diperlukan konsumsi yang berulang-ulang agar terjadi peningkatan kesukaan. Sulivan dan Birch 1994 mengatakan bahwa diperlukan kurang lebih 15 kali
pengulangan makanan kepada bayi untuk meningkatkan konsumsi lebih dari 2 kali. Lebih dari 10 kali mengkonsumsi makanan tertentu baru akan menghasilkan
peningkatan konsumsi anak usia 2 tahun Birch dan Marlin 1982, dan 8 – 15 kali
pengulangan makan pada anak usia 4 – 5 tahun untuk meningkatkan penerimaan
pangan anak Sullivan Birch 1990. Perbaikan kesehatan yang dirasakan responden dapat dilihat dari
perubahan nafsu makan, kesehatan tubuh dan kondisi penglihatan. Setelah 2 bulan intervensi, sebanyak 77 60 responden yang diwawancara menyatakan bahwa
nafsu makan mereka semakin meningkat, 80,76 63 responden menyatakan bahwa kesehatan tubuh terasa lebih baik, dan 38 30 responden menyatakan
bahwa penglihatan terasa lebih baik. Hal ini menunjukkan bahwa kesehatan responden semakin baik seiring waktu mengkonsumsi minyak sawit mentah.
Kelanjutan mengkonsumsi produk dianalisis berdasarkan wawancara mengunakan kuesioner 5 Lampiran 7.Setelah 2 bulan intervensi, diketahui
sebanyak 30,43 24 responden menyatakan tetap mau melanjutkan konsumsi minyak sawit mentah, 63,76 50 responden mau melanjutkan konsumsi asalkan
harga jual minyak sawit mentah terjangkau, dan hanya 2,89 2 responden masih ragu-ragu untuk melanjutkan konsumsi. Hal ini menunjukkan bahwa responden
menerima dengan baik produk tersebut sehingga mereka juga mau melanjutkan konsumsinya. Responden yang menyatakan mau melanjutkan konsumsi
beranggapan bahwa minyak sawit mentah yang dikonsumsi bermanfaat bagi kesehatan mereka, serta dapat meningkatkan nafsu makan. Menurut Ria 2011,
terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan tentang minyak sawit dan manfaatnya bagi kesehatan setelah dilakukan penyuluhan dengan sikap responden
terhadap konsumsi MSMn, dengan korelasi positif. Semakin positif pengetahuan tentang minyak sawit akan membuat sikap responden mengkonsumsi MSMn
semakin baik.
4.4. Karakteristik Responden yang Diambil Darah
Dari 78 Responden yang dianalisis penerimaan konsumen, ada 22 responden yang diambil darah untuk dilihat pengaruh konsumsi minyak sawit
mentah terhadap kadar beta karoten, malonaldehida dan aktivitas enzim xantin oksidase di plasma darah. Keseluruhan responden yang diambil darah adalah
wanita yang sebagian besar berprofesi sebagai ibu rumah tangga, dengan rentang usia 29
– 44 tahun atau usia produktif Lampiran 11. Pertimbangan memilih subjek wanita lebih banyak berkaitan dengan penentu menu makanan di
rumahyang masih didominasi oleh ibuwanita. Mereka bertindak sebagai nutritional gate-keeper,
yaitu seseorang di dalam rumah tangga yang bertindak sebagai pembuat keputusan membeli hingga menyiapkan makanan untuk
keluarga. Hasil penelitian Birch 2006 menunjukkan bahwa para ibu adalah gate-keepers
bagi lingkungan makan anak-anaknya. Di Indonesia sendiri, kebanyakan ibu berlaku sebagai gate-keeper bagi keluarganya, walaupun sebagian
dari mereka adalah perempuan bekerja Waysima 2011. Dengan demikian sebagai produk pangan baru, cara introduksi ke rumah yang lebih tepat adalah
melalui ibuwanita. Rentang umur menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan untuk
menjaga validitas internal dari penelitian ini. Diharapkan bahwa pada rentang yang tidak terlalu jauh memiliki kemiripan dalam sistem atau proses metabolisme
secara umum walaupun tidak menutup kemungkinan variasi setiap individu tetap ada. Pemilihan responden ini bertujuan untuk meminimalkan keragaman, karena
semua responden memiliki aktivitas yang hampir sama. Semua responden juga bertempat tinggal di kawasan yang sama,sehingga kegiatan dan jenis makanan
juga tidak jauh berbeda, dan diharapkan keadaan gizi semua responden jugatidak jauh berbeda.
