pasien HIVAIDS karena keluarga membantu orang dengan HIVAIDS dalam perawatan dan terapi HIVAIDS dukungan dan peranan keluarga sangat penting.
Hasil ini menunjukkan pasien HIVAIDS di Indonesia maupun di negara lainnya masih banyak yang kurang mendapatkan dukungan dari keluarga. Hal ini
terkait dengan adanya stigma terkait dengan penyakit HIVAIDS sehingga anggota keluarga yang menderita penyakit ini seringkali dianggap melanggar
norma-norma dalam keluarga dan membuat malu pada keluarga yang pada gilirannya mereka ditelantarkan bahkan terisolasi dari lingkungan sosial
Purnama, 2006.
5.8. Hubungan Depresi dengan Kualitas Hidup Pasien HIVAIDS di RSUP.H. Adam Malik Medan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, hasil analisa menunjukkan bahwa niali p0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan depresi dengan
kualitas hidup pasien HIVAIDS. Untuk nilai PR= 0,47 95 CI = 0,28-0,76 artinya responden yang tidak depresi perkiraan peluangnya 0,47 kali mempunyai
kualitas hidup yang baik, dimana depresi merupakan faktor untuk timbulnya kualitas hidup yang baik.
Setelah dilakukan analasa multivariat dengan multiple correlation, ternyata ada hubungan depresi dengan kualitas hidup pasien HIVAIDS karena
nilai p0,05. Hal ini dapat dilihat dari 25 responden pasien HIVAIDS di RSUP.H. Adam Malik Medan yang tidak depresi ditemukan yang mempunyai
Universitas Sumatera Utara
kualitas hidup yang baik sebanyak 15 orang 60 dan kualitas hidup buruk sebanyak 10 orang 40.
Hasil ini sesuai dengan penelitian Abiodun
2008 mengenai hubungan antara depresi dan kualitas hidup pada orang dengan infeksi HIV di Nigeria
Subyek dengan HIV Infeksi n=87 menyelesaikan kuesioner merinci sosiodemografi dan Variabel terkait HIV. Subyek dinilai untuk diagnosis depresi
menggunakan Wawancara Mini Internasional Neuropsikiatrik MINI dan kesehatan subyektif mereka terkait kualitas hidup QOL dinilai menggunakan
versi pendek dari skala kualitas hidup WHO WHOQOL-BREF. Ditemukan 27,8 pasien HIV mengalami depresi seluruhnya memiliki kualitas hidup yang
buruk. Hasil ini sesuia dengan penelitian Hawari 2006 ini diketahui sebagian
besar responden mengalami depresi sedang, menyebutkan pasien HIVAIDS di negara berkembang lebih beresiko terkena depresi karena keadaan ekonomi
yang sulit dan dapat menjadi faktor stressor. Pandangan yang sama oleh Cichoki 2009 bahwa pasien HIVAIDS menghadapi banyak stressor yakni kondisi fisik
yang menurun seiring dengan perjalanan penyakit, tekanan sosial yang dihadapi, ketakutan akan kematian.
Depresi berperan terhadap penurunan kesehatan fisik dan mental yang menyebabkan seseorang malas melakukan tindakan perawatan diri secara rutin.
Pada pasien HIVAIDS, hal ini tentunya berpengaruh terhadap kesehatan pasien. Penelitian yang dilakukan Holmes 2007 bahkan menemukan bahwa pasien yang
mengalami depresi enggan mencari bantuan pengobatan, perawatan dan
Universitas Sumatera Utara
informasi lainnya yang tentunya hal ini mempengaruhi atau memperburuk kesehatannya. Hal yang pasti tentunya depresi berpengaruh terhadap kualitas
hidup pasien. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Ickovics
etal, 2011 bahwa gejala depresi dikaitkan dengan hasil kesehatan yang buruk antara orang-orang dengan HIVAIDS, termasuk penyakit HIVAIDS yang lebih
cepat perkembangan dan tingkat kematianyang lebih tinggi. Pandangan yang sama oleh penelitian Robinson 2003 yang melaporkan
bahwa penderita ODHA yang mengalami depresi akan mengalami penurunan yang tajam dalam jumlah sel CD4 . Hal ini yang memperburuk derajat kesehatan
fisik pasien. Selain itu kondisi pasien depresi juga mempengaruhi motivasi pasien untuk melakukan self care secara adekuat Rubin Peyrot, 2001. Depresi ini
dapat berkontribusi pada penurunan kesehatan fisik dan mental yang menyebabkan seseorang malas untuk melakukan aktivitas perawatan diri secara
rutin.
5.9. Hubungan Dukungan Keluarga dan Depresi dengan Kualitas Hidup Pasien HIVAIDS di RSUP.H. Adam Malik Medan
Hasil akhir analisis multipel correlation karena variabel dukungan informasi, dukungan keluarga dan depresi mempunyai hubungan degan kualitas hidup pasien
HIVAIDS dimana nilai p0,05. Menurut peneliti semakin baik dukungan informasi, dukungan keluarga total pasien HIVAIDS akan meningkatkan kualitas
Universitas Sumatera Utara
hidup pasien HIVAIDS, dan tingkat depresi, semakin tidak depresi kualitas hidup pasien HIVAIDS semakin baik.
