namun mereka lebih senang mempekerjakan buruh tani daripada penyakap untuk menggarap tanahnya;
3. petani sedang: memiliki tanah sampai 5 hektar sekedar cukup untuk kepentingan sendiri dan tidak mempekerjakan buruh tani atau penyakap.
Sebagian besar golongan ini berkecimpung dalam bidang perdagangan hasil surplus pertanian;
4. petani miskin: dicirikan oleh pemilikan tanah yang sempit kurang dari 1 hektar yang tidak mencukupi untuk menghidupi dirinya sendiri dan
keluarganya. Sebagian besar mereka terpaksa bekerja sebagai buruh tani atau petani bagi hasil; dan
5. buruh tani tak bertanah: banyak yang tidak memiliki alat-alat pertanian sama sekali, dan bertempat tinggal diatas tanah orang lain atau menumpang.
Bersama petani miskin, secara politik mereka merupakan unsur yang mudah meledak di masyarakat pedesaan Jawa.
Secara teori, struktur kelas di atas dapat dibagi menjadi lima golongan seperti yang disebutkan di atas. Kenyataannya, desa yang mengalami stratifikasi
sosial berdasarkan luasan tanah yang dimiliki penduduk desa terbagi menjadi empat golongan petani pedesaan yaitu petani kaya berlahan luas, petani berlahan
sedang, petani berlahan sempit dan buruh tani. Hanya 10-20 persen luasan tanah yang dikuasai penduduk desa sedangkan sisanya telah dikuasai oleh mayoritas
orang-orang dari luar desa. Pendapatan rumah tangga masyarakat agraris diperoleh dari kegiatan usahatani yang memerlukan lahan sebagai faktor produksi
utama. Bagi masyarakat desa, kepemilikan atau penguasaan lahan selain mencerminkan kesejahteraan petani juga sangat penting dalam kehidupan
masyarakat desa karena identik dengan status sosial rumah tangga.
2.2 Kerangka Pemikiran
Penguasaan lahan merupakan kemampuan seseorang dalam memiliki, mengelola, memanfaatkan dan memperoleh keuntungan yang dihasilkan dari penggunaan
lahan. Penguasaan lahan biasanya berkaitan dengan bentuk hubungan antara manusia dengan lahan. Hal tersebut dapat dilihat dari bentuk hubungan
penguasaan lahan, seperti pemilik sekaligus penggarap; pemilik bukan penggarap;
bukan pemilik, penggarap; bukan pemilik dan bukan penggarap. Tingkat penguasaan lahan dipengaruhi oleh faktor yaitu akses terhadap lahan dan
kebijakan pemerintah. Akses terhadap lahan dapat dilihat dari kemampuan petani dalam mengelola, memanfaatkan dan memperoleh lahan, sedangkan kebijakan
pemerintah dapat dilihat dari peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintah terkait dengan hak akses terhadap lahan.
Gambar 1. Bagan Kerangka Analisis Pengaruh Penguasaan Lahan terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa
Keterangan: = mempengaruhi
= kualitatif = memiliki hubungan
= kuantitatif = mempengaruhi kualitatif
= keterkaitan
Tingkat penguasaan lahan dapat dilihat dari luas lahan yang dikuasai dan status lahan yang dikuasai. Luas lahan adalah ukuran lahan yang dimiliki oleh
seseorang dalam satuan hektar, sedangkan status lahan adalah suatu ukuran yang dimiliki seseorang dalam hal bentuk hubungan dengan tanah. Adapun dengan
Faktor-faktor penguasaan lahan:
akses terhadap lahan kebijakan pemerintah
Kondisi sosial
ekonomi rumah
tangga petani:
Tingkat penguasaan lahan:
luas lahan yang dikuasai
status kepemilikan lahan
tingkat penda
tingkat pendid
kepemilikan asset dan modal
Karakteristik rumah
tangga petani:
jumlah tanggungan
rumah tangga
pendidikan keluarga
tingkat ketergantun
gan pada lahan
tingkat penguasaan lahan yang dilihat dari luas lahan dan status lahan akan mempengaruhi kondisi sosial ekonomi rumah tangga petani. Kondisi sosial
ekonomi dapat dilihat dari tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, dan kepemilikan asset dan modal rumah tangga petani. Pertama, tingkat pendapatan
dilihat dari besarnya pendapatan petani yang diterima setiap bulannya. Kedua, tingkat pendidikan dapat dilihat dari kemampuan petani dalam memenuhi
kebutuhan pendidikan anggota keluarga usia sekolah. Pengukuran tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan dapat dilihat dari karakteristik rumah tangga
petani yang dilihat dari jumlah tanggungan keluarga, pendidikan keluarga dan ketergantungan terhadap lahan. Ketiga, yaitu kepemilikan asset dan modal dapat
dilihat dari lahan yang dikelola atau dimiliki petani untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga petani.
