64
4.4.8 Penjadwalan Produksi
Penjadwalan produksi merupakan menyusunan jadwal operasi produksi yang di dasarkan pada peramalan dan perencanaan produksi yang
telah disusun sebelumnya. Sebelum penjadwalan dibuat, Bill of Material BOM akan disusun terlebih dahulu untuk merinci jumlah bahan baku yang
akan digunakan pada proses produksi. Pada sistem produksi Just In Time, penjadwalan produksi disusun menggunakan teknik Heijunka yang memiliki
pola unik dalam mengurutkan berbagai jenis produk di lantai produksi. Heijunka pattern atau pola Heijunka merupakan suatu penjadwalan
dan penyusunan pola produksi dari berbagai produk di lantai produksi. Pola ini bertujuan untuk meratakan beban kerja harian, sehingga pada setiap
harinya para pekerja melakukan pekerjaan dengan waktu dan target produksi yang relatif sama. Tanpa pola Heijunka, beban kerja yang
diperoleh pekerja tidak akan sama setiap harinya bahkan cenderung sangat berbeda. Pada hari ini beban pekerja bisa saja sangat tinggi hingga
memerlukan overtime lembur akibat permintaan yang tinggi. Tetapi keesokan harinya beban pekerja bisa turun akibat penurunan permintaan
yang drastis. Kasus seperti ini dapat mengakibatkan stress pekerja atau terjadi pemborosan sumber daya akibat banyak pekerja yang menganggur.
Melalui penerapan Heijunka, stress pekerja ataupun pemborosan sumber daya dapat dihindari karena beban kerja yang ada diratakan
membentuk suatu pola yang stabil namun tetap fleksibel. Dengan kata lain penyusunan jadwal produksi dilakukan dengan cara pemerataan volume
produksi dan baurannya. Sehingga tujuan dari Just In Time untuk mereduksi pemborosan dan menciptakan proses yang efisien dapat terwujud.
Berdasarkan jadwal produksi yang ada pada tanggal 30 September 2010, PT ADM akan memproduksi kendaraan sejumlah 557 unit dengan
rincihan jenis unit seperti yang disajikan pada Tabel 5.
65
Tabel 5. Jumlah Unit Produksi Harian PT ADM
Jenis Jumlah Unit
Kode
Xenia - Avanza 318
X
A
Avanza 86
X
B
Terios 76
X
C
Rush 25
X
D
Grand Max 52
X
E
Sumber: Delivery Note PT Sumi Rubber 2010 Melalui rincian jumlah produk yang diproduksi pada tanggal 30
September 2010, maka coba disusun pendugaan pola Heijunka dari rencana produksi di atas. Penyusunan pola Heijunka berkaitan dengan pacu kerja
takt time dan sekuen urutan produk yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Salah satu pola Heijunka yang ada di PT. ADM adalah pola A 20:10 yang
menggambarkan perbandingan komposisi unit Xenia-Avanza-Terios-Rush dengan Grand Max-Luxio. Pola A 20:10 dijadikan sebagai acuan untuk
menduga urutan jenis produk dalam jalur produksi yaitu menetapkan 20 unit dalam satu sekuen urutan.
Secara umum terdapat dua tahapan umum dalam penyusunan Heijunka ini, pertama adalah penentuan total minimum unit yang
dikombinasikan dalam sebuah sekuen produk pada satu sekuen waktu. Kedua adalah penyusunan jadwal dan penentuan letak atau urutan produk
pada jalur produksi sesuai dengan jumlahnya persekuen. Berikut ini adalah contoh dugaan dari tahapan penyusunan Heijunka pattern berdasarkan pada
data produksi tanggal 30 September 2010.
Tahap 1: Penentuan total minimum unit dalam sebuah sekuen Lampiran 9
Tahap 1.1: Menentukan pacu kerja takt time satu unit produk Tahap 1.2: Menentukan ukuran sekuen minimum
Tahap 1.3: Persentase dan jumlah unit dalam sekuen
66
Tahap 2: Penyusunan jadwal dan penentuan letak unit
Tahap 2.1: Tempatkan unit secara berselang dan berurutan mulai dari unit terbanyak mulai dari X
A
, X
B
, …, X
E
? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? Jalur produksi yang masih kosong dan terdiri dari 20 komposisi mobil
kemudian diisi oleh unit terbanyak X
A
terlebih dahulu secara berselang sehingga menjadi seperti gambar berikut.
