HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Analisis Sentra Perkebunan Lada
Dalam pembangunan suatu wilayah dibutuhkan pemahaman karakteristik dan kemampuan dari wilayah yang akan dikembangkan. Hal ini dibutuhkan
khususnya dalam memberikan masukan terkait penyusunan perencanaan suatu wilayah. Perencanaan yang baik akan memberikan kontribusi yang baik pula
dalam aplikasi pembangunan di suatu wilayah. Untuk itu dibutuhkan penggalian informasi mengenai keunggulan suatu wilayah dari sisi keunggulan komparatif
suatu wilayah. Optimalisasi keunggulan komparatif suatu wilayah dipadukan dengan kemampuan lokal yang khas dibandingkan dengan wilayah lain, akan
lebih mempertajam keunggulan kompetitif dalam bersaing dengan wilayah lainnya.
Salah satu karakteristik wilayah yang penting diketahui adalah pemusatan suatu aktivitas tertentu di wilayah tersebut dengan membandingkannya pada
cakupan wilayah agregat yang lebih luas Rustiadi et al. 2011. Teknik yang biasa digunakan adalah analisis Location Quotient LQ. Salah satu manfaat dari
analisis ini adalah mengetahui keunggulan komparatif wilayah. Analisis ini merupakan perbandingan relatif antara kemampuan yang sama pada cakupan
wilayah yang lebih luas Rustiadi et al. 2011
Dalam penelitian arahan dan strategi pengembangan perkebunan lada di Kabupaten Belitung, analisis LQ digunakan untuk mengetahui lokasi kecamatan
di Kabupaten Belitung yang memiliki keunggulan komparatif dalam usaha perkebunan lada. Beberapa data yang bisa dijadikan input analisis LQ adalah data
tenaga kerja, produksi, produktifitas maupun luas areal tanam suatu komoditas tertentu Rustiadi et al. 2011. Analisis LQ yang dilakukan pada penelitian ini
menggunakan input data berupa luas areal perkebunan lada di Kabupaten Belitung.
Dalam penelitian ini, dikaji nilai LQ beberapa titik tahun yaitu nilai LQ tahun 2008, 2009, 2010 dan 2011. Analisis LQ yang mengkaji kondisi beberapa
tahun ini didasari keinginan untuk melihat konsistensi nilai LQ suatu komoditas tertentu di suatu wilayah. Berhubung dalam penelitian ini berfokus pada
60 pengembangan perkebunan lada, maka hasil analisis LQ diarahkan untuk melihat
wilayah yang memiliki keunggulan komparatif dalam usaha perkebunan lada. Adapun wilayah yang dianggap memiliki keunggulan komparatif adalah wilayah
dengan nilai LQ lebih dari 1 LQ1.
Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai LQ komoditas lada tahun 2008 di tiap-tiap kecamatan menunjukkan hasil yang berbeda-beda antara 0,40 sampai
1,28. Jika difokuskan untuk melihat nilai LQ dari komoditas lada, maka nilai LQ yang memberikan nilai hasil yang lebih dari 1 satu hanya di kecamatan
Membalong. Sementara di 4 empat kecamatan lainnya menunjukkan nilai kurang dari 1 1. Dengan demikian, kondisi pada tahun 2008, kecamatan
Membalong memiliki keunggulan komparatif dalam perkebunan lada dibandingkan dengan kecamatan lainnya di Kabupaten Belitung. Nilai analisis LQ
perkebunan lada tertera pada Tabel 13. Tabel 13. Nilai analisis LQ perkebunan lada tahun 2008-2011
No Kecamatan
Nilai analisis LQ 2008
2009 2010
2011 1
Membalong 1,28
1,32 1,49
1,62 2
Tanjungpandan 0,41
0,34 0,23
0,21 3
Sijuk 0,47
0,45 0,31
0,41 4
Badau 0,61
0,61 0,38
0,45 5
Selat Nasik 0,40
0,43 0,16
0,23
Nilai LQ komoditas lada tahun 2009 menunjukkan bahwa wilayah
pengembangan lada yang memberikan nilai di atas 1 hanya ada di kecamatan Membalong Tabel 13. Di beberapa kecamatan lainnya, nilai LQ dari
perkebunan lada masih berada di bawah 1 LQ1. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2009, kecamatan Membalong memiliki keunggulan komparatif yang
lebih baik dari beberapa kecamatan lain di Kabupaten Belitung dalam usaha perkebunan lada.
Nilai analisis LQ tahun 2010 menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda dengan data tahun sebelumnya bahwa kecamatan Membalong memiliki nilai LQ
1 dalam arti kecamatan ini memiliki keunggulan komparatif wilayah dalam usaha
61 perkebunan lada dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Nilai LQ tahun 2010 di
kecamatan Membalong lebih tinggi jika dibandingkan nilai LQ tahun 2008 dan 2009. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan dari sisi keunggulan komparatif
wilayah terhadap komoditas lada di kecamatan Membalong.