Sesuai dengan teori keperawatan yaitu teori self care. Developmental self-care requisites terbentuk oleh adanya : aperbekalan kondisi yang meningkatkan
pengembangan, bketerlibatan dalam pengembangan diri, cpengembangan pencegahan dari efek yang mengancam kehidupan. Pengembangan aspek
perawatan diri berhubungan dengan pola hidup individu yang dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggalnya. Health deviation self-care merupakan perawatan
diri berkaitan dengan penyimpangan kesehatan. Timbul akibat adanya gangguan kesehatan dan penyakit. Hal ini menyebabkan perubahan kemampuan individu
dalam proses perawatan diri sehingga akan menyebabkan penurunan kualitas hidup.
Dukungan informasi bermanfaat untuk menekan stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti pada pasien HIVAIDS
Friedman, 1998 Hasil tersebut sesuai dengan hasil penelitian Douaihy 2001 bahwa
pasien HIVAIDS sangat rentan mengalami depresi, dan depresi menjadi masalah psikososial terbesar yang dihadapi ODHA. Secara konsep, pasien
HIVAIDS menghadapi multi stressor yaitu kondisi fisik yang semakin menurun seiring dengan perjalanan penyakit, tekanan sosial yang dihadapi terkait stigma,
ketakutan akan kematian karena penyakit, serta masalah keluarga dan ekonomi. Dengan stressor yang kompleks, pasien sering kali tidak dapat mengembangkan
koping yang adaptif sehingga jatuh pada kondisi depresi.
Universitas Sumatera Utara
Secara konsep, keadaan stres pada individu yang depresi akan menstimulasi hypothalamus untuk melepaskan neuropeptida yang akan
mengaktivasi ANS Autonomic Nerve System dan hypofise untuk mengeluarkan kortikosteroid dan katekolamin yang merupakan hormon-hormon
yang bereaksi terhadap kondisi stress. Peningkatan kadar glukokortikoid akan menganggu sistem imunitas, yang menyebabkan CD4 pasien semakin menurun
dan pasien semakin rentan terinfeksi dan perburukan kondisi kesehatan Gunawan, 2007.
Hasil penelitian ini sesuai dengan Penelitian Ginting 2009 yang mengkaji hubungan konstruk kepemimpinan dengan kualitas hidup penderita
HIVAIDS di Rumah Sakit Rujukan Provinsi Sumatera Utara tahun 2009 menyebutkan kualitas hidup penderita HIVAIDS sewaktu-waktu dapat
memburuk karena, penyakit HIV berubah menjadi penyakit kronis, adanya dampak mengkonsumsi obat Anti Retro Viral ARV seumur hidup, kegagalan
terapi, infeksi oportunistik, depresi, dijauhi masyarakat, semua hal tersebut di atas mempengaruhi kualitas hidup penderitaHIVAIDS.
Selain itu, depresi dapat berkontribusi pada penurunan kesehatan fisik dan mental yang menyebabkan seseorang malas untuk melakukan aktivitas perawatan
diri secara rutin. Pada pasien HIVAIDS, ini berpengaruh pada ketidak patuhan terhadap regimen terapi ARV, ditambah lagi selera makan yang berkurang,
keengganan untuk berolahraga dan sulit tidur. Hal ini menyebabkan kondisi fisik yang semakin menurun sehingga memperberat penyakit. Holmes, 2007.
Universitas Sumatera Utara
Li et al 2009 juga menemukan bahwa perasaan depresi dapat menyebabkan pasien HIVAIDS sungkan untuk mencari bantuan pengobatan,
perawatan, dan informasi tentang penanganan terhadap penyakit yang pada akhirnya memperburuk derajat kesehatan.
Lubis 2008 menyatakan ada beberapa cara penanganan yang dapat dilakukan dalam menangani pasien depresi diantaranya medikasi entidepressan
pada depresi ekstrim, terapi cognitive-behavior meningkatn harga diri, terapi interpersonal, konseling kelompok, dan lain-lain. Sedangkan untuk upaya
pencegahan dapat dilakukan skrining terutama pada kelompok beresiko seperti pasien dengan penyakit kronik dalam hal ini penyakit HIVAIDS sehingga
dapat ditindaklanjuti secara dini. Selain itu, dapat pula diberikan pelatihan mengenai cara-cara penanganan stress berupa terapi relaksasi terapi musik,
terapi relaksasi pernafasan dan lain-lain serta pengembangan koping konstruktif untuk mencegah munculnya gangguan depresi yang diberikan kepada seluruh
pasien HIVAIDS. Dalam hal ini, perawat dapat melakukan intervensi secara mandiri ataupun berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya perawat atau
psikiatri. Diharapkan hal tersebut selanjutnya akan berdampak pada peningkatan kualitas hidup pasien.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Honghong Wang 2009 mengenai pengaruh kunjungan rumah dan kepatuhan pengobatan pasien
HIVAIDS di Cina, menemukan bahwa kunjungan rumah dan panggilan telepon yang efektif dalam mempromosikan kepatuhan terhadap pengobatan antiretroviral
dapat meningkatkan kualitas hidup pasien HIVAIDS dan penurunan depresi pada
Universitas Sumatera Utara
pasien. Hal ini penting bagi perawat untuk mengenali isu-isu ketidak patuhan terhadap pengobatan antiretroviral pada pasien HIVAIDS yang diakibatkan oleh
heroin. Penelitaian Bimal 2012 dalam penelitian hubungan antara stigma,
depresi dengan kualitas hidup dengan HIVAIDS ODHA di India Selatan. Ini adalah bentuk parah stigma pribadi 28,8, citra diri yang negatif 30,3 ,
persepsi sikap publik 18,2 dan kekuatiran 26. ODHA yang mengalami depresi berat adalah 12 dan mengalami kualitas hidup yang buruk sebanyak
34. ODHA yang depresi berat mengalami kualitas hidup yang buruk.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN