Sosialisasi Intervensi Produk Minyak Sawit Mentah
memungkinkan untuk diberi pengetahuan baru sehingga penyerapan terhadap informasi baru tinggi.
Tabel 9 Karakteristik responden No Karakter responden
Jumlah orang
1
Jenis Kelamin
Laki-laki 29
37,18 Perempuan
49 62,82
Total 78
100 2
Usia
Balita 0 – 5 tahun
9 11,54
Anak-anak 6 – 12 tahun
9 11,54
Remaja 12 – 17 tahun
8 10,26
Dewasa 18 – 55 tahun
49 62,82
Manula 56 tahun 3
3,846 Total
78 100
3
Pekerjaan
Buruh 5
6,41 Swasta
11 14,1
Pelajar 14
17,95 Karyawan
2 2,564
Ibu Rumah Tangga dan 46
58,97 belumtidak bekerja
Total 78
100 5
Pendapatan keluarga
Rp. 1.174.200,- 16
51,6 Rp. 1.174.200,-
15 48,4
Total 31
100 6
Tingkat Pendidikan
Belum sekolah 11
14 Tidak Sekolah
4 5
SD 5
6 Tamat SD
13 17
SMP 10
13 Tamat SMP
16 21
Tamat SMA 19
24 Total
78 100
Tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi tingkat kepemilikan dan keluasan pengetahuan untuk penyelenggaraan kehidupannya. Lama pendidikan
menentukan tingkat penerimaan seseorang terhadap informasi baru. Tingkat
pendidikan orang tua merupakan faktor yang mempengaruhi pemilihan pangan keluarga
seperti yang
dikemukakan Schaffner
et al.
1998 dan
Madanijah 2003. Jenjang pendidikan orang tua memberi peluang lebih besar memperoleh pengetahuan tentang gizi dan tentang makanan sehat bagi keluarga,
dimana atribut gizi suatu produk pangan menjadi penting bagi mereka. Sumarwan 2003 menyatakan bahwa tingkat pendidikan akan mempengaruhi nilai-nilai yang
dianut, cara berpikir, cara pandang bahkan persepsinya terhadap suatu masalah. Konsumen yang memiliki tingkat pendidikan lebih baik akan responsif terhadap
informasi. Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi umumnya lebih menyadari kebutuhan akan informasi dan lebih terbuka terhadap media
massa. Dari data karakteristik responden pada Tabel 9, sebanyak 19 responden
24 telah menyelesaikan jenjang pendidikan SMA, 16 responden 21 menyelesaikan jenjang pendidikan hingga SMP, dan 13 responden 17
menyelesaikan hingga SD. Jumlah responden yang tidak bersekolah hanya 5 dari total responden dan didominasi oleh manula.
Jenis pekerjaan responden memperlihatkan produktivitasnya sehari-hari dan menentukan jumlah penghasilan untuk memenuhi kebutuhannya. Pada program
ini, sebanyak 46 responden 58,97 mengelompok pada jenis pekerjaan IRT Ibu Rumah Tangga dan belumtidak bekerja. Dari kelompok IRT dan belumtidak
bekerja, 27 responden merupakan ibu rumah tangga, sementara itu 19 responden merupakan anak-anak yang belum bersekolah dan orang tua. Jumlah responden
ibu rumah tangga ini sejalan dengan pemilihan responden yang diutamakan adalah ibu, terkait dengan pemilihan menu untuk makanan sehari-hari dalam keluarga
adalah ibu sebagai “gate keeper”. Status sebagai pelajar juga dapat dianggap
belum bekerja, karena status pelajar belum memiliki penghasilan layaknya orang bekerja.
Pendapatan keluarga merupakan penentu penting pada pola makan keluarga. Pendapatan keluarga berhubungan secara nyata dan positif dengan
perilaku konsumsi pangan anggota keluarga Soedikarijati 2001. Tabel 9 menunjukkan rata-rata pendapatan per keluarga responden setiap bulannya.