Prinsip-Prinsip Dasar Pembelajaran Kooperatif yang Dominan Dilakukan

untuk menyelesaikan permasalahan, aktif bertanya, memberikan sanggahan jika ada pendapat yang kurang sesuai, dan menyamakan pendapat untuk memperoleh kesepakatan dalam memecahkan permasalahan. Pelaksanaan pembelajaran kolaboratif di MAN Jakarta Selatan menurut persepsi siswa dapat diamati pada Gambar 4.10. Gambar 4.10 Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kolaboratif dan Kelompok Belajar Tradisional yang Dominan Dilakukan Siswa di MAN Jakarta Selatan. Indikator-indikator prinsip-prinsip pembelajaran kolaboratif antara lain: Indikator pertama saling ketergantungan positif, indikator kedua terjadi interaksi langsung dengan siswa, indikator ketiga pertanggung jawaban individu jelas, indikator keempat keterampilan berinteraksi antar individu dan kelompok akan terbangun, indikator kelima terjadi keefektifan proses belajar kelompok, dan indikator keenam kerjasama antara lembaga pendidikan dengan industri atau lembaga lainnya. Sedangkan Indikator-indikator prinsip-prinsip pembelajaran kelompok belajar tradisional pada antara lain: indikator pertama akuntabilitas individual sering diabaikan, indikator kedua kelompok belajar biasanya homogen, indikator ketiga pemimpin kelompok ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih sendiri, dan indikator keempat penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas. Indikator 1, 3.31 Indikator 2, 3.31 Indikator 3; 2,93 Indikator 4; 2,79 Indikator 5, 2.44 Indikator 6, 1.71 1.00 2.00 3.00 4.00 Tidak Pernah Pembelajaran Kolaboratif Selalu Indikator 1, 2.31 Indikator 2, 1.97 Indikator 3; 2,45 Indikator 4; 1,84 1.00 2.00 3.00 4.00 Tidak Pernah Pembelajaran Kelompok Belajar Tradisional Selalu Indikator 1 dan indikator 2 saling ketergantungan positif dan terjadi interaksi langsung dengan siswa merupakan indikator dalam pembelajaran kolaboratif yang memperoleh nilai rata-rata tertinggi yaitu masing-masing sebesar 3,31. Dalam indikator saling ketergatungan positif siswa merasa membutuhkan anggota kelompok untuk meningkatkan pemahaman. Sedangkan bentuk interaksi langsung dengan siswa adalah saling bertukar pendapat untuk memperoleh jawaban terhadap permasalahan. Indikator yang memperoleh nilai rata-rata terendah adalah indikator 6 yaitu kerjasama antara lembaga pendidikan dengan industri atau lembaga lainnya dengan nilai rata-rata 1,71. Kegiatan dalam indikator 6 antara lain siswa mengunjungi industri atau lembaga lainnya dalam kegiatan pembelajaran secara berkelompok, siswa mendapatkan tugas individu ketika mengunjungi industri, siswa secara berkelompok berdiskusi untuk menyelesaikan tugas dalam kunjungan ke industri, siswa mengumpulkan tugas kunjungan ke industri secara individu kepada guru. Berdasarkan Gambar 4.10, indikator kelompok belajar tradisional yang memperoleh nilai rata-rata tertinggi adalah indikator 3 yaitu pemimpin kelompok ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih sendiri dengan nilai rata-rata 2,45. Sedangkan indikator 4 yaitu penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas memperoleh nilai rata-rata terendah sebesar 1,84. Kegiatan pada indikator 4 adalah keaktifan siswa dalam kelompok kurang dinilai guru.

