66
pertanyaan  adalah  konsisten  atau  stabil  dari  waktu  ke  waktu  Ghozali, 2011:47.
Cara  yang  digunakan  untuk  menguji  reliabilitas  kuesioner  pada penelitian  ini  dengan  melihat  besaran  nilai  Cronbach  Alfa.  Suatu
konstruk atau variabel dikatakan reliable jika memberikan memberikan nilai nilai Cronbach Alpha  0,60 Ghozali, 2011:48
2. Uji Asumsi Klasik
Uji  asumsi  klasik  merupakan  tahapan  awal  yang  digunakan  sebelum analisis linier berganda Ghozali, 2011: 105. Ketika asumsi tidak terpenuhi,
biasanya  peneliti  menggunakan  berbagai  solusi  agar  asumsinya  dapat terpenuhi atau beralih ke metode yang lebih advance agar asumsinya dapat
terselesaikan. Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, uji multikolonieritas, dan uji heteroskedastisitas.
a Uji Normalitas
Uji  normalitas  bertujuan  untuk  menguji  apakah  dalam  model regresi,  variabel  independent  dan  variabel  dependent  keduanya
mempunyai  distribusi  normal  atau  mendekati  normal  Ghozali,  2011: 160.  Data  yang  baik  dan  layak  dalam  penelitian  adalah  yang  memiliki
distribusi  normal.  Normalitas  data  dapat  dilihat  dengan  beberapa  cara diantaranya dengan melihat kurva normal probability plot.
Normalitas  dapat  dilihat  dengan  cara  melihat  penyebaran  data titik  pada  sumbu  diagonal  grafik.  Jika  data  titik  menyebar  jauh  dari
garis  diagonal,  maka  menunjukkan  pola  distribusi  normal  yang
67
mengindikasikan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas. Jika data  titik  menyebar  menjauh  dari  garis  diagonal  maka  tidak
menunjukkan pola distribusi normal yang mengindikasikan bahwa model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas Ghozali, 2011: 160.
Untuk  Uji  normalitas  penelitian  ini  juga  menggunakan  uji  non- parametik  Kolmogorov-Smrirnov  K-S  untuk  mengetahui  signifikansi
data  terdistribusi  normal.  Dalam  uji  Kolmogorov-Smirnov,  suatu  data dikatakan  normal  jika  nilai  asymptotic  significance  lebih  dari  0,05
Ghozali, 2011: 161.
b Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas  adalah  keadaan  dimana  antara  dua  variabel independent  atau  lebih  pada  model  regresi  terjadi  hubungan  linear  yang
sempurna  atau  mendekati  sempurna.  Uji  multikolinearitas  bertujuan untuk  menguji  apakah  model  regresi  ditemukan  adanya  korelasi  dengan
variabel  bebas  independent.  Model  regresi  yang  baik  mensyaratkan tidak adanya multikolinearitas atau tidak terjadi korelasi diantara variabel
independen  Ghozali,  2011:  171.  Jika  variabel  independent  saling berkorelasi,  maka  variabel
–  variabel  ini  tidak  ortogonal.  Variabel ortogonal adalah variabel independent yang memiliki nilai korelasi antar
sesama variabel independent sama dengan nol. Untuk  mendeteksi  ada  atau  tidaknya  multikolinieritas  di  dalam
model regresi adalah sebagai berikut:
68
1  Nilai  R
2
yang  dihasilkan  oleh  suatu  estimasi  model  regresi  empiris sangat  tinggi,  tetapi  secara  individual  variabel-variabel  independent
banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependent. 2  Menganalisis  matriks  korelasi  variabel-variabel  independent.  Jika
antar  variabel  ada  korelasi  yang  cukup  tinggi  umumnya  di  atas 0.90,  maka  hal  ini  merupakan  indikasi  adanya  multikolinieritas.
Tidak  adanya  korelasi  yang  tinggi  antar  variabel  independent  tidak berarti  bebas  dari  multikolinieritas.  Multikolinieritas  dapat
disebabkan  karena  adanya  efek  kombinasi  dua  atau  lebih  variabel independent.
3  Multikolinieritas  dapat  juga  dilihat  dari  1  nilai  tolerance  dan lawannya  2  variance  inflation  factor  VIF.  Kedua  ukuran  ini
menunjukkan  setiap  variabel  independent  manakah  yang  dijelaskan oleh  variabel  independent  lainnya.  Dalam  pengertian  sederhana
setiap variabel independent menjadi variabel dependent terikat dan diregres terhadap variabel independent lainnya. Tolerance mengukur
variabilitas  variabel  independent  yang  terpilih  jika  dijelaskan  oleh variabel independent lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama
dengan  nilai  VIF  tinggi  karena  VIF  =  1tolerance.  Nilai  cut  off yang  umum  dipakai  untuk  menunjukkan  adanya  multikolinieritas
adalah nilai tolerance  0.10 atau sama dengan nilai VIF  10. Setiap peneliti  harus  menentukan  tingkat  kolinieritas  yang  masih  dapat
ditolerir.  Sebagai  misal  nilai  tolerance  =  0.10  sama  dengan  tingkat
69
kolinieritas 0.95. Walaupun multikolinieritas dapat dideteksi dengan nilai  tolerance  dan  VIF,  tetapi  kita  masih  tetap  tidak  mengetahui
variabel-variabel independent mana sajakah yang saling berkolerasi.
c Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi  ketidaksamaan  varians  dari  residual  satu  pengamatan  ke
pengamatan  yang  lain.  Jika  varians  dari  residual  satu  pengamatan  ke pengamatan  yang lain tetap maka disebut  homokedastisitas, jika berbeda
disebut heterokedastisitas Ghozali, 2011:138. Model  regresi  yang  baik  adalah  homokedastisitas  atau  tidak  terjadi
heterokedastisitas.  Kebanyakan  data  crossection  mengandung  situasi heterokedastisitas  karena  data  ini  menghimpun  data  yang  mewakili
berbagai ukuran kecil, sedang, besar.  Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas adalah dengan cara melihat grafik plot
antara  nilai  prediksi  variabel  terikat  dependent  yaitu  ZPRED  dengan residualnya  SRESID.  Deteksi  ada  tidaknya  heterokedastisitas  dapat
dilakukan  dengan  melihat  ada  tidaknya  pola  tertentu  pada  grafik scatterplot  antara  SRESID  dan  ZPRED  dimana  sumbu  Y  adalah  Y  yang
telah  diprediksi,  dan  sumbu  X  adalah  residual  Y  prediksi –  Y
sesungguhnya yang telah di - studentized. Dengan  analisis  jika  ada  pola  tertentu,  seperti  titik-titik  yang  ada
membentuk  pola  tertentu  yang  teratur  bergelombang,  melebar  kemudian menyempit,  maka  mengindikasikan  telah  terjadi  heterokedastisitas  dan
70
jika  tidak  ada  pola  yang  jelas,  serta  titik-titik  menyebar  di  atas  dan  di bawah  angka  0  pada  sumbu  Y,  maka  tidak  terjadi  heterokedastisitas
Ghozali, 2011: 139.
3. Koefisien Determinasi R²