BAB LIMA PULUH LIMA JASON

BAB LIMA PULUH LIMA JASON

JASON MENUNGGU SENDIRIAN DI PONDOK Satu. Annabeth dan Rachel akan datang sebentar lagi untuk rapat konselor kepala, dan Jason perlu waktu untuk berpikir. Mimpinya semalam buruk sekali. Dia tidak ingin berbagi dengan siapa-siapa —bahkan dengan Piper. Memorinya masih samar-samar, tapi sudah kembali sepotong-sepotong. Malam ketika Lupa mengujinya di Rumah Serigala, untuk memutuskan apakah dia bakal menjadi anak atau makanan. Kemudian perjalanan panjang ke selatan menuju ... Jason tidak ingat, tapi sekilas kehidupan lamanya berkelebat di benaknya. Hari ketika dia ditato. Hari ketika dia dibopong di atas perisai dan dinyatakan sebagai praetor. Wajah teman-temannya: Dakota, Gwendolyn, Hazel, Bobby. Dan Reyna. Sudah pasti ada seorang cewek bernama Reyna. Jason tidak yakin apa arti gadis itu baginya, tapi ingatan tersebut membuatnya mempertanyakan perasaannya terhadap Piper-- dan bertanya-tanya apakah dia melakukan sesuatu yang keliru. Masalahnya, Jason suka sekali pada Piper. Jason memindahkan barang-barangnya ke relung pojok yang pernah ditiduri kakaknya. Dikembalikannya foto Thalia ke tembok agar dia tak merasa sendirian. Dia mendongak untuk menatap patung Zeus yang cemberut, agung dan bangga, namun patung tersebut tidak membuatnya takut lagi. Patung tersebut hanya membuatnya sedih. "Aku tahu Ayah bisa mendengarku," kata Jason kepada patung itu. Patung itu tak mengatakan apa-apa. Matanya yang dicat seakan memelototi Jason. "Kuharap aku bisa bicara secara langsung pada Ayah," Jason melanjutkan, "tapi aku mengerti Ayah tak boleh berbuat begitu. Dewa-dewa Romawi tidak terlalu sering berinteraksi dengan manusia fana, dan —Ayah kan raja. Ayah harus memberi contoh." Tetap hening. Jason mengharapkan sesuatu —gemuruh guntur yang lebih dahsyat, cahaya terang, senyuman. Ralat. Senyuman pasti terkesan seram. "Aku ingat beberapa hal,"

kata Jason. Semakin dia bicara, semakin berkurang keengganannya. "Aku ingat bahwa sulit menjadi putra Jupiter. Semua orang selalu mengharapkanku jadi pemimpin, tapi aku selalu merasa sendirian. Kuduga Ayah merasakan hal serupa di Olympus. Dewa-dewa lain mempertanyakan keputusan Ayah. Kadang-kadang Ayah harus membuat pilihan berat, dan yang lain mengkritik Ayah. Dan Ayah tak boleh membantuku layaknya dewa-dewa lain. Ayah harus menjaga jarak dariku supaya Ayah tidak terkesan pilih kasih. Kurasa aku ingin mengatakan ..." Jason menarik napas dalam-dalam. "Aku memahami semuanya. Tak apa-apa. Aku akan berusaha sebaik-baiknya. Akan kucoba membuat Ayah bangga. Tapi aku memerlukan bimbingan, Yah. Jika ada yang bisa Ayah lakukan —membantuku supaya aku bisa membantu teman-temanku. Aku khawatir aku akan menyebabkan mereka tewas. Aku tak tahu bagaimana caranya melindungi mereka." Bulu kuduknya merinding. Dia menyadari seseorang tengah berdiri di belakangnya. Jason berbalik dan menemukan seorang wanita yang mengenakan jubah hitam bertudung, dilengkapi selempang kulit kambing di pundak serta pedang Romawi —gladius—di tangannya. "Hera," ujar Jason. Sang dewi menyibakkan tudungnya ke belakang. "Bagimu, aku akan selalu menjadi Juno. Dan ayahmu telah memberi bimbingan, Jason. Dia mengirimkan Piper dan Leo untukmu. Mereka bukan sekadar tanggungjawabmu. Mereka temanmu juga. Jika kaudengarkan mereka, kau akan senantiasa melakukan sesuatu yang benar." "Apa Jupiter mengutus Anda ke sini untuk menyampaikan itu padaku?" "Tak ada yang berhak mengutusku ke mana-mana, Pahlawan," kata Juno. "Aku bukan pengantar pesan." "Tapi Anda melibatkanku dalam perkara ini. Kenapa Anda mengirimku ke perkemahan ini?" "Menurutku kau tahu," kata Juno. "Diperlukan pertukaran pemimpin. Itulah satu-satunya cara untuk menjembatani jurang perbedaan." "Aku tidak sepakat." "Tidak. Tapi Zeus menyerahkan hidupmu kepadaku, dan aku membantumu memenuhi takdirmu." Jason mencoba mengendalikan amarahnya. Dia menunduk untuk memandang kaus jingga perkemahan serta tato di lengannya, dan dia tahu keduanya tak seharusnya berpadu. Dia telah menjadi sebuah kontradiksi —kombinasi yang berbahaya seperti ramuan Medea.

