BAB EMPAT PULUH SEMBILAN JASON
BAB EMPAT PULUH SEMBILAN JASON
SESUDAH PERTARUNGAN DI GUNUNG DIABLO, Jason tak mengira dirinya bisa merasa lebih takut atau putus asa. Sekarang kakaknya membeku di kakinya. Dia dikepung oleh monster. Pedang emasnya patah dan digantikan dengan sepotong kayu. Dia punya waktu lima menit pas sebelum raja raksasa menyembul keluar dan membinasakan mereka. Jason sudah mengeluarkan kartu asnya, memanggil petir Zeus ketika dia bertarung melawan Enceladus, dan dia ragu dirinya masih memiliki kekuatan atau Olympus mau bekerja sama untuk melakukan itu lagi. Artinya, satu-satunya aset Jason adalah dewi rewel yang sedang terpenjara, semacam pacar tidak resmi yang membawa belati, dan Leo, yang rupanya mengira dia dapat mengalahkan pasukan kegelapan dengan permen penyegar napas rasa mint. Celakanya, kenangan terburuk Jason mendadak bermunculan, membanjiri benaknya. Jason tahu pasti dia pernah melakukan banyak hal berbahaya sepanjang hidupnya, tapi dia tak pernah begitu dekat dengan maut seperti saat ini. 526 JASON Musuh mereka cantik. Khione tersenyum, mata gelapnya berkilauan saat belati es tumbuh di tangannya. "Apa yang sudah kaulakukan?" tuntut Jason. "Oh, banyak sekali," kata sang Dewi Salju dengan nada manja. "Saudarimu belum mati, kalau itu maksudmu. Dia dan para Pemburunya akan menjadi mainan bagus bagi para serigala. Kurasa akan kami cairkan mereka satu-satu dan buru mereka untuk hiburan. Biarkan mereka yang gantian jadi mangsa." Para serigala menggeram penuh apresiasi. "Ya, Sayang." Khione melekatkan tatapan matanya pada Jason. "Saudarimu hampir membunuh raja mereka, kautahu. Lycaon sedang berada dalam gua di suatu tempat, tak diragukan lagi tengah menjilati lukanya, namun anak buahnya telah bergabung dengan kami untuk membalaskan dendam majikan mereka. Dan tidak lama lagi Porphyrion akan bangkit, dan kami akan menguasai dunia." "Pengkhianat!" teriak Hera. "Dasar dewi kelas empat tukang ikut campur! Kau bahkan tidak pantas menuangkan anggur untukku, apalagi menguasai dunia." Khione mendesah. "Menyebalkan seperti biasanya, Ratu Hera. Aku sudah bermilenium-milenium ingin membungkam mulut-mu." Khione melambaikan tangan, dan es pun melingkupi kurung-an, menyengal rongga-rongga di antara sulur tanah. "Begitu lebih baik," kata sang Dewi Salju. "Nah, Demigod, mengenai ajal kalian —" "Kaulah yang mengelabui Hera agar datang ke sini," kata Jason. "Kaulah yang memberi Zeus ide agar menutup Olympus." Para serigala menggeram, dan roh- roh badai meringkik, siap menyerang, tapi Khione mengangkat tangannya. "Sabar, Cintaku. Jika dia ingin bicara, apa salahnya? Matahari hampir terbenam,
dan waktu ada di pihak kita. Tentu saja, Jason Grace. Layaknya salju, suaraku tenang dan lembut, serta sangat dingin. Mudah bagiku untuk berbisik kepada dewa-dewa lain, terutama ketika aku semata-mata mengonfirmasi rasa takut terdalam milik mereka sendiri. Aku juga berbisik ke telinga Aeolus dan memberinya ide supaya dia mengeluarkan perintah agar membunuh semua demigod. Hanya pengabdian kecil untuk Gaea, namun aku yakin aku akan diberi imbalan memuaskan ketika putranya, para raksasa, naik ke tampuk kekuasaan." "Kau bisa saja membunuh kami di Quebec," kata Jason. "Kenapa kaubiarkan kami hidup?" Khione mengernyitkan hidungnya. "Urusan yang merepotkan, membunuh kalian di rumah ayahku, terutama ketika beliau berkeras menjumpai semua tamu. Aku sudah mencoba, kalian ingat. Pasti menyenangkan