Hubungan Dukungan Emosional dengan Kualitas Hidup Pasien HIVAIDS di RSUP.H. Adam Malik Medan

dukungan dari keluarga karena penyakit ini bersifat kronis dan membutuhkan penanganan yang komprehensif. Dukungan keluarga tersebut meliputi dukungan finansial, dukungan instrumental, dukungan informasi, dukungan dalam melakukan kegiatan sehari-hari, dukungan dalam kegiatan pengobatan dan perawatan serta dukungan psikologis. Lebih lanjut diketahui bahwa dukungan keluarga dapat memberikan dampak positif terhadap peningkatan kualitas hidup bagi pasien HIVAIDS Nirmal, et al, 2008. Dukungan keluarga sangat penting bagi pasien HIVAIDS dalam rangka upaya pencegahan dan penanggulangan. Keluarga sebagai unit terkecil masyarakat mempunyai tugas penting dan sangat mulia sebagai benteng pertama dalam pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS. Ketahanan keluarga dalam arti yang sesungguhnya perlu tetap diupayakan dan ditingkatkan. Selain itu keluarga mampu memberikan lingkungan yang kondusif bagi pasien HIVAIDS dengan berempati dan menjauhkan sikap diskriminatif terhadap mereka Depkes RI, 2010.

5.5. Hubungan Dukungan Emosional dengan Kualitas Hidup Pasien HIVAIDS di RSUP.H. Adam Malik Medan

Bedasarkan penelitian yang telah dilakukan, hasil analisa menunjukkan bahwa nilai p0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan dukungan emosional dengan kualitas hidup pasien HIVAIDS di RSUP.H. Adam Malik Medan. Setelah dilakukan analisa multivariat dengan uji multiple correlation ternyata dukungan emosional tidak mempunyai hubungan dengan kualitas hidup Universitas Sumatera Utara pasien HIVAIDS. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden yang menyatakan dari 22 responden pasien HIVAIDS di RSUP.H. Adam Malik Medan yang mempunyai dukungan emosional yang baik ditemukan yang mempunyai kualitas hidup yang baik sebanyak 10 orang 45,5 dan kualitas hidup yang buruk sebanyak 12 orang 54,5. Dari 70 orang pasien HIVAIDS yang mempunyai dukungan emosional yang buruk, ditemukan yang mempunyai kualitas hidup yang baik sebanyak 15 orang 21,4 dan kualitas hidup yang buruk sebanyak 55 orang 78,6. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Basavaraj 2010 mengingat umur panjang dicapai dengan strategi profilaksis yaitu ARV dan terapi saat ini untuk orang dengan HIV, kualitas hidup QOL telah muncul sebagai ukuran hasil medis yang signifikan, dan peningkatan yang memiliki tujuan penting. Ulasan ini menyoroti relevansi dan kompleksitas fisik, psikologis, dan faktor sosial sebagai penentu kualitas hidup terkait kesehatan pada orang yang terinfeksi HIV Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Lakshmi M G 2013 dalam penelitian pengaruh pshyco education pada kualitas hidup pasien HIVAIDS. Sebuah sampel kenyamanan dari 120 orang yang hidup dengan HIVAIDS antara usia 20-40 tahun yang memiliki skor kualitas hidup yang rendah dalam skala QOL, dipilih dan dibagi menjadi kelompok eksperimen dan kontrol setelah pemeriksaan awal. Kelompok eksperimen diberi psiko-education dengan pendekatan dukungan emosional, menunjukkan peningkatan kualitas hidup. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Lasserman Perkins, 2005 sangat dibutuhkan oleh pasien HIVAIDS sebagai support system atau Universitas Sumatera Utara sistem pendukung utama sehingga pasien dapat mengembangkan respon atau koping yang efektif untuk beradaptasi dengan baik dalam menangani stressor yang dihadapi terkait penyakitnya baik fisik, psikologis maupun sosial. 5.6. Hubungan Dukungan Jaringan Sosial dengan Kualitas Hidup Pasien HIVAIDS di RSUP.H. Adam Malik Medan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, hasil analisa menunjukkan bahwa nilai p0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan dukungan jaringan sosial dengan kualitas hidup pasien HIVAIDS. Untuk nilai PR= 0,69 95 CI = 0,48-0,99 artinya responden yang mempunyai dukungan jaringan sosial baik perkiraan peluang 0,69 kali mempunyai kualitas hidup buruk dibandingkan responden yang mempunyai dukungan jaringan sosial yang buruk, dukungan jaringan sosial yang baik merupakan faktor protektif untuk timbulnya kualitas hidup yang baik. Setelah dialkukan analisa multivariat dengan multiple correlation, ternyata dukungan jaringan sosial tidak mempunyai hubungan dengan kualitas hidup pasien HIVAIDS karena nilai p0,05 hal ini dapat dilihat dari 27 responden pasien HIVAIDS di RSUP.H. Adam Malik Medan yang mempunyai dukungan jaringan sosial yang baik ditemukan yang mempunyai kualitas hidup yang baik sebanyak 12 orang 44,4 dan kualitas hidup yang buruk sebanyak 15 orang 55,6. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Basavaraj 2010 mengingat umur panjang dicapai dengan strategi profilaksis yaitu ARV dan terapi saat ini untuk orang dengan HIV, kualitas hidup QOL telah muncul sebagai ukuran hasil Universitas Sumatera Utara medis yang signifikan, dan peningkatan yang memiliki tujuan penting. Ulasan ini menyoroti relevansi dan kompleksitas fisik, psikologis, dan faktor sosial sebagai penentu kualitas hidup terkait kesehatan pada orang yang terinfeksi HIV. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Nirmal et al 2008 menyatakan mayoritas respondennya tidak mendapatkan dukungan yang supportif dari keluarga Wig et al 2006 mendapatkan hasil yang tidak jauh berbeda yang menyatakan sebagian besar pasien HIVAIDS mendapatkan dukungan keluarga yang rendah. Hasil ini berbeda dengan penelitian Sushil Yaday 2010 mengenai studi kasus dukungan sosial, harapan dan kualitas hidup orang-orang dengan HIVAIDS di Nepal menemukan bahwa orang yang hidup dengan HIVAIDS dengan dukungan informasi, dukungan emosional, dukungan sosial dan dukungan jarinagn sosial membantu meningkatkan kualitas hidup pasien HIVAIDS. Dan hasil penelitian ini memiliki implikasi untuk menyediakan perawatan, pengobatan, dan psiko-sosial untuk mempertahankan kualitas hidup orang dengan HIVAIDS. Menurut Friedman 2003 dukungan jaringan sosial ini tampil dalam kondisi dimana seseorang menjadi bagian dari komunitas dalam bentuk minat, perhatian, kepentingan, kegiatan yang disukai serta berfungsi untuk mengembangkan dan menjadi tempat anggota keluarga untuk berkehidupan sosial. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Honghong Wang 2009 mengenai pengaruh kunjungan rumah dan kepatuhan pengobatan pasien HIVAIDS di Cina, menemukan bahwa kunjungan rumah dan panggilan telepon yang efektif dalam mempromosikan kepatuhan terhadap pengobatan antiretroviral Universitas Sumatera Utara dapat meningkatkan kualitas hidup pasien HIVAIDS dan penurunan depresi pada pasien. Hal ini penting bagi perawat untuk mengenali isu-isu ketidak patuhan terhadap pengobatan antiretroviral pada pasien HIVAIDS yang diakibatkan oleh heroin.

5.7. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup Pasien HIVAIDS di RSUP.H.Adam Malik Medan