Teknik Penulisan METODOLOGI PENELITIAN

Ayat 79-80                                        Maka keluarlah ia kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkata mereka yang menghendaki kehidupan dunia: Moga-moga kiranya kita memiliki seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai bagian yang besar. Dan berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: Kebinasaan bagi kamu. Pahala Allah adalah jauh lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Dan tidak diperolehnya kecuali oleh orang- orang yang sabar. Nasihat yang disampaikan kepada Qarun tidak digubrisnya. Bahkan tidak lama setelah dinasihati keangkuhannya lebih menjadi-jadi. Maka keluarlah ia kepada kaumnya, yakni khalayak ramai dalam kemegahannya. Diceritakan bahwa ia keluar pada kaumnya dengan mengenakan perhiasannya dan membanggakan diri terhadap masyarakat. Pamer kekayaan ini telah membuat orang yang menghendaki kehidupan dunia memiliki seperti apa yang diberikan kepada Qarun. Mereka menganggap Qarun mempunyai bagian yang besar dari keberuntungan dan kenikmatan duniawi. Sedangkan orang yang berilmu menganggap aneh apa yang diharapkan oleh mereka yang ingin seperti Qarun. Hal ini dikarenakan mereka yakin pahala yang disediakan Allah itu jauh lebih baik dari yang dimiliki Qarun. 4 4 Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Semarang: PT Karya Toha Putra, 1993, h. 174-175. Ayat 81                   Maka Kami benamkanlah ia beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap siksa Allah, dan tiada pula ia termasuk orang-orang yang mampu membela dirinya. Kemudian ayat terakhir menjelaskan karena kedurhakaan Qarun itu Kami benamkanlah ia yakni dilongsorkan tanah sehingga ia terbenam beserta rumahnya serta seluruh kekayaan dan perhiasannya ke dalam perut bumi. Maka tidak ada baginya suatu golongan pun yang dapat menolong terhadap siksa Allah, dan tiada pula ia termasuk orang-orang yang mampu membela dirinya. Jatuhnya siksa Allah atas diri dan harta benda Qarun mengingatkan semua pihak bahwa kebahagiaan ukhrawi tidak mungkin dapat diraih oleh orang-orang yang angkuh. Bukanlah karena ketaatan atau kekufuran yang menjadi penyebab sempit atau luasnya rezeki. Tetapi karena adanya sunnatullah yang ditetapkan- Nya di luar itu semua. 5

B. Berbeda dengan Cerita Sastra

Di bawah ini akan disebutkan 9 ciri umum karya sastra menurut Dr. Wahyudi Siswanto, dan perbandingannya dengan cerita Al-Qur’an.

1. Ada Niat dari Pengarangnya Untuk Menciptakan Karya Sastra

Sebuah karya sastra dapat dikatakan sebagai karya bila ada niat dari sastrawan untuk menciptakan karya sastra. Ini berarti jika yang membuat tidak berniatan menjadikan karyanya sebagai karya sastra, maka yang dibuatnya pun bukan sebuah karya sastra. 6 Allah jelas tidak berniat menjadikan Al-Qur’an hanya sebagai karya sastra. Lebih dari itu, Al-Qur’an diturunkan sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa Al-Baqarah: 2. 5 Shihab. Op. cit, h. 413-415. 6 Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, Jakarta: PT Grasindo, 2008, h.72.