seandainya ayahku setuju untuk mengubah kalian jadi es. Tapi begitu beliau menjamin kalian boleh melintas dengan aman, aku talc bisa secara terbuka menentang beliau. Ayahku sudah tua dan bodoh. Dia hidup dibayang-bayangi rasa takut terhadap Zeus dan Aeolus. Tetapi dia memang kuat. Tidal( lama lagi, ketika majikan baruku telah terbangun, aku akan melengserkan Boreas dan merebut takhta Angin Utara. Tapi, sekarang belum waktunya. Lagi pula, ayahku ada benarnya. Misi kalian sama artinya dengan bunuh diri. Aku menduga kalian akan gagal." "Dan untuk membantu kami," kata Leo, "kau menjatuhkan naga kami dari langit di atas Detroit. Kabel beku di kepala Festus —itu ulahmu. Kau bakal membayar untuk itu." "Kau jugalah yang menyampaikan informasi mengenai kami pada Enceladus," imbuh Piper. "Kami dirongrong badai salju sepanjang perjalanan." "Ya, sekarang aku merasa dekat sekali dengan kalian semua!" kata Khione. "Begitu kalian melewati Omaha, kuputuskan untuk meminta Lycaon agar melacak kalian supaya Jason bisa mati di sini, di Rumah Serigala." Khione tersenyum kepada Jason. "Soalnya, Jason, jika darahmu tertumpah di sini, tanah keramat ini akan ternoda selama bergenerasi-generasi. Rekan-rekan demigodmu akan murka, terutama ketika mereka menemukan jasad dua orang dari Perkemahan Blasteran. Mereka akan meyakini bahwa bangsa Yunani telah berkonspirasi dengan raksasa. Akan ada konflik yang lezat." Piper dan Leo sepertinya tidak memahami perkataan Khione. Tapi Jason tahu. Ingatannya yang kembali sudah cukup banyak, dan dia menyadari betapa efektifnya rencana maut Khione. "Kau hendak mengadu domba para demigod," kata Jason. "Memang mudah sekali!" kata Khione. "Seperti yang kukatakan kepadamu, aku hanya mendorong perbuatan yang akhirnya akan kalian lakukan sendiri." "Tapi, kenapa?" Piper merentangkan tangan. "Khione, kau akan memorak-porandakan dunia. Para raksasa akan meng-hancurkan segalanya. Kau tak menginginkan itu. Suruh monster-monstermu mundur." Khione ragu-ragu, lalu tertawa. "Kemampuan persuasimu makin membaik, Non. Tapi aku ini dewi. Kau talc bisa membujukku dengan charmspeak. Kami para dewa angin adalah makhluk kaos! Akan kugulingkan Aeolus dan kubiarkan badai bebas berlalu lalang. Jika kami menghancurkan dunia fana, lebih baik lagi! Para manusia fana talc pernah menghormatiku, bahkan pada zaman Yunani. Manusia dan ocehan mereka soal pemanasan global. Bah! Akan kudinginkan mereka dengan cepat. Ketika kami mengambil alih tempat-tempat kuno, akan kuselimuti Acropolis dengan salju." "Tempat-tempat kuno." Mata Leo membelalak. "Itulah yang dimaksud Enceladus soal menghancurkan akar para dewa. Maksudnya Yunani."
"Kau boleh bergabung denganku, Putra Hephaestus," kata Khione. "Aku tabu kau beranggapan aku ini cantik. Sudah cukup bagi rencanaku jika dua orang ini saja yang mati. Tolak takdir konyol yang telah diberikan Moirae kepadamu. Hiduplah dan jadilah jagoanku. Keahlianmu pastilah bermanfaat." Leo tercengang. Dia melirik ke belakangnya, seolah Khione mungkin saja bicara kepada orang lain. Selama "Kau boleh bergabung denganku, Putra Hephaestus," kata Khione. "Aku tabu kau beranggapan aku ini cantik. Sudah cukup bagi rencanaku jika dua orang ini saja yang mati. Tolak takdir konyol yang telah diberikan Moirae kepadamu. Hiduplah dan jadilah jagoanku. Keahlianmu pastilah bermanfaat." Leo tercengang. Dia melirik ke belakangnya, seolah Khione mungkin saja bicara kepada orang lain. Selama