Fisiografi Kondisi Fisik Daerah

45 Formasi Bintan TRbl dan TRbp Formasi ini menempati sebagian besar Kabupaten Belitung dimana formasi Bintan yang dimaksud berumur Trias baik anggota Batu Pasir dan Batu Lempung TRbl ataupun Batu Pasir TRbp dan di beberapa tempat terdapat selang-seling antara Batu Pasir dan Batu Lempung. Formasi Bintan anggota Batu Pasir dan Batu Lempung kadang-kadang berselingan dengan serpihan yang terkikis. Sisipan batu pasir dalam batu lempung banyak mengandung besi dan arang. Formasi Bintan anggota batu pasir sebagian besar terdiri dari kuarsa. Berdasarkan hasil analisis Mineralogi, komposisi mineral formasi Bintan didominasi oleh Kuarsa keruh, Kuarsa bening, Opak, Zirkon, disamping ada Turmalin. Aluvium Qal Aluvium merupakan endapan muda Qal berumur Holosen yang berupa endapan sungai, rawa dan pantai. Endapan sungai terutama terdiri dari liat, debu, pasir dan bahan kasar. Adapun endapan rawa berupa lempung berwarna gelap, lempung liat yang mengandung lempung pasiran, sedangkan endapan pantai berupa endapan kasar dan pasir halus yang mengandung pecahan Koral dan Moluska. Aluvium pada umumnya menempati daerah aliran sungai dan pantai.

4.1.4 Fisiografi

Menurut Widagdo et al. 1990, keadaan Fisiografi di Pulau Belitung dapat dikelompokkan atas enam grup yaitu; grup Aluvial A, Marin B, Perbukitan H, Pegunungan dan Plato M, Dataran P, serta grup Aneka Bentuk X. Karakteristik dan penjelasan dari masing-masing grup Fisiografi dapat diuraikan sebagai berikut. Grup Aluvial A merupakan bentukan yang terjadi sebagai aktivitas aliran sungai fluvial ataupun longsoran koluvial. Bentuk permukaan lahan umumnya datar sampai agak cekung 0-3, bahan penyusun berupa endapan campuran berumur Holosen dari endapan liat, debu, pasir dan beberapa tempat ditutupi oleh bahan organik. 46 Grup Marin B merupakan bentukan dari proses marin atau proses yang berlangsung di lingkungan marin. Grup ini menyebar sepanjang pantai, terutama di bagian Tenggara dan Utara menempati daerah dengan ketinggian hingga 10 m dari permukaan laut dpl. Pada daerah tertentu banyak dijumpai batuan granit dalam ukuran besar yang muncul dalam lingkungan marin. Grup Perbukitan H terbentuk dari 2 macam bahan yaitu dari bahan batu Granit pTgr berumur Perm sampai Kapur dan batuan Sedimen formasi Bintan berumur Trias yang terdiri atas bahan Batupasir TRbp dan Batupasir dan Batulempung TRbl. Pada daerah perbukitan dari bahan batuan sedimen banyak dijumpai lapisan konkresi besi dengan kedalaman antara 0,5 hingga lebih dari 1 m dari permukaan tanah. Penyebaran perbukitan dari batuan Granit maupun batuan Sedimen terpencar-pencar dengan ketinggian antara 50-340 m dpl. Grup Pegunungan dan Plato M mengalami proses pembentukan yang sama dengan grup perbukitan, tetapi memiliki amplitudo relief lebih dari 300 m. Di pegunungan yang berasal dari batuan sedimen dijumpai lapisan konkresi besi pada kedalaman yang bervariasi, sedangkan pada pegunungan dari batuan granit banyak dijumpai singkapan batuan. Grup Dataran P terbentuk dari bahan batuan Plutonik berupa Granit pTgr berumur Perm sampai Kapur dan batuan sedimen dari formasi Bintan yang terdiri atas TRbp dan TRbl berumur Trias. Pada grup ini terjadi proses peneplainisasi perataan permukaan yang cukup lanjut, sehingga memberikan bentukan yang relatif datar dan menempati sebagian besar wilayah Pulau Belitung. Relief bervariasi dari datar, berombak, bergelombang dan pada beberapa tempat dengan bukit-bukit kecil hummocky. Grup Aneka Bentuk X berkaitan dengan penggunaan dan penutupan lahannya yaitu pemukiman, pertambangan dan penimbunan limbah. Daerah pertambangan umumnya menempati lokasi sepanjang sungai atau daerah cekungan terutama daerah endapan batuan granit. 47

4.1.5 Tanah