Hasil pengamatan menunjukkan sebanyak 20 responden bekerja sebagai ibu rumah tangga, dan 2 responden lain bekerja sebagai pedagang gorengan
usaha warung. Responden yang diambil darah juga tidak mengkonsumsi obat- obatan tertentu maupun suplemen, tidak merokok, dan tidak menyusui.
Responden yang diambil darah dinyatakan sehat setelah dilakukan wawancara tentang kondisi kesehatan sebulan terakhir serta diadakan pemeriksaan kesehatan
di puskesmas. Responden juga menandatangani informed consent Lampiran 2 sebagai tanda kesediaan diambil darah dan mengikuti program hingga selesai.
Berdasarkan hasil wawancara, sebagian besar responden yang diambil darah rutin mengkonsumsi minyak sawit mentah yang dibagikan, dengan berbagai
cara konsumsi yang dilakukan, antara lain ditambahkan ke masakan jadi, ditambahkan pada adonan gorengan, menumis, menggoreng telur, maupun
ditambahkan pada mie instan. Namun demikian, ada 7 responden yang pernah tidak menggunakan minyak sawit mentah, yaitu responden D6, B1, B3, B5, B7,
B8, dan B9. Alasan yang dikemukakan berupa lupa mengkonsumsi, maupun tidak memasak setiap hari. Keseluruhan responden yang diambil darah tidak
menunjukkan bentuk gangguan terhadap warna, rasa dan bau dari minyak sawit mentah, karena sebagian besar diaplikasikan untuk menumis.
Responden yang dianalisa darah merupakan bagian dari responden yang diamatisikapnya terhadap MSMn, dimana 22 orang responden ini juga
mengkonsumsi MSMn bersama keluarganya.Pengambilan darah dilakukan sebelum dan sesudah mengkonsumsi MSMn. Pada penelitian ini tidak diberikan
plasebo. Menurut NEAC 2009 pada ethical clearance, pemberian plasebo tidak dianjurkan jika produk yang diujikan memberikan manfaat yang positif bagi
kesehatan.
4.5. Jumlah Konsumsi Minyak Sawit Mentah selama Intervensi
Selama 2 bulan intervensi dibagikan produk MSMn sebanyak 202 botol pada 31 keluarga dengan jumlah anggota keluarga 160 orang, dan 78 orang
diantaranya merupakan responden. Satu botol MSMn berisikan 140 ml diberikan per keluarga setiap minggu sehingga didapatkan informasi setiap orang
mengkonsumsi MSMn sebanyak 2,94 ml MSMn per hari selama 2 bulan intervensi. Jumlah MSMn yang dikonsumsi responden melebihi target awal,
dimana setiap responden dianjurkan mengkonsumsi minimal 2 ml MSMn per hari. Jumlah milliliter minyak sawit mentah yang dikonsumsi per hari kemudian
dikonversi menjadi milligram beta karoten yang didapatkan dari hasil perhitungan milliliter MSMn yang dikonsumsi dan dikalikan dengan kadar beta karoten
MSMn berdasarkan penelitian Anggraeni 2012, yaitu 664,17 ppm. Berdasarkan
hasil tersebut, maka jumlah konsumsi per hari responden setara dengan 1,95 mg beta karoten.
