Analisis Persepsi Karyawan Tentang Lingkungan Kerja Produktif Hubungan Pola Komunikasi Organisasi dengan Lingkungan Kerja

mengetahui lingkungan kerja yang produktif. Langkah-langkah pengolahan dan analisis datanya sebagai berikut: 1 Memberi skor pada setiap jawaban responden sesuai dengan bobot yang telah ditentukan dalam Skala Likert. 2 Membuat tabulasi dari skor-skor nilai yang telah diperoleh dari jawaban responden. 3 Masing-masing kategori ditentukan berdasarkan rumus rentang kriteria Umar, 2005 yaitu Rentang Skala: RS = m-1m; dimana m adalah jumlah alternatif jawaban tiap item. Sehingga didapatkan rentang skala: 5-15 = 0,8. Untuk melihat skala penilaian dapat dilihat pada Tabel 2. 4 Responden-responden yang memiliki skor nilai yang sama untuk setiap item pernyataan dikelompokkan berdasarkan kategori jawaban 1 sampai 5 bagi pernyataan yang bersifat positif dan 5 sampai 1 bagi pernyataan yang bersifat negatif, lalu dihitung jumlah dan persentasenya. Kesimpulan diambil berdasarkan persentase terbesar dari setiap persentase jawaban responden yang telah dihitung. 5 Jumlah responden per item pernyataan dikelompokkan dan dijumlahkan menjadi per indikator sesuai kategori jawaban. Persentase jumlah responden dihitung untuk memperoleh kesimpulan pada tiap indikator berdasarkan persentase terbesar. Perhitungan pada metode ini menggunakan Microsoft Excel 2007.

3.8.2. Analisis Persepsi Karyawan Tentang Lingkungan Kerja Produktif

Mengetahui lingkungan kerja produktif ini digunakan metode analisis secara kualitatif, yaitu analisis deskriptif dengan menggunakan analisis tabel hasil kuesioner, yang dapat mengetahui hal-hal penting dalam penilaian lingkungan kerja produktif berdasarkan rumus rentang kriteria Umar, 2005 yaitu: Rentang Skala: RS = m-1m; dimana m adalah jumlah alternatif jawaban tiap item. Sehingga didapatkan rentang skala: 5-15 = 0,8. Skala penilaian tertera pada Tabel 2. Dimana, langkah-langkah pada analisis ini dapat dilihat pada penjelasan persepsi tentang pola komunikasi organisasi di atas.

