65 Dalam upaya meningkatkan keunggulan kompetitif komoditas lada yang
berdasarkan analisis shift share bernilai positif 0,04, maka perlu dirumuskan strategi dan formulasi yang tepat sehingga perkebunan lada di kecamatan
Membalong khususnya dan di Kabupaten Belitung umumnya mampu bersaing dengan produsen dari daerah lainnya. Penguatan kelembagaan, manajemen usaha
perkebunan, penguatan pasar, peningkatan kualitas dan pemanfaatan teknologi merupakan bagian kecil dari strategi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan
keunggulan kompetitif wilayah sehingga siap bersaing dengan kompetitor dalam memproduksi produk yang sama.
5.2 Analisis dan Pemetaan Wilayah Yang Berpotensi Untuk Pengembangan Perkebunan Lada
Analisis dan pemetaan wilayah yang berpotensi untuk pengembangan perkebunan lada di Kabupaten Belitung menjadi bagian penting dalam penelitian
ini. Inventarisasi wilayah yang berpotensi untuk pengembangan lada bertujuan agar lahan atau wilayah yang berpotensi bisa dimanfaatkan optimal dan diarahkan
untuk pengembangan perkebunan lada tersebut. Konversi lahan yang potensial untuk perkebunan menjadi kawasan pemukiman, industri dan penambangan
inkonvensional tentu akan mengurangi cadangan wilayah pengembangan tanaman lada di masa yang akan datang. Hal ini tentu akan merugikan masyarakat dan
daerah Belitung sendiri mengingat keberadaan lada sangat berperan dalam mendukung perekonomian masyarakat yang bergerak di sub sektor perkebunan.
Analisis dan pemetaan wilayah yang berpotensi untuk pengembangan perkebunan lada dilakukan menggunakan metode Sistem Informasi Geografis
dengan memadukan berbagai peta tematik seperti peta kesesuaian lahan aktual, peta penggunaan lahan land use eksisting, peta perkebunan besar swasta sawit,
peta kawasan hutan, dan peta kawasan penambangan timah. Peta kesesuaian lahan aktual dalam penelitian ini diperoleh dengan menganalisis peta satual lahan land
unit Kabupaten Belitung yang dipadukan dengan persyaratan penggunaan karateristik lahan untuk tanaman lada yang dikeluarkan oleh Balai Besar
Sumberdaya Lahan Pertanian BBSDLP Kementerian Pertanian.
Analisis kesesuaian lahan secara spasial merupakan hal utama dalam memetakan wilayah yang berpotensi bagi pengembangan perkebunan lada di
66 Kabupaten Belitung. Analisis lahan yang sesuai secara spasial dimaksudkan untuk
mengetahui letak atau posisi lahan secara geografis yang memenuhi persyaratan untuk perkebunan lada. Analisis kesesuaian lahan secara spasial dilakukan dengan
memadukan peta satuan lahan land unit dan persyaratan penggunaan karakteristik lahan yang hasilnya berupa peta kesesuaian lahan aktual untuk
tanaman lada.
Menurut Sitorus 2004, analisis kesesuaian lahan pada hakekatnya merupakan proses untuk menduga potensi sumberdaya lahan untuk berbagai
penggunaannya. Adapun kerangka dasar dari analisis kesesuaian lahan adalah membandingkan persyaratan yang diperlukan untuk suatu penggunaan lahan
tertentu dengan sifat sumberdaya yang ada pada lahan tersebut. Dasar pemikiran utama dalam prosedur evaluasi atau analisis kesesuaian lahan adalah kenyataan
bahwa berbagai penggunaan lahan membutuhkan persyaratan yang berbeda-beda. Hasil evaluasi atau analisis kesesuaian lahan digambarkan dalam bentuk peta
sebagai dasar untuk perencanaan tata guna lahan yang rasional, sehingga tanah dapat digunakan secara optimal dan lestari Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007
Analisis kesesuaian lahan untuk tanaman lada di Kabupaten Belitung dilakukan dengan mencocokkan kualitas lahan yang tertera pada peta satuan lahan
Kabupaten Belitung dengan persyaratan penggunaan lahan untuk tanaman lada land requirements yang dikeluarkan oleh Balai Besar Sumberdaya Lahan
Pertanian Kementerian Pertanian Republik Indonesia. Kriteria kesesuaian persyaratan lahan tanaman lada yang digunakan secara lengkap dapat dilihat pada
Lampiran 1.
Dalam melakukan analisis kesesuaian lahan secara spasial ini harus didukung dengan berbagai kelengkapan data sekunder yang berupa peta tematik.