Hasil analisis LQ tahun 2011 berdasarkan Tabel 13, semakin menguatkan analisis LQ dari data-data tahun sebelumnya. Analisis LQ menggunakan data
tahun 2011 ini menunjukkan bahwa kecamatan Membalong masih menjadi kecamatan yang memiliki keunggulan komparatif wilayah yang baik dengan nilai
LQ 1. Dibandingkan kecamatan-kecamatan lain di Kabupaten Belitung, maka kecamatan Membalong memiliki keunggulan komparatif di atas kecamatan
lainnya yang ada di Kabupaten Belitung. Untuk memperjelas perbandingan nilai analisis LQ komoditas perkebunan lada tiap-tiap kecamatan di Kabupaten
Belitung dapat lihat pada Gambar 9. Pada Gambar 9 terlihat bahwa kecamatan Membalong memiliki nilai LQ 1 dari tahun 2008-2011.
Gambar 9. Nilai analisis LQ perkebunan lada tiap kecamatan di Kabupaten Belitung tahun 2008-2011
1,28 0,41
0,47 0,61
0,40
1,32 0,34
0,45 0,61
0,43
1,49 0,23
0,31 0,38
0,16
1,62 0,21
0,41 0,45
0,23
0,00 1,00
2,00 Membalong
Tanjungpandan Sijuk
Badau Selat Nasik
2011 2010
2009 2008
62 Berdasarkan data keadaan umum wilayah, kecamatan Membalong
merupakan kecamatan yang konsisten dalam hal penanaman lada. Masyarakat petani dengan kultur atau budaya tani yang masih kental di kecamatan paling
selatan di Kabupaten Belitung ini senantiasa mengusahakan perkebunan lada. Dari tahun ke tahun terjadi peningkatan usaha perkebunan lada di kecamatan ini.
Dukungan sumberdaya alam dan keuletan sumberdaya manusia dipadukan dengan budaya tani yang masih kental menjadikan wilayah ini memiliki keunggulan
komparatif dibandingkan dengan kecamatan lain di Kabupaten Belitung.
Nilai analisis LQ ini merupakan nilai perbadingan relatif antara kemampuan sektor yang sama pada wilayah yang lebih luas Rustiadi et al. 2011.
Dengan demikian, maka nilai LQ dari beberapa kecamatan yang di bawah 1 bukan berarti wilayah tersebut memiliki luas areal dan produksi lada yang rendah,
mengingat hampir di setiap kecamatan mempunyai peran yang besar dalam mendukung angka produksi lada Kabupaten Belitung. Hal ini juga berlaku bagi
nilai LQ komoditas lain yang mampu mencapai angka jauh di atas nilai LQ lada, belum tentu memiliki jumlah luas areal dan produksi yang tinggi. Karena nilai
analisis LQ adalah nilai perbandingan relatif suatu komoditas tertentu di suaatu wilayah tertentu dengan perbandingan total komoditas di suatu wilayah tertentu
terhadap wilayah agregat yang lebih luas.
Analisis Location Quotient LQ seperti pembahasan sebelumnya hanya mampu menggambarkan sisi keunggulan komparatif suatu wilayah terhadap
aktivitas ekonomi tertentu. Dari analisis LQ yang dilakukan, maka perlu dikuatkan dengan Shift Share Analysis untuk mengetahui keunggulan dari sisi
kompetitifnya. Menurut Rustiadi et al. 2011, Shift Share Analysis SSA merupakan teknik analisis yang digunakan untuk melihat tingkat keunggulan
kompetitif competitiveness suatu wilayah dalam wilayah agregat yang lebih luas, berdasarkan kinerja sektor lokal local sector di wilayah tersebut.
Analisis shift-share juga dapat digunakan untuk mengetahui potensi pertumbuhan produksi sektoral dari suatu kawasan atau wilayah. Tabel 14
menyajikan nilai Shift Share Analysis komoditas perkebunan lada dari tiap-tiap kecamatan di Kabupaten Belitung. Data yang digunakan adalah data statistik
pertanian dari dua titik tahun yaitu tahun 2008 dan 2011. Pengambilan titik tahun
63 pada dasarnya tidak ada patokan waktu yang baku. Tetapi umumnya rentang
waktu yang diasumsikan dapat menunjukkan pola pergeseran yang stabil berkisar antara 3 , 5 atau 10 tahun atau tergantung data yang tersedia Rustiadi et al. 2011.
Tabel 14. Nilai Shift Share Analysis komoditas perkebunan lada di Kabupaten Belitung
No Kecamatan Share
Proportional Shift Differential Shift 1 Membalong
0,29 -0,16
0,04 2 Tanjungpandan
0,29 -0,16
-0,36 3 Sijuk
0,29 -0,16
-0,07 4 Badau
0,29 -0,16
-0,23 5 Selat Nasik
0,29 -0,16
-0,17
Berdasarkan Tabel 14 diketahui bahwa total nilai share dari analisis shift- share komoditas lada menunjukkan nilai yang positif di semua kecamatan.
