Analisis Hubungan Pola Komunikasi Organisasi dengan Lingkungan Kerja yang Produktif

Berdasarkan Tabel 8, dapat dilihat bahwa total keseluruhan lingkungan kerja produktif ialah sebesar 4,22 artinya lingkungan kerja yang ada pada PT X Tbk Unit Bisnis Bogor ini “sangat baik” dilakukan oleh perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa komponen-komponen yang berada di lingkungan kerja, dimulai dari perusahaan memberikan lingkungan kerja yang tenang sampai sarana kerja mempengaruhi produktifitas lingkungan kerja karyawan ialah sangat baik dilakukan oleh PT X Tbk Unit Bisnis Bogor. Sehingga dengan adanya lingkungan kerja yang produktif, karyawan PT X Tbk Unit Bisnis Bogor ini merasa apa yang karyawan butuhkan sudah terpenuhi dengan baik. Pada akhirnya berkaitan dengan lingkungan kerja perusahaan menjadi lingkungan kerja yang produktif.

4.6. Analisis Hubungan Pola Komunikasi Organisasi dengan Lingkungan Kerja yang Produktif

Metode koefisisen korelasi Rank Spearman digunakan untuk mengetahui hubungan antara pola-pola komunikasi organisasi dengan lingkungan kerja yang produktif. Pengolahan data dibantu dengan program software SPSS versi 15.0 for windows. Metode ini digunakan karena penelitian ini merupakan tipe pengukuran asosiasi dua peubah dengan pengukuran skala ordinal. Dua peubah yang diukur dinyatakan memiliki hubungan, jika nilai nyata hasil pengujian P-value lebih kecil bila dibandingkan dengan taraf ketelitian α yang diuji. Berdasarkan hasil uji persepsi dengan rataan skor, diketahui bahwa terciptanya pola komunikasi organisasi yang baik pada PT X Tbk Unit Bisnis Bogor dan perusahaan cenderung menggunakan upward communication. Hal ini ditunjukkan pada Tabel 4, dengan nilai rataan skor dengan kategori “sangat setuju” pola tersebut digunakan di PT X Tbk Unit Bisnis Bogor. Begitu juga dengan lingkungan kerja yang produktif, karyawan pada PT X Tbk Unit Bisnis Bogor merasakan lingkungan yang nyaman dan tenang yang telah diciPTakan perusahaan. Mendasari hal tersebut, maka uji korelasi Rank Spearman akan diujikan antara pola komunikasi organisasi dengan lingkungan kerja yang produktif. Hubungan pola komunikasi organisasi dengan lingkungan kerja yang produktif dapat dilihat pada Tabel 9. Adapun hasil pengujian korelasi Rank Spearman untuk mengetahui hubungan pola komunikasi organisasi dengan lingkungan kerja produktif dapat dilihat pada Lampiran 4. Tabel 9. Hubungan Pola Komunikasi Organisasi Formal dengan Lingkungan Kerja Produktif No. Indikator Pola Komunikasi Organisasi Formal Nilai Signifikansi Nilai Rank Spearman Hubungan dengan Lingkungan Kerja Produktif 1. Downward Communication 0,000 0,531 Positif, kuat dan nyata 2. Upward Communication 0,000 0,609 Positif ,kuat dan nyata 3. Diagonal Communication 0,000 0,442 Positif, agak lemah dan nyata 4. Horizontal Communication 0,000 0,415 Positif, agak lemah dan nyata Berdasarkan Tabel 9, dapat dilihat bahwa semua indikator yang mempengaruhi lingkungan kerja yang produktif mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari alpha α yang digunakan yaitu 0,05 sehingga keputusan Ho ditolak, artinya hipotesis H 1 diterima yaitu terdapat hubungan nyata antara pola komunikasi organisasi formal dengan lingkungan kerja yang produktif. Hal ini berarti pola komunikasi organisasi formal memiliki hubungan lingkungan kerja produktif di PT X,Tbk Unit Bisnis Bogor. Nilai P-value yang dihasilkan sebesar 0,000 artinya tingkat kesalahan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebesar 0 persen atau tingkat kebenaran hasil penelitian ini adalah 100 persen. Downward communication menurut hasil uji korelasi Rank Spearman Tabel 9 termasuk moderately high association yang artinya mempunyai hubungan yang postif, kuat dan nyata dengan lingkungan kerja produktif, sehingga semakin kuat hubungan pola komunikasi dari atas ke bawah, maka lingkungan kerja yang tercipta semakin produktif Umar, 2005. Hal ini dikarenakan, jika atasan sering berkomunikasi dengan bawahan, maka dengan sendirinya akan tercipta lingkungan yang nyaman, tenang dan juga dapat meningkatkan kinerja dalam bekerja. Lingkungan kerja banyak tergantung dan diciptakan oleh pimpinan, sehingga suasana kerja yang tercipta tergantung pada pola yang diciptakan perusahaan Sinungan, 2003. Hal ini dapat terlihat dengan menggunakan rumus t hitung Rumus 7, dengan memasukkan nilai n jumlah responden sebanyak 78 responden dan r nilai korelasi Rank Spearman dari downward communication sebesar 0,531 diperoleh nilai t hitung sebesar 5,463 yang artinya nilai tersebut lebih besar dari t tabel 1,96. Sehingga didapatkan keputusan tolak Ho, artinya hipotesis H 1 diterima yaitu terdapat hubungan nyata antara downward communication dengan lingkungan kerja produktif dengan tingkat signifikansi sebesar α yang dipilih. Upward communication menurut hasil uji korelasi Rank Spearman Tabel 9 