Tahap 2.2: Lanjutkan mengisi sel yang masih kosong sesuai urutan dari unit terbanyak X
B
– X
C
– X
E
– X
D
hingga semua sel terisi
Tahap 2.3: Ulangi sekuen serupa sebanyak jumlah sekuen perhari 28 kali
Berdasarkan uraian diatas, heijunka pattern atau pola Heijunka disusun melalui dua tahapan inti yang masing
–masing tahap akan dirinci lagi menjadi beberapa subtahap yang lebih sederhana. Penyusunan tahapan
ini dimaksudkan agar dapat memudahkan proses penyusunan beban produksi serta urutan produksi pada jalur produksi conveyor. Tahap 1
adalah penentuan total dari masing –masing unit berdasarkan tipenya dalam
67
sebuah sekuen. Untuk menentukan jumlah masing –masing unit ini, terlebih
dahulu harus ditentukan pacu kerja takt time untuk membuat satu unit produk berdasarkan jumlah jam kerja perhari dan total produksi perhari
yang telah ditentukan. Selanjutnya adalah perhitungan jumlah total waktu yang akan digunakan untuk memproduksi sejumlah unit dalam satu sekuen
yang telah ditetapkan yaitu 20 unit dalam satu sekuen. Setelah kebutuhan waktu untuk memproduksi unit dalam satu sekuen diperoleh, maka
selanjutnya akan dihitung jumlah sekuen yang mampu diperoleh berdasarkan waktu produksi yang tersedia dalam satu hari kerja. Subtahap
terakhir adalah penentuan proporsi jumlah unit berdasarkan masing –masing
tipe dalam satu sekuen produksi. Tahap 2 adalah penyusunan jadwal dan penentuan letak masing
– masing tipe unit kendaraan di jalur produksi. Unit kendaraan yang sudah
ditentukan proporsinya berdasarkan tipe dalam satu sekuen seperti yang telah dihitung di Tahap 1, akan disusun secara berselang di jalur produksi.
Proses penyusunan unit ini dilakukan secara berurutan dimulai dari unit atau tipe kendaraan dengan proporsi terbanyak dalam sekuen produksi hingga
sekuen tersebut terisi penuh. Selanjutnya ulangi urutan yang sama untuk sekuen selanjutnya hingga semua sekuen produksi yang telah ditetapkan 28
sekuen terisi penuh. Pada bagian akhir sekuen, urutan dan jumlah tipe kendaraan yang diproduksi dalam satu sekuen bisa saja mengalami sedikit
perubahan. Hal ini terjadi akibat penyesuaian jumlah total unit yang ingin dicapai dalam proses produksi dihari bersangkutan. Tidak ada ketentuan
baku dalam penyusunan urutan tipe kendaraan, yang ada hanyalah ketentuan penyusunan berselang dari tipe yang akan diproduksi. Penentuan
penyusunan berselang ini dimaksudkan agar tidak adanya diskriminasi waktu terhadap salah satu jenis produk atau tipe.
Heijunka pada akhirnya akan menghasilkan sebuah kestabilan dalam proses manufaktur. Melalui pola penyusunan Heijunka seperti yang telah
dijelaskan di atas, maka dapat disusun model berupa fungsi untuk menduga penyusunan dari Heijunka pattern. Fungsi ini menggambarkan jumlah unit
yang akan disusun dalam variasi sebagai dasar penyusunan Heijunka.
68
Fx = x seq ………………………………………………. 7
dimana, Fx : fungsi dari unit X : jumlah unit X yang akan di produksi
: total rencana produksi perhari seq : ukuran sekuen unit yang di tetapkan perusahaan
4.5. Pemodelan Biaya Pasokan