2.3 Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran penelitian, peneliti mengajukan satu hipotesis
utama yaitu tingkat penguasaan lahan mempengaruhi kondisi sosial ekonomi masyarakat desa.
2.4 Definisi Operasional 1. Luas lahan adalah ukuran lahan yang dimiliki oleh responden dalam satuan
hektar. Untuk penentuan kategori pengukuran dilakukan berdasarkan hasil rataan luas lahan menurut kondisi lapang.
Pengukuran: a. Luas 1
= kode 3 b. Sedang 0,5-1 = kode 2
c. Sempit 0,5 = kode 1 2. Status hubungan sosial dengan lahan lahan adalah suatu ukuran yang dimiliki
oleh responden dalam hal bentuk hubungan dengan tanah. Pengukuran:
Pemilik-penggarap = kode 3
Pemilik- bukan penggarap = kode 2
Bukan pemillik-penggarap = kode 1
Bukan pemilik-bukan penggarap = kode 0
3. Stratifikasi sosial yaitu jenjang pelapisan sosial yang terdapat di dalam masyarakat dengan ukuran. Dalam penelitian ini stratifikasi sosial berdasarkan
luas lahan yaitu luas, sedang, dan sempit dengan ukuran sebagai berikut: Luas 1
= kode 3 Sedang 0,5-1
= kode 2 Sempit 0,5
= kode 1 4. Kepemilikan asset dan modal merupakan lahan yang dimiliki atau dikelola
oleh responden untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga. Asset adalah lahan yang dimiliki seseorang atau responden yang tidak digarap untuk
memenuhi kebutuhan hidup sedangkan modal adalah lahan yang mereka miliki atau kuasai dan digarap untuk memenuhi kebutuhan hidup responden.
Dapat diukur sebagai berikut: 1. memiliki lahan sebagai asset dan sebagai modal
= kode 3 2. memiliki lahan sebagai asset dan bukan sebagai modal
= kode 2 3. memiliki lahan sebagai modal saja
= kode 1 4. tidak memiliki lahan sebagai asset dan modal
= kode 0 6. Tingkat ketergantungan pada lahan adalah sejauh mana lahan dianggap
penting dalam memenuhi kebutuhan responden yang diukur berdasarkan persentase pendapatan pertanian dari keseluruhan total pendapatan rumah
tangga responden. Pengukuran:
1. tinggi = kode 2
2. rendah = kode 1
7. Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang masih menjadi tanggungan responden dalam memenuhi kebutuhan hidup sampai
sekarang. Pengukuran jumlah tanggungan ini dapat dikategorikan dengan sedikit dan
banyaknya jumlah tanggungan keluarga. Pengukurannya yaitu : 4 = Banyak
2 x ≤ 4 = Sedang ≤ 2 = Kecil
8. Pendidikan keluarga adalah kemampuan responden untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak. Pengukuran pendidikan keluarga dapat
dikategorikan menjadi tiga yaitu: Perguruan tinggi,DI,DII,DIIISederajat Sangat berpendidikan = kode 3
Tamat SMA, tamat SMPsederajat Berpendidikan = kode 2
SD, tidak tamat SD, tidak sekolah, Kurang berpendidikan = kode 1
BAB III PENDEKATAN LAPANGAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kampung Cijengkol, Desa Cigudeg, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan tempat penelitian dilakukan
secara sengaja purposive. Pemilihan tempat penelitian didasarkan pada adanya fakta bahwa setengah wilayah di Desa Cigudeg ini dikuasai oleh PT Perkebunan
Nasional VIII. Lahan pertanian Desa ini luasnya mencapai 164 hektar namun, mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai pedagang dan wirausaha.
Mata pencaharian di lahan pertanian tidak dijadikan sebagai pendapatan utama padahal sekitar 1.406 jumlah rumahtangga yang bekerja pada lahan pertanian
BPS 2008 sehingga desa ini menarik untuk dijadikan lokasi penelitian. Dari sembilan dusun di desa ini dipilih dusun sembilan yaitu Kampung
Cijengkol RW 18 karena banyak warga miskin di kampung ini sedangkan mata pencaharian sebagian dari mereka adalah petani. Pemilihan kampung juga
dilakukan berdasarkan fakta bahwa kelompok tani yang ada di kampung ini tidak aktif seperti di kampung-kampung lainnya yang masih wilayah Desa Cigudeg.
Pengumpulan data dan pengolahan data dari penelitian ini dilakukan pada bulan April-Mei 2011. Pengolahan data dan hasil penyusunan penelitian selanjutnya
dilakukan pada bulan Mei-Juni 2011.
Tabel 3. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tahun 2011
Kegiatan Maret
April Mei
Juni Juli
3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2 Penyusunan proposal
dan instrument Penelitian
Pengumpulan data Pengolahan data
Penyusunan skripsi Ujian skripsi