembelajaran langsung. Di sekolah, guru masih tetap merupakan sumber belajar yang paling dominan. Proses pembelajaran sebagian besar masih berpusat
pada kegiatan mendengar dan menghafalkan, belum diarahkan pada kegiatan belajar secara aktif, dimana siswa membangun sendiri pengetahuannya. Salah satu
kendala yang dialami guru dalam penerapan pembelajaran kooperatif adalah guru tidak memiliki keakraban dengan metode pembelajaran kooperatif. Rendahnya
pengetahuan guru mengenai pembelajaran kooperatif dan metode-metode pembelajaran kooperatif menyebabkan guru kurang variatif dalam menentukan
metode pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Agar pembelajaran kooperatif dapat berjalan dengan optimal diperlukan
perencanaan pembelajaran kooperatif. Perencanaan yang baik akan menghasilkan proses pembelajaran yang lebih terstruktur dalam mencapai tujuan pembelajaran
yang diharapkan. Namun kenyataannya, kualitas RPP yang dibuat masih cukup rendah.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif terdiri dari dua tahap yaitu tahap persiapan dan tahap pembelajaran. Langkah-langkah tahap persiapan menurut
Slavin antara lain: materi pembelajaran, menetapkan siswa dalam kelompok, menentukan skor awal, menyiapkan pembelajaran prestasi pelajaran. Sedangkan
langkah-langkah tahap pembelajaran menurut Arends antara lain guru