tidak mempengaruhi tingkat pendidikan seseorang. Hal ini diperkuat dengan hasil olah data dari SPSS yang dapat dilihat pada lampiran 9. Hasil olah data SPSS
menunjukkan bahwa korelasi antara Luas Lahan dengan Tingkat Pendidikan sebesar 0,816 sangat kuat dan terbalik dengan nilai p0,035alpha 10 persen
artinya korelasi signifikan. Artinya Luas Lahan dengan Tingkat Pendidikan memiliki hubungan negatif atau luas lahan tidak mempengaruhi tingkat
pendidikan seseorang. Kesadaran pentingnya pendidikan demi kehidupan yang lebih baik belum ada di warga Kampung Cijengkol.
7.3 Hubungan Pengaruh Luas Lahan Terhadap Kepemilikan Asset dan Modal
Luas lahan yang dikuasai oleh warga kebanyakan berasal dari sistem bagi waris sehingga kebanyakan warga memiliki luas lahan dengan kategori sempit. Hal ini
mengakibatkan bahwa lahan menurut mereka tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Lahan dapat dijadikan asset dan juga modal tergantung dari si
pemilik lahan. Lahan dijadikan asset jika mereka menganggap bahwa memiliki sebidang tanah baik sawah maupun kebun untuk investasi masa depan mereka.
Namun, jika seseorang memiliki sebidang tanah dan dari tanah itulah mereka hidup berarti tanah tersebut dijadikan sebagai modal untuk mencukupi kebutuhan
hidup mereka. Kepemilikan asset dan modal di Kampung Cijengkol yang dipengaruhi oleh luas lahan dapat dilihat pada Tabel 17 di bawah ini.
Tabel 17. Hubungan Luas Lahan dengan Kepemilikan Asset dan Modal Tahun 2011
Tingkat Penguasaan
Lahan
Kepemilikan Asset
dan Modal
n M
A AM
Sempit 26
56,52 7
15,22 4
8,70 37
80,44
Sedang 2
4,35 1
2,17 2
4,35 5
10,87
Luas 2
4,35 1
2,17 1
2,17 4
8,69
Jumlah 30
65,22 9
19,56 7
15,22 46
100,00
Keterangan: tidak mempengaruhi dengan hasil SPSS rank spearman sebesar
,
234 lemah dan searah dengan nilai p0,117alpha 10 persen, M=modal, A=asset, AM=asset dan
modal.
Berdasarkan Tabel 17 di atas dapat dikatakan bahwa tidak ada kaitannya antara luas lahan dengan kepemilikan asset dan modal. Pada tabel
terlihat bahwa luas lahan yang sempit mempengaruhi seseorang dalam hal menganggap lahan sebagai modal saja 26 KK atau 56,52 . Beberapa
warga yang memiliki luas lahan yang sempit mengatakan bahwa lahan hanya sebagai asset ada 7 KK dan yang menganggap lahan sebagai asset dan
modal 4 KK. Kategori luas lahan sedang yang mengganggap lahan sebagai asset dan modal dan lahan hanya sebagai modal sekitar 2 KK sedangkan
untuk lahan yang dianggap sebagai asset hanya 1 KK. Berbeda dengan luas lahan pada kategori luas hanya 2 KK yang menganggap bahwa lahan hanya
sebagai modal untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari sedangkan untuk lahan yang dianggap sebagai asset dan lahan yang dianggap sebagai
asset dan modal sekitar 1KK saja. Kesimpulan dari hasil olah data yaitu bahwa luas lahan tidak
mempengaruhi kepemilikan asset dan modal karena warga tidak hanya menggantungkan pendapatan dari lahan yang mereka kuasai atau mereka
milik. Seseorang yang menganggap lahan yang dijadikan asset dan modal memiliki arti bahwa selain memiliki lahan untuk digarap demi mencukupi
kebutuhan sehari-hari juga memiliki lahan yang bisa dijadikan investasi masa depan karena lahan dianggap sangat penting terkait dengan peran
lahan yang dikaitkan dengan kesejahteraan lahan dan status sosial. Adapun beberapa warga kampung yang memiliki atau menguasai lahan yang sempit
menganggap lahan sebagai asset dikarenakan warga tidak bergantung terhadap lahan yang digarapnya.
Warga kampung memillih untuk mencari pendapatan lain di luar sektor pertanian. Oleh karena itu, luas lahan tidak mempengaruhi
kepemilikan asset dan modal yang diperkuat dengan adanya hasil dari olah data SPSS yang dapat dilihat pada lampiran 9. Hasil dari olah data SPSS ini
menunjukkan bahwa Korelasi antara Luas Lahan dengan Kepemilikan Asset dan modal sebesar 0,234 lemah dan searah dengan nilai p0,117alpha 10
persen artinya korelasi tidak significant. Artinya tidak ada hubungan antara luas lahan dengan kepemilikan asset dan modal seseorang.
7.4 Implikasi Pengaruh Penguasaan Lahan Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Rumahtangga Petani