Analisis Wilayah Yang Berpotensi Untuk Pengembangan Perkebunan Lada

27 Pelaksanaan Shift Share Analysis SSA pada penelitian ini menggunakan data dasar dari luas areal tanam perkebunan lada baik di masing-masing kecamatan maupun total luas areal perkebunan lada di Kabupaten Belitung. Disamping itu digunakan juga data total luas areal perkebunan di Kabupaten Belitung. Dengan melakukan pengolahan data melalui Shift Share Analysis SSA, diharapkan akan diketahui nilai komponen share, proportional shift dan differential shift dari masing-masing komoditas perkebunan di tiap kecamatan. Wilayahkecamatan dimana nilai differential shift komoditas ladanya menunjukkan angka positif, maka perkebunan lada di kecamatan tersebut memiliki keunggulan kompetitif untuk pengembangan perkebunan lada ke depan.

3.4.2 Analisis Wilayah Yang Berpotensi Untuk Pengembangan Perkebunan Lada

Analisis wilayah yang berpotensi untuk pengembangan perkebunan lada di Kabupaten Belitung dalam penelitian ini dilakukan dengan memadukan peta kesesuaian lahan aktual dengan peta penggunaan lahan land use eksisting. Peta kesesuaian lahan aktual lada dalam penelitian ini dilakukan dengan mengacu pada analisis kesesuaian lahan menurut FAO dalam Framework of Land Evaluation FAO,1976. Sistem FAO dapat dipakai untuk klasifikasi kuantitatif maupun kualitatif tergantung dari data yang tersedia Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007. Analisis wilayah yang berpotensi untuk pengembangan perkebunan lada dilakukan dengan pengolahan data sekunder menggunakan metode Sistem Informasi Geografis SIG. Data sekunder yang digunakan dalam analisis ini terdiri dari beberapa peta tematik antara lain peta satuan lahan land unit Kabupaten Belitung, peta penggunaan lahan land use eksisting tahun 2009 dan peta administrasi Kabupaten Belitung. Disamping itu dalam analisis wilayah yang berpotensi ini juga digunakan kriteria persyaratan kesesuaian lahan untuk perkebunan lada yang dikeluarkan oleh Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian BBSDLP . Analisis wilayah yang berpotensi untuk pengembangan lada diawali dengan melakukan analisis dan membuat peta kesesuaian lahan aktual lada. Peta 28 kesesuaian lahan aktual lada dibuat dengan memadukan peta satuan lahan land unit dengan persyaratan kualitas lahan untuk tanaman lada yang dikeluarkan oleh BBSDLP sehingga diperoleh kelas kesesuaian lahan aktual pada tiap satuan lahan di Kabupaten Belitung. Kelas yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi 3 tiga dalam ordo S sesuai dan satu kelas yang dipakai dalam ordo N tidak sesuai. Peta kesesuaian lahan perkebunan lada pada penelitian ini berupa kelas dan sub kelas. Menurut Sitorus 2004 dan Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007, sistem FAO menjabarkan kelas kesesuaian lahan sebagai berikut : Kelas S1 : Sangat sesuai Highly suitable. Lahan ini tidak mempunyai pembatas yang besar untuk pengelolaan yang diberikan, atau hanya mempunyai pembatas yang tidak secara nyata berpengaruh terhadap produksi dan tidak akan menaikkan masukan yang telah biasa diberikan. Kelas S2 : Cukup sesuai Moderately suitable Lahan yang mempunyai pembatas-pembatas agak besar untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi produksi dan keuntungan atau lebih meningkatkan masukan yang diperlukan. Kelas S3 : Sesuai marginal Marginally suitable Lahan mempunyai pembatas-pembatas yang besar untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi produksi dan keuntungan atau lebih meningkatkan masukan yang diperlukan. Kelas N : Tidak sesuai Not suitable Lahan ini mempunyai pembatas permanen sehingga mencegah segala kemungkinan perlakuan. Dengan demikian lahan ini tidak dijadikan arahan pengembangan lada. Untuk mengetahui wilayah yang berpotensi bagi pengembangan perkebunan lada, maka peta kesesuaian lahan aktual lada dari tiap satuan lahan di Kabupaten Belitung tersebut dioverlay dengan peta penggunaan lahan land use existing tahun 2009. Hasil perpaduan peta kesesuaian lahan dengan peta penggunaan lahan menghasilkan wilayah yang berpotensi untuk pengembangan lada, meskipun belum tentu menjadi arahan pengembangan perkebunan lada. Wilayah yang berpotensi ini selanjutnya perlu dipadukan dengan peta Rencana 29 Tata Ruang Wilayah RTRW Kabupaten Belitung tahun 2005-2015 untuk mengetahui apakah wilayah tersebut menjadi lokasi arahan atau bukan bagi pengembangan perkebunan lada. Penentuan lokasi arahan akan dibahas pada sub metode selanjutnya pada penelitian ini.

3.4.3 Analisis Margin Pemasaran