Nama yang Diberikan Masyarakat Kepada Hasil Tertentu

ini menjadi pelajaran bagi umat manusia agar tidak berlaku sombong sebagaimana Qarun. Unsur peristiwa dalam cerita Qarun termasuk dominan, karena pada cerita tersebut Al-Qur’an bermaksud untuk mengancam atau menanamkan rasa takut, seperti cerita kaum ‘Ad dalam surat Al-Qamar sebagai berikut:                              Kaum Aad pun mendustakanKu. Maka bagaimana siksaKu dan ancaman- ancamanKu. Sesungguhnya Kami telah mengirimkan kepada mereka angin dingin yang menderu-deru pada hari celaka yang terus menerus. Ia mencabut manusia seakan-akan mereka adalah akar pohon korma yang tercabut. Maka bagaimana siksaKu dan ancaman-ancaman-Ku.Al-Qamar: 18-21 Jika diperhatikan isi cerita tersebut, maka akan terlihat bahwa Al-Qur’an tidak menyebutkan perincian, seperti keadaan kaum ‘Ad sebelum mendustakan Tuhan dan bagaimana keadaan rumah-rumah mereka. Sampai masalah pengutusan Nabi Hud dan dialog yang terjadi antara kaum ‘Ad dengan Hud juga tidak disebutkan. Tetapi Al-Qur’an dengan cepat menceritakan tentang siksa yang ditimpakan kepada mereka dengan memakai gambaran seram yang menakutkan; yaitu angin dingin yang menderu-deru, celaka yang terus menerus. Demikian kuatnya angin yang mencabut dan menerbangkan mereka, sehingga seolah-olah mereka itu pohon yang tidak berakar. Cara demikian ditempuh Al-Qur’an, hanya dan semata-mata karena Al- Qur’an bermaksud menanamkan rasa takut terhadap siksa pada diri orang-orang yang hidup pada masa Nabi Muhammad. Diharapkan rasa takut tumbuh kuat dalam jiwa mereka, sehingga gambaran di ataslah yang dipilih, dengan diawali dan diakhiri pertanyaan yang menusuk hati dan retorik, yaitu: Coba lihat bagaimana siksaKu dan ancaman-ancamanKu. Dari sini dapat dilihat bahwa Al- Qur’an hanya memilih bahan-bahan cerita yang dapat mewujudkan tujuannya.