Tabel 12 Jumlah konsumsi minyak sawit mentah responden yang diambil darah
No Kode
Responden Jumlah
Anggota Keluarga
Jumlah Botol yang
dibagikan selama 2
bulan Jumlah
Konsumsihari ml
mg b- karoten
1 D1
6 7
3,267 2,170
2 D2
4 7
4,900 3,254
3 D3
6 7
3,267 2,170
4 D4
8 7
2,450 1,627
5 D5
5 7
3,920 2,604
6 D6
6 7
3,267 2,170
7 D7
6 7
3,267 2,170
8 D8
2 7
9,800 6,509
9 D9
4 7
4,900 3,254
10 D10
7 7
2,800 1,860
11 D11
6 7
3,267 2,170
12 B1
3 5
4,667 3,099
13 B2
3 5
4,667 3,099
14 B3
5 5
2,800 1,860
15 B4
4 5
3,500 2,325
16 B5
6 5
2,333 1,550
17 B6
5 5
2,800 1,860
18 B7
6 5
2,333 1,550
19 B8
6 5
2,333 1,550
20 B9
4 5
3,500 2,325
21 B10
7 5
2,000 1,328
22 B11
5 5
2,800 1,860
JUMLAH 114
132 Khusus untuk responden yang diambil darah, jumlah minyak sawit mentah
yang dikonsumsi per responden dijabarkan pada Tabel 12. Hasil pengamatan menunjukkan perkiraan jumlah beta karoten yang dikonsumsi responden diambil
darah bervariasi dari 1,328 – 6,509 mg beta karoten per hari. Menurut Bloomhoff
1994 berdasarkan rekomendasi Institut Kesehatan Nasional di Amerika Serikat, rekomendasi yang dianjurkan untuk konsumsi harian dari vitamin A adalah
0,5 – 1,5 mg, disesuaikan dengan umur dan jenis kelamin. Meskipun demikian,
beta karoten yang berasal dari sumber tanaman bersifat aman untuk dikonsumsi dan tidak akan memberikan efek toksik sampai 100.000 IU per hari, atau setara
dengan 58,8 ml minyak sawit mentah Muchtadi 2009. Menurut Bloomhoff 1994, kelebihan konsumsi beta karoten tidak bersifat toksik melainkan kerotenis
warna kuning pada kulit, dimana hanya berlangsung sementara jika konsumsi diturunkan. Hal ini dikarenakan penyerapan beta karoten menurun bila
konsumsinya berlebihan. Kelebihan beta karoten akan dikeluarkan melalui feses. Variasi jumlah asupan disebabkan jumlah anggota keluarga yang berbeda di tiap
keluarga, sehingga perkiraan minyak sawit mentah yang dikonsumsi juga berbeda-beda pada setiap keluarga.
4.6 Hasil Analisa Beta Karoten
Hasil pengukuran terhadap kadar beta karoten plasma darah terhadap responden diambil darah menunjukkan peningkatan pada sebelum dan sesudah
intervensi, yaitu dari 1,907±1,006 μmollmenjadi 1,965±0,762 μmoll. Gambar 11
menunjukkan peningkatan kadar beta karoten terjadi pada 16 responden, dimana rata-
rata kenaikan sebesar 0,451 μmoll. Hal ini sesuai dengan penelitian Dimitrov et al. 1988 pada responden yang diberi suplementasi beta karoten
sebanyak 15 dan 45 mg menaikkan kadar beta karoten plasma darah. Penelitian Roels 1963 tentang konsumsi minyak sawit pada anak laki-laki yang defisien
vitamin A dapat meningkatkan kadar beta karoten dalam serum. Hasil uji statistik pada t hitung 5 tidak menunjukkan perbedaan signifikan untuk parameter beta
karoten. Jumlah konsumsi minyak sawit mentah memberikan variasi pada kadar
beta karoten responden. Pada 16 responden yang mengalami peningkatan kadar beta karoten, jumlah konsumsi minyak sawit mentah berkisar antara
1,328 – 6,509 mg beta karotenhari Lampiran 12. Jumlah konsumsi antara
1,328 – 3,254 mg beta karoten per hari dapat menaikkan kadar beta karoten
plasma pada 15 responden, dengan rata-rata kenaikan sebesar 0,457 μmoll.
Jumlah konsumsi ini tidak jauh berbeda dengan jumlah konsumsi pada responden D8, yang mengkonsumsi 6,509 mg beta karotenhari hanya mampu menaikkan
kadar beta karoten sebesar 0,358 μmoll. Semakin banyak karoten, efisiensi