3.8.3. Hubungan Pola Komunikasi Organisasi dengan Lingkungan Kerja

Hubungan pola-pola komunikasi organisasi dengan lingkungan kerja dapat diketahui dengan menggunakan analisis Rank Spearman. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software Microsoft Excell 2007 dan SPSS 15.0 for windows. Analisis di PT X Tbk Unit Bisnis Bogor tersebut digunakan untuk mengetahui atau tidaknya hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain. Untuk itu dapat dilakukan uji korelasi Rank Spearman dengan rumus Umar, 2005: Dimana: r S = Koefisien Rank Spearman di = selisih rank X dan rank Y n = jumlah sampel Keterangan: r S = 1 hubungan variabel X dan variabel Y sempurna + mendekati 1, hubungan sangat kuat dan + r S = -1 hubungan variabel X dan variabel Y sempurna - mendekati -1, hubungan sangat kuat dan - r S = 0 hubungan variabel X dan variabel Y lemah sekali atau tidak ada hubungan sama sekali Nilai koefisien korelasi yang dapat sebelum dilaksanakan pengambilan keputusan, dengan diuji terlebih dahulu. Pengujian ini dimaksudkan untuk melihat apakah antara variabel dalam populasi terdapat korelasi yang berarti atau tidak, dengan rumus sebagai berikut Umar, 2005: Dalam pengujian koefisien korelasi, akan dibandingkan nilai-nilai t hitung dengan nilai t tabel dengan α = 0,05. Hasil perbandingan tersebut digunakan dalam pengujian hipotesis nol untuk memutuskan pendapat ditolak atau diterima. Untuk itu, maka pengujian ini menggunakan hipotesis sebagai berikut: Ho : ρ = 0 tidak ada hubungan antara pola komunikasi organisasi dengan lingkungan kerja produktif. H 1 : ρ ≠ 0 ada hubungan antara pola komunikasi organisasi dengan lingkungan kerja produktif. Untuk menguji hubungan hipotesis nol Ho kriterianya adalah: Tolak Ho : jika t hitung t tabel atau P-value Sig. α Tolak H 1 : jika t hitung t tabel atau P-value Sig. α Koefisien korelasi Rank Spearman r S menunjukkan kuat tidaknya variabel X dan variabel Y. Batasan Champion dari Umar 2005 dengan ketentuan sebagai berikut: 1 0,00-0,25 : No assosiation, menunjukkan tidak adanya hubungan antara variabel X dan variabel Y. 2 0,26-0,50 : Moderately low assosiation, menunjukkan hubungan yang lemah antara variabel X dan variabel Y. 3 0,51-0,75 : Moderately high assosiation, menunjukkan hubungan yang agak kuat antara variabel X dengan variabel Y. 4 0,76-1,00 : high assosiation, menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara variabel X dan variabel Y. Hasil intrepetasi dari koefisien korelasi di atas dapat dikategorikan ke dalam klasifikasi sangat rendah, yaitu yang terdapat pada kategori no assosiation, artinya jika tidak terjadi hubungan sama sekali antara pola-pola komunikasi organisasi dengan lingkungan kerja produktif di PT X Tbk Unit Bisnis Bogor tersebut sehingga hasilnya tidak objektif, dan moderately low assosiation yaitu kondisi yang dapat menunjukkan hubungan yang lemah antara pola-pola komunikasi organisasi dengan lingkungan kerja yang produktif. Sedangkan untuk klasifikasi kuat yaitu terdapat pada kategori high assosiation, yang berarti dapat menunjukkan hubungan yang sangat kuat dan positif antara pola-pola komunikasi organisasi dengan lingkungan kerja yang produktif di PT X Tbk tersebut sehingga hasil penilaiannya akan objektif.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Sejarah Perkembangan PT X Tbk PT X Tbk adalah suatu badan usaha yang didirikan dengan Staatsblad No. 52 tahun 1884 dengan nama post-en telegraafdienst. Pada tahun 1906 diubah menjadi “POST, TELEGRAAF EN TELEFOONDIENST” PTT dengan Staatsblad No. 395 dan sejak itu disebut PTT-Dienst. Tahun 1931 ditetapkan sebagai perusahaan Negara berdasarkan IBW Indonesische bedrijvenwet - Undang-undang Perusahaan Negara. Selanjutnya pada tahun 1960 Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang No. 19 tahun 1960, tentang persyaratan sebuah Perusahaan Negara PN dengan PERPU No. 240 tahun 1961 berubah menjadi PN POS dan TELEKOMUNIKASI. Berdasarkan S.K. Menteri Perhubungan No. 129U1970 PN TELEKOMUNIKASI berubah menjadi Perusahaan Umum. Mengingat perkembangan yang demikian pesat ditambah dengan pola manajemen yang lebih terbuka, pemerintah melalui PP No. 25 tahun 1991 tanggal 1 Mei 1991 menetapkan pengalihan bentuk Perusahaan Umum PERUM menjadi PERSERO. Peralihan bentuk tersebut ditandai dengan penandatanganan Akte Pendirian PERSERO PT X oleh Notaris Imas Fatimah, SH bersama-sama Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi Menparpostel Soesilo Sudarman yang bertindak selaku kuasa dari Menteri Keuangan sebagai pemegang saham, hari Selasa tanggal 24 September 1991 jam 09.30 WIB di Departemen Pariwisata Pos dan Telekomunikasi. Pada tahun 1995, PT X mengalami Restrukturisasi Internal, yaitu penerapan Kerja Sama Operasi KSO, pada tanggal 1 Juli 1995 PT X telah menghapus struktur organisasi Wilayah Usaha Telekomunikasi WITEL yang berjumlah 12 WITEL menjadi tujuh Divisi Regional DIVRE dan satu Divisi Net Work. Tujuh Divisi Regional tersebut meliputi: 1. Divisi Regional I, Sumatera. 2. Divisi Regional II, Jakarta dan sekitarnya.