termasuk moderately high association yang artinya mempunyai hubungan yang postif, kuat dan nyata dengan lingkungan kerja produktif, sehingga semakin kuat hubungan pola komunikasi dari bawah ke atas maka lingkungan kerja yang tercipta semakin produktif Umar, 2005. Hal ini dikarenakan, adanya interaksi karyawan dengan manajer sehingga komunikasi berjalan dengan baik. Jika komunikasi dari bawah ke atas ini sangat baik, maka dengan sendirinya lingkungan kerja pun menjadi produktif. Hal ini dapat terlihat dengan menggunakan rumus t hitung Rumus 7, dengan memasukkan nilai n jumlah responden sebanyak 78 responden dan r nilai korelasi Rank Spearman dari upward communication sebesar 0,609 diperoleh nilai t hitung sebesar 6,694 yang artinya nilai tersebut lebih besar dari t tabel 1,96. Sehingga didapatkan keputusan tolak Ho, artinya hipotesis H 1 diterima yaitu terdapat hubungan nyata antara upward communication dengan lingkungan kerja produktif dengan tingkat signifikansi sebesar α yang dipilih. Diagonal communication menurut hasil uji korelasi Rank Spearman Tabel 9 termasuk moderately low association yang artinya mempunyai hubungan yang positif, agak lemah dan nyata dengan lingkungan kerja produktif Umar, 2005. Hal ini terlihat dari nilai korelasi Rank Spearman dari diagonal communication sebesar 0,442. Akan tetapi, walaupun hubungan tersebut agak lemah komunikasi diagonal ini juga tetap digunakan oleh PT X Tbk Unit Bisnis Bogor. Hal ini dikarenakan dari kesimpulan analisis persepsi karyawan, bahwa PT X Tbk Unit Bisnis Bogor menggunakan komunikasi formal baik itu downward, upward, diagonal maupun horizontal. Namun, nilai korelasi komunikasi diagonal dengan lingkungan agak lemah dan memungkinkan jika pola ini sering digunakan lingkungan kerja tidak seproduktif downward dan upward communication. Hasil perhitungan t hitung Rumus 7, dengan memasukkan n jumlah responden sebanyak 78 responden dan r nilai korelasi Rank Spearman dari diagonal communication sebesar 0,442 diperoleh nilai t hitung sebesar 4,296 yang artinya nilai tersebut lebih besar dari t tabel 1,96. Sehingga didapatkan keputusan tolak Ho, artinya hipotesis H 1 diterima yaitu terdapat hubungan nyata antara diagonal communication dengan lingkungan kerja produktif dengan tingkat signifikansi sebesar α yang dipilih. Horizontal communication menurut hasil uji korelasi Rank Spearman Tabel 9 termasuk moderately low association yang artinya mempunyai hubungan yang positif, agak lemah dan nyata dengan lingkungan kerja produktif Umar, 2005. Hal ini terlihat dari nilai korelasi Rank Spearman dari horizontal communication sebesar 0,415. Hubungan yang agak lemah ini akan membuat lingkungan kurang menjadi produktif walaupun hubungannya positif dan nyata, tetapi tidak begitu kuat. Agar memiliki nilai yang kuat, maka lebih ditingkatkan lagi untuk berinteraksi antar karyawan ataupun manajer satu unit maupun unit lain. Hasil perhitungan t hitung Rumus 7, dengan memasukkan n jumlah responden sebanyak 78 responden dan r nilai korelasi Rank Spearman dari horizontal communication sebesar 0,415 diperoleh nilai t hitung sebesar 3,976 yang artinya nilai tersebut lebih besar dari t tabel 1,96. Sehingga didapatkan keputusan tolak Ho, artinya hipotesis H 1 diterima yaitu terdapat hubungan nyata antara horizontal communication dengan lingkungan kerja produktif dengan tingkat signifikansi sebesar α yang dipilih. Berdasarkan Tabel 10 dapat terlihat jelas, bahwa indikator pola komunikasi organisasi informal ini termasuk no association, yaitu kondisi yang menunjukkan tidak ada hubungan antara pola komunikasi informal dengan lingkungan kerja produktif Umar, 2005. Hal ini mengindikasikan bahwa, selentingan dan penyebaran desas-desus tidak termasuk hubungan yang kuat. Selentingan juga bukan saluran komunikasi yang baik untuk diterapkan di PT X Tbk Unit Bisnis Bogor. Tabel 10. Hubungan Pola Komunikasi Organisasi Informal dengan Lingkungan Kerja yang produktif No. Indikator Pola Komunikasi Organisasi Informal Nilai Signifikansi Nilai Rank Spearman Hubungan dengan Lingkungan Kerja Produktif 1. Selentingan dan Penyebaran desas- desus 0,328 0,112 Tidak ada hubungan Nilai korelasi Rank Spearman dapat dilihat untuk pola komunikasi informal sebesar 0,112 yang artinya komunikasi informal tidak ada hubungan yang kuat dengan lingkungan kerja produktif. Hasil perhitungan t hitung Rumus 7, dengan memasukkan n jumlah responden sebanyak 78 responden dan r nilai korelasi Rank Spearman dari diagonal communication sebesar 0,112 diperoleh nilai t hitung sebesar 0,983 yang artinya nilai tersebut lebih kecil dari t tabel 1,96. Sehingga didapatkan keputusan tolak H 1 , artinya hipotesis H diterima yaitu tidak terdapat hubungan nyata antara komunikasi organisasi informal dengan lingkungan kerja produktif dengan tingkat signifikansi sebesar α yang dipilih.

4.7. Implikasi Manajerial