52
PT ADM melakukan penghematan biaya produksi melalui berbagai cara, diantaranya yaitu dengan memangkas biaya inventory, penerapan
sistem Milk Run delivery, dan mengurangi aktivitas –aktivitas yang tidak
penting seperti penyortiran dan pengerjaan ulang. Biaya inventory memiliki proporsi yang sangat besar pada kegiatan produksi, sehingga harus dapat
ditekan seminimal mungkin. Penghematan dari sisi inventory berarti akan menghemat dua jenis biaya sekaligus yaitu biaya yang dikeluarkan untuk
membayar kelebihan barang serta menghemat biaya yang akan digunakan untuk menyimpan kelebihan barang yang tidak digunakan tersebut. Melalui
penghematan biaya yang berorientasi pada cost reduction ini, perusahaan dapat mengalokasikan setiap biaya dan sumber daya tambahan baik yang
diperoleh melalui profit ataupun modal untuk meningkatkan produktivitas yang ada serta menambah fasilitas untuk mendukung kelancaran produksi.
Usaha peningkatan produktivitas perusahaan salah satunya tercermin dari upaya memperbesar kapasitas produksi yang semula hanya 250.000
unit pertahun dipertengahan caturwulan pertama tahun 2010 ini. Kapasitas ini akan dinaikkan hingga 255.000
–260.000 diakhir caturwulan ketiga 2010. Selanjutnya ditahun 2011 kapasitas produksi dinaikkan lagi menjadi
286.000 unit pertahunnya. Persentase peningkatan kapasitas produksi ini cukup besar yaitu 4 persen diakhir caturwulan tiga 2010 dan 14 persen pada
tahun 2011 dari basis 250.000 unit diawal caturwulan satu 2010.
4.4.2 Output Produksi
Output atau hasil dari proses produksi juga dapat digunakan untuk melihat seberapa jauh tingkat efektivitas dari sistem produksi Just In Time
yang telah diterapkan oleh PT ADM. Output produksi berhubungan dengan pencapaian target produksi yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Output
yang dihasilkan memang bersifat fluktuatif tergantung dari seberapa besar permintaan konsumen atas produk yang ditawarkan perusahaan, namun
jumlah dari output produksi ini cenderung meningkat setiap tahunnya.
53
Tabel 3. Perkembangan Volume Produksi PT Astra Daihatsu Motor
Tahun Total Produksi Unit
Merek Daihatsu Unit
Merek Toyota Unit
2005 105.333
48.729 56.604
2006 95.386
33.065 62.321
2007 150.921
50.369 100.552
2008 217.117
76.244 140.873
2009 204.259
77.053 127.206
Sumber: Gaikindo 2010, data diolah Secara agregat, berdasarkan data pada lima tahun terakhir 2005
– 2009, volume produksi dari PT Astra Daihatsu Motor memperlihatkan
jumlah yang cenderung meningkat. Jumlah produksi yang ada ini merupakan jumlah keseluruhan produk yang di buat di pabrik PT ADM.
Produksi ini tidak hanya menghasilkan kendaraan dengan merek Daihatsu tetapi juga kendaraan dengan merek Toyota baik untuk keperluan pasar
domestik maupun ekspor.
Gambar 16. Grafik Output Produksi Gaikindo,2010 Berdasarkan grafik output produksi di atas, komposisi produk dengan
merek Toyota lebih tinggi dari pada produk dengan merek Daihatsu sendiri. Jika dilihat perbandingannya, kendaraan dengan merek Daihatsu berjumlah
kurang lebih hanya berkisar sepertiga dari total produksi setiap tahunnya. Total produksi tertinggi dicapai pada tahun 2008 yaitu sebesar 217.117 unit.
Dari total produksi ini kendaraan dengan merek Daihatsu diproduksi
50000 100000
150000 200000
250000
2005 2006
2007 2008
2009 Total Produksi
Brand Daihatsu Brand Toyota
54
sebanyak 76.224 unit dan Toyota sebanyak 140.873 unit atau sekitar 35 persen berbanding 65 persen. Selama lima tahun terakhir rata
–rata mean total produksi PT. ADM pertahunnya adalah sebesar 154.603,2 unit dengan
standar deviasi sebesar 55.501,039 dan variance 3,080 x 10
9
Lampiran 10. Rata
–rata mean total produksi pertahun cukup seimbang jika dibandingkan dengan data produksi pada awal tahun pengamatan dan akhir
tahun pengamatan. Hal ini mengindikasikan peningkatan total produksi yang terjadi cukup stabil. Jika dilihat dari simpangan baku standar deviasi
yang terjadi, deviasi terhadap rata –rata produksi cukup tinggi yaitu
55.501,039 atau sekitar 36 persen dari rata –rata total produksi pada periode
lima tahun terakhir. Hal ini terjadi karena produksi yang dilakukan oleh PT ADM sangatlah fluktuatif mengikuti permintaan aktual dari pelanggan.
Sistem perencanaan produksi yang mengikuti permintaan konsumen pelanggan memang cenderung memiliki deviasi yang tinggi, sebab
kegiatan produksi dilakukan tidak ditentukan oleh keinginan perusahaan tetapi lebih mengacu pada pemenuhan kebutuhan sesuai dengan permintaan
pelanggan. Berbeda dengan perencanaan produksi secara konstan, deviasi produksi yang terjadi cenderung kecil dan stabil. Hal ini terjadi karena
kegiatan produksi yang dilakukan cenderung tetap dan tidak bersifat fluktuatif sesuai dengan keinginan produsen.
4.4.3 Sistem Pengiriman Tepat Waktu