44
4.3.3 Sistem Tarik Pull System
Prinsip selanjutnya dalam penerapan Just in Time di PT. ADM adalah sistem tarik pull system. Sistem ini merupakan revolusi dari sistem
konvensional yang biasanya melakukan sistem dorong push system dalam melaksanakan proses produksi. Pada push system setiap proses akan
menghasilkan unit sebanyak mungkin untuk diserahakan ke proses berikutnya
tanpa mengetahui
apakah proses
berikutnya sudah
membutuhkanya atau belum. Berbeda dengan penerapan sistem tarik, proses selanjutnya akan menarik part dari proses sebelumnya sesuai dengan jenis,
jumlah, dan pada saat diperlukan saja. Sehingga produk dari proses sebelumnya merupakan bahan baku pada proses selanjutnya.
Penerapan sistem tarik ini sangat membantu kelancaran proses produksi. Setiap harinya kegiatan produksi akan dijalankan seefisien
mungkin dengan tingkat pemborosan akibat over production dan inventory yang besar bisa diminimalisir. Selain itu penggunaan sistem tarik ini sangat
fleksibel dalam menghadapi berbagai perubahan permintaan seperti perubahan jumlah atau model produk yang diminta konsumen. Penyesuaian
terhadap perubahan hanya dilakukan pada lini akhir dari produksi, sedangkan proses sebelumnya akan secara otomatis mengikuti perubahan
tersebut. Dengan demikian kemungkinan terjadinya out of product di antara proses dapat dihindari.
4.3.4 Standar Kerja
Melalui ketiga prinsip yang telah dijelaskan di atas, sebuah sistem sudah bisa dikatakan Just In Time atau tepat waktu. Dalam penerapannya di
lapangan, sistem produksi Just In Time ternyata juga memerlukan dua tools utama guna mendukung ketiga prinsip yang sudah dijelaskan di atas yaitu
standar kerja dan Kanban. Kedua tools ini merupakan instrumen yang digunakan untuk memperlancar proses operasi mulai dari hulu upstream
hingga ke hilir downstream. Standar kerja diartikan sebagai cara berproduksi yang memfokuskan
pada pergerakan orang dengan urutan proses yang efisien dan tanpa pemborosan muda. Penerapan standar kerja dalam setiap proses sangatlah
45
penting guna menjamin keseragaman disetiap proses yang dilewati. Hampir setengah dari pekerjaan memproduksi kendaraan mobil masih dilakukan
secara manual dengan menggunakan tangan manusia, oleh karena itu keseragaman atau standar baku merupakan alat yang digunakan untuk
mencegah berbagai penyimpangan dalam pelaksanaan operasi produksi. Tanpa adanya sebuah standar kerja, akan berakibat pada berbagai masalah
seperti: 1. Berubah
– ubahnya cycle time yang berakibat pada tidak berjalannya Just In Time
2. Tidak tercapainya cara kerja yang ideal sehingga muda pemborosan, mura ketidakteraturan dan muri keterpaksaan tidak terdeteksi dan
kaizen pun tidak dapat berjalan 3. Cara kerja yang berbeda akan menghasilkan produk yang berbeda
dengan tingkat kualitas yang berbeda pula. PT. ADM menganggap bahwa standar kerja merupakan sebuah titik
awal dalam melaksanakan kaizen perbaikan berkelanjutan di perusahaan mereka. Dengan menerapkan standar kerja, proses pembuatan produk akan
sesuai dengan takt time yang telah ditentukan. Hal terpenting dalam standar kerja yang diterapkan perusahaan tentunya adalah dapat menjamin
keselamatan dan kelancaran kerja para karyawan. Standar kerja juga mengatur berbagai metode kerja yang aman dalam membuat barang yang
baik dan murah. Sehingga standar kerja ini nantinya dapat digunakan sebagai manajemen gemba, yaitu manajemen terhadap keadaan abnormal,
manajemen perawatan, serta manajemen harian di jalur proses produksi. Terdapat tiga elemen dalam standar kerja yang terangkum menjadi
satu kesatuan. Ketiga elemen tersebut adalah takt time, urutan kerja, dan standar stok dalam proses. Takt time seperti yang sudah dibahas sebelumnya
merupakan lamanya waktu yang digunakan untuk membuat satu buah part atau produk. Urutan proses merupakan suatu urutan kerja dimana seorang
pekerja team member melakukan tahapan –tahapan pergerakan yang paling
efisien dalam proses produksi. Sedangkan standar stok dalam proses merupakan sejumlah minimum barang yang diperlukan dalam suatu proses,
46
sehingga pekerjaan tetap dapat dilakukan secara berulang –ulang mengikuti
urutan proses yang telah ditentukan saat terjadi hambatan produksi.
4.3.5 Sistem Kanban