4.3. Respon Terhadap Produk Minyak Sawit Mentah
Menurut Pilgrim 1956, penerimaan pangan food acceptability menunjukkan perilaku makan yang disertai dengan kesenangan. Batasan tersebut menekankan
adanya komponen perilaku dan komponen sikap, dimana kesenangan termasuk di dalamnya. Namun berbeda dengan food preference yang merupakan penilaian
afektif pada pangan yang belum atau sudah dimakan, penerimaan pangan digambarkan untuk penilaian afektif pada pangan yang secara aktual telah
dimakan Cardello dan Schuutz 2000. Pemilihan makanan merupakan salah satu bentuk perilaku yang kompleks,
yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu oleh makanan itu sendiri, individu yang membuat pilihan, lingkungan ekonomi dan sosial dimana pilihan itu dibuat
Meiselman 1996. Sebagai produk pangan baru yang diperkenalkan kepada responden, perlu diketahui respon awal responden terhadap produk supaya dapat
diketahui seberapa besar tingkat penerimaan responden terhadap produk baru tersebut. Pelaksanaan uji tersebut menggunakan home use test. Sesuai namanya,
home use test dilakukan di rumah atau tempat tinggal partisipanresponden.
Pelaksanaan uji ini menciptakan kondisi natural, terbebas dari campur tangan pihak peneliti Resurreccion 1998. Pelaksanaan home use test dilakukan untuk
mengetahui sikap responden terhadap produk minyak sawit mentah, komentar dan saran yang dapat dijadikan perbaikan untuk pengembangan produk minyak sawit
mentah kedepan. Informasi yang diperoleh lebih banyak dan bervariasi karena respon mengkonsumsi produk tidak berasal dari responden saja, tetapi dari
anggota keluarga lain yang ikut menggunakan produk tersebut. Respon awal setelah konsumsi 2 - 4 haridianalisis berdasarkan wawancara mengunakan
kuesioner tahap 2.
Tabel 10 Respon awal terhadap minyak sawit mentah Atribut
Biasa Saja ∑ Responden Terganggu ∑ Responden Rasa
73 93,58 5 6,41
Aroma 74 94,87
4 5,13 Warna
71 91,02 7 8,97
Tabel 10 menunjukkan respon awal responden terhadap minyak sawit mentah dapat diterima dengan baik, karena lebih dari 90 responden menyatakan
tidak terganggu dengan keseluruhan atribut produk. Adapun bentuk gangguan pada atribut produk pada saat awal konsumsi antara lain atribut warna. Warna
jingga pada minyak sawit mentah diduga tidak disukai oleh beberapa responden karena cukup mempengaruhi warna masakan setelah penggunaan produk.
Gangguan pada rasa minyak sawit mentah berupa rasa getir serta agak lengket, sedangkan untuk aroma, responden yang terganggu umumnya pada bau minyak
sawit mentah yang agak menyengat menyerupai bau minyak mentah. Evaluasi penerimaan responden terhadap minyak sawit mentah dilakukan beberapa kali,
yakni setelah responden mengkonsumsi produk selama 2 minggu, 1 bulan dan 2 bulan. Masing-masing evaluasi tersebut dianalisis berdasarkan wawancara
menggunakan kuesioner tahap 3 Lampiran 5, kuesioner tahap 4 Lampiran 6, dan kuesioner tahap 5 Lampiran 7.
Dari Tabel 11, dapat diketahui bahwa secara umum responden dapat menerima produk dengan baik. Setelah konsumsi 1 bulan, ada beberapa responden
yang menyatakan agak mau untuk menerima produk. Hal ini diduga bahwa setelah mengkonsumsi 2 minggu, masih ada responden yang merasa terganggu
dengan beberapa atribut produk, yaitu rasa, aroma, dan warna.
Tabel 11 Penerimaan responden terhadap minyak sawit mentah Penerimaan
2 minggu 1 bulan
2 bulan R
A W
R A
W R
A W
MauSuka 77
77 77
72 70
74 77
78 78
Agak Mau 1
1 1
6 8
4 1
Agak Menolak 1
Menolak Ket: R=Rasa; A=Aroma;W=Warna
Setelah konsumsi selama 2 bulan, terdapat perubahan pada keseluruhan atribut produk, yaitu rasa, aroma maupun warna. Hal ini disebabkan adanya adaptasi
yang terjadi terhadap atribut produk selama 2 bulan konsumsi, sehingga responden lama kelamaan menjadi terbiasa dengan produk yang diberikan.
Penerimaan terhadap produk pangan baru tidak terjadi begitu saja, melainkan
diperlukan konsumsi yang berulang-ulang agar terjadi peningkatan kesukaan. Sulivan dan Birch 1994 mengatakan bahwa diperlukan kurang lebih 15 kali
pengulangan makanan kepada bayi untuk meningkatkan konsumsi lebih dari 2 kali. Lebih dari 10 kali mengkonsumsi makanan tertentu baru akan menghasilkan
peningkatan konsumsi anak usia 2 tahun Birch dan Marlin 1982, dan 8 – 15 kali
pengulangan makan pada anak usia 4 – 5 tahun untuk meningkatkan penerimaan
pangan anak Sullivan Birch 1990. Perbaikan kesehatan yang dirasakan responden dapat dilihat dari
perubahan nafsu makan, kesehatan tubuh dan kondisi penglihatan. Setelah 2 bulan intervensi, sebanyak 77 60 responden yang diwawancara menyatakan bahwa
nafsu makan mereka semakin meningkat, 80,76 63 responden menyatakan bahwa kesehatan tubuh terasa lebih baik, dan 38 30 responden menyatakan
bahwa penglihatan terasa lebih baik. Hal ini menunjukkan bahwa kesehatan responden semakin baik seiring waktu mengkonsumsi minyak sawit mentah.
Kelanjutan mengkonsumsi produk dianalisis berdasarkan wawancara mengunakan kuesioner 5 Lampiran 7.Setelah 2 bulan intervensi, diketahui
sebanyak 30,43 24 responden menyatakan tetap mau melanjutkan konsumsi minyak sawit mentah, 63,76 50 responden mau melanjutkan konsumsi asalkan
harga jual minyak sawit mentah terjangkau, dan hanya 2,89 2 responden masih ragu-ragu untuk melanjutkan konsumsi. Hal ini menunjukkan bahwa responden
menerima dengan baik produk tersebut sehingga mereka juga mau melanjutkan konsumsinya. Responden yang menyatakan mau melanjutkan konsumsi
beranggapan bahwa minyak sawit mentah yang dikonsumsi bermanfaat bagi kesehatan mereka, serta dapat meningkatkan nafsu makan. Menurut Ria 2011,
terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan tentang minyak sawit dan manfaatnya bagi kesehatan setelah dilakukan penyuluhan dengan sikap responden
terhadap konsumsi MSMn, dengan korelasi positif. Semakin positif pengetahuan tentang minyak sawit akan membuat sikap responden mengkonsumsi MSMn
semakin baik.