2. RPP

Observasi RPP bertujuan untuk mendata intensitas penerapan pembelajaran kooperatif di kelas serta untuk mendata aktivitas yang dominan dilakukan guru pada tahap pembelajaran penerapan pembelajaran kooperatif. Persentase penggunaan pembelajaran kooperatif di MAN Jakarta Selatan dapat diamati pada Tabel. 4.11. Gambar 4.11 Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif, Kolaboratif, dan Kelompok Belajar Tradisional di dalam RPP MAN di Jakarta Selatan Model Pembelajaran yang paling sering digunakan oleh guru di MAN Jakarta Selatan pada bab Hereditas adalah model pembelajaran kooperatif dengan persentase 67 dan termasuk kategori cukup. Model pembelajaran yang paling jarang diterapkan oleh guru biologi pada bab Hereditas adalah pembelajaran kolaboratif dengan persentase 0 dan termasuk kategori sangat kurang. Sedangkan pembelajaran kelompok belajar tradisional memperoleh persentase 33 dan termasuk kategori sangat kurang. Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif, Kolaboratif, dan Kelompok Belajar Tradisional di dalam RPP MAN A, MAN B, dan MAN C dapat diamati pada Gambar 4.12. Gambar 4.12 Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif, Kolaboratif, dan Kelompok Belajar Tradisional di dalam RPP MAN A, MAN B, dan MAN C. Penerapan pembelajaran kooperatif pada bab Hereditas di MAN A termasuk kategori sangat kurang, di MAN B termasuk kategori baik sedangkan di MAN C termasuk kategori sangat baik. 67 33 Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran Kolaboratif Kelompok Belajar Tradisional 25 75 100 75 25 20 40 60 80 100 120 MAN A MAN B MAN C Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran Kolaboratif Kelompok Belajar Tradisional MAN A menerapkan pembelajaran kooperatif dalam materi konsep hereditas dengan menggunakan metode group investigation. MAN B menerapkan metode listening team pada materi hereditas, dan metode group investigation pada materi interaksi gen kriptomeri, epistasis-hipostasis, dan polimeri, tautan seks, hereditas pada manusia cacat dan penyakit bawaan dan golongan darah. MAN C menerapkan pembelajaran kooperatif dengan menggunakan metode group investigation pada materi konsep hereditas, hukum Mendel, pola penyimpangan semu hukum Mendel, dan mekanisme pewarisan sifat. Metode pembelajaran kelompok belajar tradisional pada MAN A dan MAN B adalah diskusi dan kajian pustaka. Peneliti tidak menemukan pembelajaran kolaboratif di dalam RPP di MAN A, MAN B, dan di MAN C. Persentase Enam langkah utama dalam pembelajara kooperatif menurut Arends antara lain: guru menyampaikan tujuan-tujuan dari pelajaran, guru memotivasi siswa untuk belajar. Guru kemudian menyampaikan materi pelajaran. Selanjutnya peserta didik dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok. Peserta didik bekerja bersama-sama menyelesaikan tugas atau LKS di bawah bimbingan guru. Langkah terakhir adalah penyajian dari produk akhir kelompok atau mengetes mengevaluasi materi yang dipelajari peserta didik. 2 Aktivitas yang dominan di lakukan oleh guru di dalam RPP adalah langkah menyampaikan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa, menyampaikan materi, pengelompokkan siswa, dan menyelesaikan tugas LKS dengan persentase masing-masing 100. Sedangkan langkah terakhir berupa penyajian dari produk akhir kelompok atau mengetes mengevaluasi materi yang dipelajari peserta didik memperoleh persentase terendah yaitu 67.

3. Observasi

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di MAN A, MAN B, dan MAN C. MAN A menerapkan metode ceramah dan kelompok belajar tradisional berupa diskusi kelompok. Guru di MAN A menerapkan metode mengajar ceramah pada 2 Sri Sulastri, Model Pembelajaran Kooperatif, Jurnal Kependidikan, 2012, h. 24-25, http:jurnal.pdii.lipi.go.id. jam pelajaran pertama ketika observasi. Pada jam pelajaran kedua, guru mengelompokkan siswa ke dalam kelompok sesuai dengan posisi duduk siswa. Sehingga pengelompokkan siswa kurang heterogen. Satu kelompok terdiri dari 4 siswa. Guru memberikan LKS kepada setiap kelompok. Siswa mengerjakan LKS bersama anggota kelompoknya. Tugas LKS menjadi PR untuk setiap kelompok mengingat waktu kegiatan belajar mengajar sudah selesai. MAN B menerapkan pembelajaran kooperatif berupa listening team ketika observasi. Penerapan pembelajaran secara berkelompok dimulai dari jam pertama. Kelompok yang persenstasi menyampaikan materi dengan menggunakan power point di depan kelas. Kelompok lainnya ada yang berperan sebagai kelompok penannya dan kelompok penjawab. Kelompok penanya bertugas memberikan pertanyaan kepada kelompok yang persentasi berkaitan materi yang disampaikan. Sedangkan kelompok penjawab bertugas menjawab pertanyaan yang disampaikan kelompok penannya. MAN C menerapkan metode pembelajaran ceramah tanpa adanya pembelajaran menggunakan kelompok. Materi yang disampaikan adalah kelainan pada materi genetik seperti hemofili dan buta warna. Guru menyampaikan materi dengan menggunakan papan tulis tanpa menggunakan proyektor. Guru menjelaskan mengenai persilangan bagi penderita hemofili dan buta warna. Guru menuliskan soal di papan tulis dan memanggil siswa untuk menyelesaikannya di papan tulis.

4. Wawancara

Berdasarkan wawancara dengan guru di MAN A. Dalam pertemuan- pertemuan sebelumnya guru sering menerapkan pembelajaran dengan menggunakan kelompok, salah satunya dalam persilangan monohibrid dengan menggunakan kancing hereditas. Guru juga menunjukkan bahwa banyak produk yang siswa buat dalam kelompok seperti membuat struktur DNA yang double helix dan kliping tentang pembelahan sel. MAN B juga sering menerapkan pembelajaran dengan menggunakan kelompok. Kelompok ditentukan oleh guru dengan cara setiap siswa menghitung