Beberapa jenis peta tematik yang digunakan dalam penelitian ini meliputi peta satuan lahan yang dikeluarkan oleh Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat tahun
1990 dengan skala 1:250.000. Peta satuan lahan ini memberikan beberapa informasi terkait beberapa karakteristik fisik dan kimia dari tiap satuan lahan di
Kabupaten Belitung meliputi kondisi lereng, bahaya erosi, drainase, tekstur, kedalaman tanah, KTK liat, kejenuhan basa, pH H
2
O, C-Organik, dan Salinitas. Data lain yang harus disiapkan juga adalah tabulasi data persyaratan kesesuaian
67 lahan untuk tanaman lada yang dikeluarkan oleh Balai Besar Sumberdaya lahan
Pertanian BBSDLP Kementerian Pertanian Republik Indonesia.
Klasifikasi jenis tanah pada peta satuan lahan Kabupaten Belitung masih dalam satuan asosiasi Widagdo et al. 1990. Dalam penilaian kesesuaian lahan
untuk tanaman lada yang dilakukan, karakteristik lahan dari masing-masing satuan lahan diwakilkan dari jenis tanah yang memiliki luasan terbesar dari
asosiasi tanah tersebut. Dengan demikian kesesuaian lahan yang dihasilkan merupakan gambaran secara umum karena ada kemungkinan pada lahan yang
dipetakan sesuai terdapat lahan-lahan yang sebenarnya tidak sesuai. Hal lain yang menjadi kelemahan dalam penentuan kesesuaian lahan ini adalah keterbatasan
data sehingga tidak semua persyaratan kesesuaian tersedia pada kriteria tiap satuan lahan.
Penilaian kesesuaian lahan tanaman lada dilakukan dengan mencocokan matching persyaratan kesesuaian lahan yang dikeluarkan BBSDLP dengan
kriteria dari tiap-tiap satuan lahan. Di Kabupaten Belitung terdapat 30 satuan lahan, namun dari 30 tersebut hanya 28 yang dianalisis karena 2 satuan lahan yang
lain tidak tersedia datanya. Hasil pencocokan matching peta satuan lahan land unit dengan karakteristik lahan untuk tanaman lada dapat dilihat pada
Lampiran 2. Kelas kesesuaian lahan aktual tanaman lada pada setiap satuan lahan tertera pada Tabel 16.
Tabel 16. Kelas kesesuaian lahan aktual tanaman lada pada setiap satuan lahan
No. Sat. Lahan
Nama Sat. Lahan
Kelas Sub
KelasPembatas Jumlah
Luas ha 1
Au.1.2.1 S3
S3f 2.799
1,24 2
Au.1.2.2 S3
S3f 2.355
1,05 3
Au.1.3 S3
S3f 7.732
3,44 4
Bq.1.1 S3
S3f 2.233
0,99 5
Bf.4.2 S3
S3f 2.686
1,19 6
Bf.4.3. S3
S3f 13.131
5,84 7
Bf.4.4 S3
S3f 2.513
1,12 8
Pq.1.1 S3
S3f 1.905
0,85
68
Tabel 16. lanjutan No.
Sat. Lahan Nama Sat.
Lahan Kelas
Sub KelasPembatas
Jumlah Luas ha
9 Pfq.2.1
S2 S2wfr
9.124 4,06
10 Pg.2.1
S2 S2wfr
15.606 6,94
11 Pq.2.1
S2 S2wfr
10.357 4,61
12 Pfq.2.2
S2 S2wfr
781 0,35
13 Pg.2.2
S2 S2wfr
7.350 3,27
14 pfq.3.1
S3 S3f
6.185 2,75
15 Pg.3.1
S2 S2wfr
24.195 10,76
16 Pq.3.1
S3 S3f
14.578 6,48
17 Pfq.3.2
S2 S2wfr
32.350 14,39
18 Pg.3.2
S2 S2wfr
17.568 7,81
19 Pq.3.2
S3 S3f
937 0,42
20 Pg.4.2
S3 S3r
12.461 5,54
21 Pg.7.2
S3 S3r
664 0,30
22 Pq.7.2
S3 S3fr
3.828 1,70
23 Hg.1.2.2
S3 S3ef
1.779 0,79
24 Hq.1.2.2
S3 S3ef
570 0,25
25 Hg.1.3.2
S3 S3ef
4.902 2,18
26 Hq.1.3.2.
S3 S3efr
3.848 1,71
27 Mg.2.2.2
N N
3.913 1,74
28 Mq.2.2.3
N N
3.104 1,38
29 X2
Td Td
1.765 0,78
30 X5
Td Td
13.628 6,06
Jumlah 224.848
100
Keterangan : S2
: Cukup sesuai S3
: Sesuai Marginal N
: Tidak Sesuai Td : Tidak ada data
Faktor Pembatas : e : bahaya erosi
w : ketersediaan air f: retensi hara
r : media perakaran Berdasarkan Tabel 16, dapat diketahui bahwa terdapat 30 satuan lahan di
Kabupaten Belitung, dimana 2 diantaranya tidak tersedia datanya. Dari ke 28 satuan lahan yang tersedia datanya, terdapat beberapa kelas kesesuaian lada yaitu
kelas S2 cukup sesuai dan kelas S3 sesuai marginal serta N tidak sesuai. Beberapa faktor pembatas yang menjadi penghambat dalam tiap kelas pada satuan
lahan di atas meliputi bahaya erosi, ketersediaan air, retensi hara dan media perakaran.
