Episode Kemunculan Tokoh METODOLOGI PENELITIAN

mendidik akhlak anak karena di dalamnya terkandung pesan-pesan yang menuntun manusia ke jalan yang benar. Sudah seharusnya bagi orang tua dan guru untuk memberdayakan potensi yang sangat besar yang sudah disediakan Al- Qur’an ini dengan menjadikannya sebagai metode pembelajaran. Agus DS, seorang pendongeng profesional dalam bukunya, “Mendongeng Bareng Kak Agus DS, Yuk...” menuliskan bagan bagaimana merancang sebuah cerita sederhana. 36 Dalam bercerita hendaknya kalimat-kalimatnya dibuat singkat, sehingga memudahan pembaca atau pendengar untuk memahami rangkaian peristiwa dalam cerita, tidak bertele-tele. Jika bahasa dalam cerita untuk anak-anak maka dalam penyampaiannya haru disederhanakan. Rasulullah SAW tidak pernah berbelit- belit saat berbicara dengan anak-anak, beliau selalu langsung menuju pokok pernasalahan, tanpa basa-basi yang membingungkan. Hal tersebut sesuai dengan karakter jiwa anak yang membutuhkan kata-kata yang singkat namun bermakna, 36 Agus DS, Mendongeng Bareng Kak Agus DS, Yuk..., Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2012, h. 98. Mengerti akan estetika kriteria-kriteria membuat cerita Buat pendahuluan cerita yang singkat Isi cerita cerita lengkap Gambar dan warna yang jelas untuk buku Dengan bahasa dan kalimat yang jelas Pesan moral di akhir cerita penutup karena kalimat yang terlalu berbelit-belit dapat membosankan, sehingga anak tidak dapat menerima pesan kita dengan baik. 37 Berbeda dengan cerita untuk orang dewasa, gaya bahasa konotatif dan majaz lebih baik dari gaya denotatif dan lugas. Penyampaian cerita dengan menggunakan gaya bahasa yang tepat akan membuat pendengarnya tergugah emosinya, dan seolah-olah larut dalam cerita. Terkadang diperlukan pengulangan kata untuk mendapatkan kesan yang lebih kuat pada jiwa pendengar jika memang hal tersebut dibutuhkan dan sesuai dengan konteks cerita. 38 Uraian kaidah ini menjadi penting karena dengan mengetahuinya, selain mendapatkan pelajaran dari kandungan cerita-cerita yang diceritakan Al-Qur’an, juga akan mengetahui cara terbaik dalam menyampaikan pelajaran melalui penguraian cerita. Suatu cerita yang disampaikan dengan metode sebagaimana yang ditempuh Al-Qur’an akan menimbulkan kesan mendalam bagi para pembaca dan pendengarnya. Sebaliknya jika suatu cerita disampaikan dengan cara lain, akan sangat sulit memberikan perincian-perincian pesan yang hendak disampaikan dalam cerita tersebut. Itu seperti mengemukakan cerita panjang tanpa terlebih dahulu memberikan ringkasan ceritanya. 37 Muhammad Nur Abdul Hafizh, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, Bandung: Penerbit Al-Bayan, 1997, h. 306. 38 Abdul Aziz Abdul Majid, Mendidik dengan Cerita, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2002, h. 26.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil kajian yang dilakukan penulis mengenai karakteristik metode pembelajaran cerita dalam Al-Qur’an surat Al-Qashash ayat 76-81, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Cerita di dalam Al-Qur’an berbeda dengan cerita pada karya sastra pada umumnya. Baik dari segi materi maupun isi. Hal ini dikarenakan tujuan bercerita dari Al-Qur’an ialah sebagai media pembelajaran agama, bukan sebagai hiburan semata seperti cerita sastra. 2. Cerita di dalam Al-Qur’an menekankan kepada kebenaran dan mengandung hikmah atau pesan di setiap ceritanya. Semua cerita yang terkandung di dalamnya adalah fakta rill, bukan dongeng yang palsu dan dibuat-buat. 3. Akibat dari berbedanya tujuan antara cerita Al-Qur’an dengan cerita sastra, maka gaya bercerita Al-Qur’an pun berbeda dengan sastra. Salah satunya ialah unsur cerita yang terdapat dalam cerita Al-Qur’an hanya tiga, yakni peristiwa, pelaku, dan percakapan. Sedangkan unsur waktu dan tempat terkadang muncul, tergantung berkaitan atau tidak dengan tujuan cerita tersebut. 4. Pada intinya ciri khas Al-Qur’an dalam bercerita ialah tidak bertele-tele, singkat tetapi jelas dan mengena. Selalu mengandung hikmah dari setiap cerita yang diceritakan. Menggunakan gaya dan bahasa yang mampu menggugah hati pembacanya. Jika dirasa perlu, mengulang cerita yang sudah pernah disebutkan tetapi dengan gaya yang berbeda, disesuaikan dengan konteks ayat dan kondisi pada saat diturunkan. 5. Sampai kapan pun manusia tidak akan bisa menandingi kemukjizatan Al- Qur’an. Baik dari segi keindahan maupun isi.