"Anda tidak mengembalikan seluruh ingatanku," kata Jason. "Walaupun Anda sudah berjanji." "Sebagian besar akan kembali seiring berjalannya waktu," kata Juno. "Tapi kau harus menemukan jalan pulangmu sendiri. Kau harus bersama teman-teman barumu, di rumah barumu, dalam beberapa bulan mendatang. Kau telah memperoleh kepercayaan mereka. Pada saat kau berlayar dengan kapalmu, kau akan menjadi pemimpin di perkemahan ini. Dan kau akan siap menjadi juru damai antara dua kekuatan besar." "Bagaimana kalau Anda tidak mengungkapkan yang sebenarnya?" kata Jason. "Bagaimana kalau Anda melakukan ini untuk menyebabkan perang saudara lagi?" Ekspresi Juno mustahil dibaca —geli? Sebal? Sayang? Barang-kali ketiga-tiganya. Kendati sang dewi terlihat manusiawi, Jason tahu dia bukan manusia. Jason masih bisa melihat cahaya membutakan itu —wujud sejati sang dewi yang telah terpatri di benak Jason. Sang dewi adalah Juno sekaligus Hera. Dia eksis di banyak tempat secara bersamaan. Alasannya melakukan sesuatu tidak pernah sederhana. "Aku ini Dewi Pelindung Keluarga," katanya. "Keluargaku telah terlalu lama terpecah belah." "Kami dipisahkan supaya tidak saling bunuh," kata Jason. "Sepertinya alasan yang lumayan bagus." "Ramalan itu menuntut agar kita berubah. Para raksasa akan bangkit. Masing-masing hanya dapat dibunuh oleh dewa dan demigod yang bekerja sama. Para demigod itu pasti adalah tujuh demigod terhebat di masa ini. Namun, mereka terpisahkan di dua tempat. Jika kita terus terpecah belah, kita tidak bisa menang. Gaea mengandalkan hal ini. Kalian harus mempersatukan para pahlawan Olympus dan berlayar bersama-sama untuk bertempur dengan para raksasa di medan tempur "Anda tidak mengembalikan seluruh ingatanku," kata Jason. "Walaupun Anda sudah berjanji." "Sebagian besar akan kembali seiring berjalannya waktu," kata Juno. "Tapi kau harus menemukan jalan pulangmu sendiri. Kau harus bersama teman-teman barumu, di rumah barumu, dalam beberapa bulan mendatang. Kau telah memperoleh kepercayaan mereka. Pada saat kau berlayar dengan kapalmu, kau akan menjadi pemimpin di perkemahan ini. Dan kau akan siap menjadi juru damai antara dua kekuatan besar." "Bagaimana kalau Anda tidak mengungkapkan yang sebenarnya?" kata Jason. "Bagaimana kalau Anda melakukan ini untuk menyebabkan perang saudara lagi?" Ekspresi Juno mustahil dibaca —geli? Sebal? Sayang? Barang-kali ketiga-tiganya. Kendati sang dewi terlihat manusiawi, Jason tahu dia bukan manusia. Jason masih bisa melihat cahaya membutakan itu —wujud sejati sang dewi yang telah terpatri di benak Jason. Sang dewi adalah Juno sekaligus Hera. Dia eksis di banyak tempat secara bersamaan. Alasannya melakukan sesuatu tidak pernah sederhana. "Aku ini Dewi Pelindung Keluarga," katanya. "Keluargaku telah terlalu lama terpecah belah." "Kami dipisahkan supaya tidak saling bunuh," kata Jason. "Sepertinya alasan yang lumayan bagus." "Ramalan itu menuntut agar kita berubah. Para raksasa akan bangkit. Masing-masing hanya dapat dibunuh oleh dewa dan demigod yang bekerja sama. Para demigod itu pasti adalah tujuh demigod terhebat di masa ini. Namun, mereka terpisahkan di dua tempat. Jika kita terus terpecah belah, kita tidak bisa menang. Gaea mengandalkan hal ini. Kalian harus mempersatukan para pahlawan Olympus dan berlayar bersama-sama untuk bertempur dengan para raksasa di medan tempur

mewujudkan Ramalan Besar, berlayar ke pertempuran untuk melawan raksasa serta menyelamatkan dunia. Dia masih ngeri, tapi sesuatu telah berubah. Dia tak lagi merasa sendirian. Dia sekarang punya teman, dan juga rumah untuk diperjuangkan. Dia bahkan memiliki dewi pelindung yang mengawasinya. Pastilah hal tersebut patut diperhitungkan, meskipun sang dewi sepertinya agak tak bisa dipercaya. Jason harus berdiri tegak dan menerima takdirnya, sama seperti saat menghadapi Porphyrion dengan tangan kosong. Memang sepertinya mustahil. Dia mungkin saja mati. Tapi teman-temannya mengandalkannya. "Dan jika aku gagal?" tanya Jason. "Kemenangan besar menuntut risiko besar," sang Dewi mengakui. "Jika kau gagal, akan ada pertumpahan darah yang dahsyat, melampaui apa pun yang pernah kami saksikan. Demigod akan saling bantai. Para raksasa akan menguasai Olympus. Gaea akan terbangun, dan bumf akan meruntuhkan semua yang telah kita bangun selama lebih dari lima milenium. Riwayat kita semua akan tamat." "Hebat. Hebat sekali." Seseorang mengetuk pintu pondok. Juno memasang tudungnya kembali. Kemudian dia menyerahkan gladius kepada Jason. "Ambil ini untuk menggantikan senjatamu yang rusak. Kita akan bicara lagi. Suka atau tidak suka, Jason, aku ini sponsormu, dan penghubungmu ke Olympus. Kita saling membutuhkan." Sang Dewi lenyap saat pintu berderit terbuka, dan Piper pun masuk. "Annabeth dan Rachel sudah di sini," kata gadis itu. "Chiron telah menyerukan rapat dewan." []