Monitoring Teknik Pemilihan Responden untuk Analisis Darah

pendidikan orang tua merupakan faktor yang mempengaruhi pemilihan pangan keluarga seperti yang dikemukakan Schaffner et al. 1998 dan Madanijah 2003. Jenjang pendidikan orang tua memberi peluang lebih besar memperoleh pengetahuan tentang gizi dan tentang makanan sehat bagi keluarga, dimana atribut gizi suatu produk pangan menjadi penting bagi mereka. Sumarwan 2003 menyatakan bahwa tingkat pendidikan akan mempengaruhi nilai-nilai yang dianut, cara berpikir, cara pandang bahkan persepsinya terhadap suatu masalah. Konsumen yang memiliki tingkat pendidikan lebih baik akan responsif terhadap informasi. Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi umumnya lebih menyadari kebutuhan akan informasi dan lebih terbuka terhadap media massa. Dari data karakteristik responden pada Tabel 9, sebanyak 19 responden 24 telah menyelesaikan jenjang pendidikan SMA, 16 responden 21 menyelesaikan jenjang pendidikan hingga SMP, dan 13 responden 17 menyelesaikan hingga SD. Jumlah responden yang tidak bersekolah hanya 5 dari total responden dan didominasi oleh manula. Jenis pekerjaan responden memperlihatkan produktivitasnya sehari-hari dan menentukan jumlah penghasilan untuk memenuhi kebutuhannya. Pada program ini, sebanyak 46 responden 58,97 mengelompok pada jenis pekerjaan IRT Ibu Rumah Tangga dan belumtidak bekerja. Dari kelompok IRT dan belumtidak bekerja, 27 responden merupakan ibu rumah tangga, sementara itu 19 responden merupakan anak-anak yang belum bersekolah dan orang tua. Jumlah responden ibu rumah tangga ini sejalan dengan pemilihan responden yang diutamakan adalah ibu, terkait dengan pemilihan menu untuk makanan sehari-hari dalam keluarga adalah ibu sebagai “gate keeper”. Status sebagai pelajar juga dapat dianggap belum bekerja, karena status pelajar belum memiliki penghasilan layaknya orang bekerja. Pendapatan keluarga merupakan penentu penting pada pola makan keluarga. Pendapatan keluarga berhubungan secara nyata dan positif dengan perilaku konsumsi pangan anggota keluarga Soedikarijati 2001. Tabel 9 menunjukkan rata-rata pendapatan per keluarga responden setiap bulannya. Pengelompokkan rata-rata pendapatan didasarkan pada batas UMR yang ditetapkan kabupaten Bogor untuk tahun 2012, yaitu sebesar Rp. 1.174.200,-. Hasil pengamatan pada Tabel 9 menunjukkan bahwa 16 keluarga responden memiliki pendapatan keluarga dibawah UMR kabupaten Bogor, dan 15 keluarga memiliki pendapatan keluarga di atas UMR kabupaten Bogor. Rata-rata pendapatan keluarga per bulan adalah Rp. 1.212.258, dengan pendapatan terbesar adalah Rp. 2.460.000 dan pendapatan terkecil adalah Rp. 500.000. Meskipun ada 15 keluarga yang memiliki pendapatan di atas UMR, namun jika diperhitungkan dengan rata-rata jumlah keluarga yaitu 5 orang, maka jumlah pendapatan demikian tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh keluarga secara optimal selama satu bulan. Hal inilah yang menyebabkan keluarga responden dikelompokkan sebagai keluarga pra-sejahtera. Jumlah pendapatan akan menggambarkan besarnya daya beli dari seorang konsumen. Daya beli akan menggambarkan banyaknya barang dan jasa yang bisa dibeli dan dikonsumsi oleh seorang konsumen dan anggota keluarganya. Solomon et al. 2006. Gambar 8 menunjukkan status kesehatan responen di awal program. Berdasarkan hasil wawancara, 84 responden menunjukkan status kesehatan yang baik. Mereka yang dari pengamatan terlihat kurang baik melaporkan sering mengalami sakit flu batuk-pilek, alergi gatal-gatal atau bengkak dan diare Gambar 9. Gambar 8 Status kesehatan responden di awal program Jenis penyakit yang paling banyak di derita responden adalah batuk, pilek, asma yaitu 11 orang, disusul dengan diare yaitu 6 orang serta sisanya adalah menderita penyakit lainnya. Baik 84 Cukup Baik 16