Faktor Pendukung Just In Time

13 5. Mengurangi pemborosan Pengurangan pemborosan terutama dalam bentuk barang yang terbuang, karena pada hakekatnya pemborosan adalah biaya. menurut jenisnya, pemborosan dapat dibedakan dari cara pemborosan itu terjadi, yaitu: a. Karena produksi berlebih memproduksi barang dengan jumlah yang terlalu banyak; b. Karena waktu tunggu waktu tunggu yang tidak produktif dalam proses produksi; c. Karena transport gerakan yang tidak perlu dalam proses produksi; d. Karena proses operasi atau proses yang tidak perlu; e. Karena persediaan penimbunan bahan baku, bahan setengah jadi, bahan jadi, atau bahan lain yang berlebih; f. Karena gerakan pengerjaan kembali atau hasil dari kegiatan yang tidak perlu.

2.7. Faktor Pendukung Just In Time

Sistem produksi Just In Time memiliki beberapa faktor pendukung yang berperan penting dalam usaha untuk mencapai keberhasilan penerapan sistem tersebut. Menurut Heizer dan Render 2004, terdapat beberapa faktor penting dalam Just In Time yang berkontribusi sebagai competitive advantage, yaitu: 1. Faktor Supplier Pemasok Just In Time sangat memerlukan hubungan khusus antara pemasok dengan perusahaan pembeli seperti konsep kemitraan partnership. Just In Time memerlukan jumlah pemasok yang sedikit, pemasok dekat dengan pabrik, peningkatan frekuensi pengiriman dalam jumlah kecil, dilakukannya kontrak jangka panjang, pemasok dibantu dalam peningkatan kualitas serta penerapan Just In Time yang dibangun secara bersama - sama. 2. Faktor Inventory Persediaan Perusahaan pabrikasi biasanya menyimpan tiga jenis persediaan yaitu bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi. Just In Time memerlukan teknik dalam mengelola inventory antara lain: penggunaan pull system untuk 14 pergerakan inventory, pengurangan variabilitas, pengurangan persediaan, ukuran lot yang kecil, dan pengurangan waktu set up. 3. Faktor Scheduling Penjadwalan Scheduling atau penjadwalan operasi produksi merupakan penetapan waktu timing serta penggunaan sumber daya dalam kegiatan operasi produksi. Just In Time mensyaratkan a mengkomunikasikan penjadwalan kepada supplier, b jadwal produksi yang bertingkat, c menekankan bagian dari jadwal paling dekat dengan tempo, d lot kecil, dan e teknik Kanban. 4. Faktor Layout Tata Letak Tata letak layout merupakan susunan dari mesin-mesin dan peralatan serta semua komponen yang menunjang produksi dalam suatu pabrik. Tata letak yang baik memungkinkan pengurangan pemborosan yaitu pergerakan, misalnya pergerakan bahan baku maupun manusia. Just In Time mensyaratkan: a sel kerja untuk produk sejenis product family, b peningkatan fleksibilitas perubahan atau pergerakan peralatan, c jarak antar sel pekerja yang pendek, d pengurangan kebutuhan ruang untuk persediaan, e penggunaan poka-yoke. 5. Faktor Quality Management Manajemen Kualitas Just In Time memiliki tiga prinsip utama dalam pengendalian kualitas, yaitu output yang bebas cacat adalah lebih penting dari output itu sendiri, segala kesalahan dan kerusakan dapat dicegah, dan tindakan pencegahan adalah lebih murah dari pada pekerjaan mengulang. Penggunaan Jidoka dalam pengendalian kualitas atau yang sering disebut dengan nama autonomation, merupakan peralatan yang dilengkapi dengan intelejensia manusia untuk menghentikan dirinya sendiri ketika ia memiliki masalah. Dengan demikian Just In Time lebih dapat menghemat biaya karena tidak ada pemborosan. 6. Faktor Preventive Maintenance Pemeliharaan Pencegahan Pemeliharaan dilakukan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan melalui tindakan pencegahan. Preventive maintenance merupakan semua aktifitas yang dilakukan untuk menjaga peralatan dan mesin tetap bekerja dengan baik dan untuk mencegah kerusakan. Just In Time membutuhkan preventive maintenance yang terjadwal dan adanya pemeliharaan rutin harian. 15 7. Faktor Employee Empowerment Pemberdayaan Pekerja Pemberdayaan pekerja berarti melibatkan pekerja dalam setiap langkah proses produksi. Pemberdayaan pekerja dengan meluaskan pekerjaan pekerja sehingga bertanggung jawab dan memiliki kewenangan tambahan yang dipindahkan sedapat mungkin pada tingkat terendah dalam organisasi.

2.8. Sistem Kanban