Artinya secara umum terjadi peningkatan pertumbuhan total perkebunan di Kabupaten Belitung antara tahun 2008 dan tahun 2011. Nilai proportional shift
yang ditampilkan pada Tabel 14 menunjukkan angka negatif -0,16. Hal ini menunjukkan bahwa terjadinya penurunan aktivitas usaha perkebunan lada dalam
lingkup Kabupaten Belitung atau peningkatan usaha perkebunan lada di lingkup kabupaten tidak sebanding dengan peningkatan luas total perkebunan di
Kabupaten Belitung. Dalam analisis ini terlihat bahwa pada dasarnya terjadi peningkatan luas areal perkebunan lada di Kabupaten Belitung jika dibandingkan
antara tahun 2008 dan tahun 2011. Namun peningkatan luas perkebunan lada di tahun 2011 belum akan berpengaruh besar pada peningkatan angka ekspor tahun
2010 maupun 2011 karena lada baru berproduksi optimal di tahun ketiga setelah tanam.
Berdasarkan Tabel 14, juga dapat diketahui nilai differential shift dari masing-masing kecamatan. Dari Tabel 14 terlihat bahwa kecamatan Membalong
memiliki nilai differential shift yang positif 0,04. Hal ini menunjukkan bahwa perkebunan lada di kecamatan Membalong masih memiliki potensi yang bisa
dikembangkan, terlepas dari kontribusi yang disumbangkan oleh faktor-faktor eksternal komponen share dan komponen proportional shift.
64 Untuk mengkaji dan membandingkan lebih dalam kaitan nilai differential
shift komoditas lada di kecamatan Membalong yang bernilai positif dengan kondisi komoditas lainnya, berikut ditampilkan nilai differential shift beberapa
komoditas perkebunan lain di Kecamatan Membalong.
Tabel 15. Nilai Shift Share Analysis komoditas perkebunan di kecamatan Membalong
No Komoditas
Komponen Komponen
Komponen Share
Proportional Shift Differential Shift 1 Karet
0,29 1,16
-0,52 2 Lada
0,29 -0,16
0,04 3 Cengkeh
0,29 -0,48
1,56 4 Kopi
0,29 -
- 5 Jambu Mete
0,29 -0,17
0,12 6 Aren
0,29 -0,29
-0,00 7 Kelapa
0,29 -0,34
-0,66 8 Kelapa Sawit
0,29 0,30
-0,14
Berdasarkan Tabel 15 dapat diketahui bahwa lada, cengkeh dan jambu mete memiliki nilai differential shift yang positif. Namun mengingat differential
shift adalah nilai perbandingan relatif, maka perlu dilihat juga luasan dan kontribusi masing-masing komoditas perkebunan tersebut. Berdasarkan data
statistik diketahui bahwa cengkeh dan jambu mete memiliki luasan yang relatif kecil dan belum banyak diusahakan penduduk. Untuk komoditas lada, disamping
memiliki luas yang relatif besar, namun juga memiliki nilai differential shift yang positif sehingga pertumbuhan masih bisa terjadi.
Berdasarkan nilai analisis Location Quotient LQ dan Shift Share Analysis SSA dapat diketahui bahwa sentra perkebunan lada di Kabupaten
Belitung berada di kecamatan Membalong. Kecamatan ini memiliki keunggulan komparatif dengan nilai analisis LQ 1. Kecamatan Membalong yang terletak di
Selatan Kabupaten Belitung ini memang menjadi kecamatan yang diarahkan oleh Pemerintah Daerah untuk pengembangan sektor pertanian dan perkebunan. Kultur
budaya dan kualitas sumberdaya dipadukan dengan potensi sumberdaya alam menjadi kekuatan dan keunggulan komparatif bagi pengembangan perkebunan
lada di masa yang akan datang.
65 Dalam upaya meningkatkan keunggulan kompetitif komoditas lada yang
berdasarkan analisis shift share bernilai positif 0,04, maka perlu dirumuskan strategi dan formulasi yang tepat sehingga perkebunan lada di kecamatan
Membalong khususnya dan di Kabupaten Belitung umumnya mampu bersaing dengan produsen dari daerah lainnya. Penguatan kelembagaan, manajemen usaha
perkebunan, penguatan pasar, peningkatan kualitas dan pemanfaatan teknologi merupakan bagian kecil dari strategi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan
keunggulan kompetitif wilayah sehingga siap bersaing dengan kompetitor dalam memproduksi produk yang sama.
5.2 Analisis dan Pemetaan Wilayah Yang Berpotensi Untuk Pengembangan Perkebunan Lada