69 Kelas S1 tidak ditemukan dari hasil pengolahan data persyaratan
kesesuaian lada dengan kriteria masing-masing satuan lahan. Hal ini karena dibatasi oleh faktor ketersediaan air w dimana curah hujan yang dipersyaratkan
2000-2500 tidak dapat dipenuhi oleh curah hujan Kabupaten Belitung yang berada pada kisaran 2500-3000 S2. Faktor ketersediaan air curah hujan ini agak sulit
diubah, atau kalaupun bisa tentu menggunakan biaya yang besar. Kelas S2 mengisi sebagian besar area di Kabupaten Belitung. Sementara kelas S3 dan N
mengisi luasan pada urutan ke 2 dan ke 3 dengan pertimbangan satuan lahan 29 dan 30 tidak tersedia datanya sehingga diabaikan. Sebaran kelas kesesuaian lahan
aktual di masing-masing kecamatan tertera seperti Tabel 17.
Tabel. 17 Sebaran kelas kesesuaian lahan aktual di tiap kecamatan
No Kec
Luas Kesesuaian Lahan Aktual ha Td ha
Jumlah ha S1
S2 S3
N 1 Membalong
53.985 35.471
3.104 3.248
95.808 2 Tanjungpandan
10.205 1.361
3.164 14.730
3 Sijuk 23.927
20.979 3.235
48.141 4 Badau
25.726 14.551
3.913 5.745
49.936 5 Selat Nasik
3.489 12.745
16.233 Jumlah
117.332 85.107
7.017 15.392
224.848
Berdasarkan Tabel 17 sebaran kelas kesesuaian lahan aktual, diketahui
bahwa lahan dengan kelas S2 paling dominan diantara kelas yang lain S3 dan N. Lahan dengan kelas S2 memiliki luas 117.332 ha atau sekitar 52,18, yang
tersebar di semua kecamatan. Kecamatan Membalong memiliki lahan dengan kelas S2 terluas yang mencapai 53.985 ha. Lahan dengan kelas S2 juga banyak
ditemukan di kecamatan Badau dengan luas 25.726 ha. Urutan selanjutnya adalah Kecamatan Sijuk, Tanjungpandan dan Selat Nasik. Gambar 10. Berbagai
analisis spasial dalam penelitian ini menggunakan luas Kabupaten Belitung yaitu 224.848 ha, atau lebih kecil dari luas Kabupaten Belitung menurut Badan Pusat
Statistik Kabupaten Belitung yaitu 229.369 ha. Hal ini karena terkait skala peta shape file yang digunakan pada penelitian ini, sehingga beberapa pulau kecil
tidak terdeteksi pada peta.
70
Gambar 10. Peta kelas kesesuaian lahan aktual tanaman lada Luas lahan S3 aktual di Kabupaten Belitung mencapai 85.107 ha atau
37,85. Lahan kelas S3 ini juga tersebar atau menempati masing-masing kecamatan yang ada di Kabupaten Belitung. Lokasi terluas dari lahan kelas S3
juga berada di kecamatan Membalong. Lahan dengan kelas N tidak sesuai di Kabupaten Belitung mencapai 7.017 ha atau sekitar 3,12. Satuan lahan yang
tidak diketahui Td seluas 15.392 ha atau sekitar 6,85 yang masing-masing tersebar di kecamatan Membalong, Tanjungpandan, Sijuk dan Badau.
Masing-masing kelas kesesuaian lahan aktual di Kabupaten Belitung untuk tanaman lada menempati kelas S2, S3 dan N. Masing-masing kelas tersebut
dibatasi oleh faktor pembatas yang berbeda-beda. Beberapa faktor pembatas pada kelas S2 meliputi ketersediaan air w, retensi hara f dan media perakaran r.
Ketersediaan air w dalam persyaratan lahan ini mengacu pada data curah hujan aktual dengan persyaratan kesesuaian lahan tanaman lada. Faktor pembatas retensi
hara f meliputi KTK liat, kejenuhan basa dan pH. Faktor pembatas media perakaran r meliputi drainase dan kedalaman tanah.
SELA T
GASPAR
KABUPATEN BELITUNG TIMUR
71 Satuan lahan kelas S3 dibatasi oleh faktor-faktor yang hampir sama
dengan faktor pembatas pada kelas S2. Faktor pembatas tambahan selain faktor pembatas yang ada di kelas S2 yaitu faktor erosi e yang sulit dilakukan
perbaikan. Faktor erosi dapat dilakukan perbaikan dengan biaya yang relatif besar, sehingga kurang ekonomis. Kelas N dibatasi oleh faktor pembatasnya berupa
lereng dan tentu terkait dengan bahaya erosi yang terlalu berat dan membahayakan.
Penentuan wilayah yang berpotensi untuk perkebunan lada dilakukan dengan memadukan peta kesesuaian lahan aktual dengan peta penggunaan lahan
eksisting. Peta penggunaan lahan eksisting dalam penelitian ini menggunakan peta penggunaan lahan eksisting tahun 2009. Kedua peta tematik tersebut dipadukan
dengan menggunakan metode Sistem Informasi Geografis dalam hal ini menggunakan teknik overlay. Hasil akhir pemetaan wilayah yang berpotensi harus
memperhatikan atau berada di luar dari peta perkebunan besar swasta, peta kawasan penambangan timah dan peta kawasan hutan.
Kesesuaian lahan aktual untuk tanaman lada di Kabupaten Belitung yang dapat dimanfaatkan untuk perkebunan lada dalam penelitian ini adalah kelas lahan
aktual S2 dan kelas lahan aktual S3. Hal ini didasari dengan persyaratan penggunaankarakteristik lahan untuk tanaman lada. Kelas lahan N tidak menjadi
rekomendasi mengingat karakteristik lahan yang tidak sesuai dengan persyaratan penggunaan lahan untuk tanaman lada.
Penggunaan lahan eksisting Kabupaten Belitung yang dapat dimanfaatkan untuk perkebunan lada dalam penelitian ini adalah semak belukar, tanah terbuka,
pertanian lahan kering dan pertanian lahan kering campuran. Hal ini didasari oleh kondisi dan informasi serta kebiasaan masyarakat petani di Kabupaten Belitung
dalam membudidayakan lada. Penggunaan lahan di luar kawasan penggunaan tersebut tidak menjadi rekomendasi bagi pengembangan perkebunan lada. Luas
wilayah yang berpotensi untuk tanaman lada berdasarkan perpaduan dari peta kesesuaian lahan aktual dan peta penggunaan lahan eksisting tahun 2009 dengan
metode Sistem Informasi Geografis seperti tertera pada Tabel 18.
72 Tabel 18. Luas wilayah yang berpotensi untuk perkebunan lada
No Kecamatan Luas wilayah potensi ha
1 Membalong
44.066 2
Tanjungpandan 7.220
3 Sijuk
23.179 4
Badau 22.071
5 Selat Nasik
2.903 Jumlah
99.439 Berdasarkan Tabel 18, Kabupaten Belitung memiliki luas wilayah yang
berpotensi untuk perkebunan lada seluas 99.439 ha. Kecamatan Membalong memiliki wilayah potensi terluas untuk tanaman lada dengan luas 44.066 ha.
Kecamatan Sijuk dan Badau berada diurutan kedua dan ketiga untuk kecamatan yang memiliki luas wilayah potensi tanaman lada dengan luas masing-masing
23.179 ha dan 22.071 ha. Kecamatan Tanjungpandan dan Sijuk memiliki luas wilayah potensi untuk tanaman lada dengan luas masing-masing 7.220 ha dan
2.903 ha. Wilayah yang berpotensi untuk tanaman lada dijabarkan secara spasial seperti Gambar 11.
Gambar 11 . Peta wilayah yang berpotensi untuk perkebunan lada
Legenda
SELA T
GASPAR
73 Berdasarkan Gambar 11, wilayah yang berpotensi untuk perkebunan lada
meliputi wilayah dengan kelas aktual S2 dan berada di pertanian lahan kering, pertanian lahan kering campuran, semak belukar dan tanah terbuka. Wilayah lain
yang juga berpotensi untuk tanaman lada adalah wilayah dengan kelas aktual S3 dan berada di pertanian lahan kering, pertanian lahan kering campuran, semak
belukar dan tanah terbuka. Sebaran wilayah potensi untuk tanaman lada tersebar di 5 lima kecamatan dengan kecamatan Membalong menjadi kecamatan yang
memiliki wilayah potensi terluas untuk tanaman lada.
5.3 Analisis Margin Pemasaran Lada di Kabupaten Belitung