Hubungan Kesehatan dengan Kualitas Hidup Faktor-faktor yang mempengaruhi Kualitas Hidup Pasien HIVAIDS

individu dari posisi mereka dalam kehidupan dalam konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka tinggal dan kaitannya dengan tujuan mereka, standar, harapan dan kekhawatiran Basavaraj, M.Navya Rashmi, 2010.

2.3.2 Hubungan Kesehatan dengan Kualitas Hidup

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis UU No.231992 tentang kesehatan. Kesehatan adalah kebutuhan dasar dan modal utama untuk mencapai kualitas hidup yang terbaik. Menurut Basavaraj, Navya, dan Rashmi 2010 menjelaskan dukungan sosial bagi penderita HIVAIDS memiliki menunjukkan potensi yang kuat untuk mempengaruhi HRQOL. Tiga komponen utama dari dukungan sosial emosional, nyata, dan dukungan informasi. ARV mampu meningkatkan kelangsungan hidup, mengurangi terjadinya infeksi oportunistik terkait HIV, dan meningkatkan kualitas hidup pasien dan bahkan denial telah terbukti berkorelasi dengan harga diri rendah dan depresi pada pasien HIV. Memang, mengatasi oleh penolakan mungkin merupakan ekspresi ketidak berdayaan, kemarahan, atau depresi, dan pasien ini mungkin, pada kenyataannya, membutuhkan intervensi psikologis untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.

2.3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi

Ada beberapa faktor yang menentukan kualitas hidup yakni jenis kelamin, umur, etnisras, status pernikahan, pendidikan, penghasilan, status Universitas Sumatera Utara pekerjaan, asuransi kesehatan serta faktor kesehatan Nazir, 2006. Faktor yang disebutkan diatas dapat dibagi menjadi dua yakni faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang berpengaruh terhadap kualitas hidup adalah sebagai berikut :1 jenis kelamin, wanita memiliki kualitas hidup yang lebih rendah dibanding laki-laki, 2 umur, penduduk dengan usia 75 tahun 33,2 mempunyai kualitas hidup yang buruk dibandingkan dengan usia muda 18-24 tahun, 3 etnisras, 4 faktor kesehatan yakni adanya penyakit kronis yang dialami penderita Nazir, 2006.

2.3.4. Kualitas Hidup Pasien HIVAIDS

Kualitas hidup pasien HIVAIDS yang berhubungan dengan kesehatan dapat diartikan sebagai respon emosi dari penderita terhadap aktivitas sosial, emosional, pekerjaan dan hubungan antar keluarga, rasa senang atau bahagia, adanya kesesuaian antara harapan dan kenyataan yang ada, adanya kepuasan dalam melakukan fungsi fisik, sosial dan emosional serta kemampuan mengadakan sosialisasi dengan orang lain. Loren, et al 2010 melakukan penelitian mengenai gejala penyakit dengan kualitas hidup penderita HIV dan menyimpulkan bahwa gejala fisik seperti mual, selera makan yang menurun, batuk lama, sesak nafas, penurunan berat badan, nyeri di perut, diare, nyeri di mata memperburuk kualitas hidup. Dalam hal ini diketahui bahwa penderita HIV dengan gejala yang dialami memiliki kualitas hidup yang lebih buruk dibanding dengan penderita HIV tanpa gejala. Universitas Sumatera Utara Dalam penelitian Nojomi, Anbary, dan Ranjbar 2008 diketahui juga bahwa dari beberapa karakteristik demografi yang diteliti secara signifikan berhubungan dengan kualitas hidup yaitu jenis kelamin, perempuan dengan HIVAIDS memiliki kualitas hidup lebih buruk dibandingkan dengan pria, status marital, tingkat pendidikan, dan bekerja mempunyai kualitas hidup yang lebih baik, lama menderita penyakit, semakin lama menderita sakit kualitas hidupnya semakin buruk, serta nilai korelasinya paling tinggi adalah derajat klinis penyakit. HIV menyebabkan terjadinya penurunan kekebalan tubuh sehingga individu rentan terhadap serangan infeksi opportunistik. Anti Retroviral Virus ARV bisa diberikan pada klien untuk menghentikan aktivitas virus, memulihkan sistem imun dan mengurangi terjadinya infeksi opportunistik, memperbaiki kualitas hidup dan menurunkan kecacatan. ARV tidak menyembuhkan klien HIV, namun bisa memperbaiki kualitas hidup dan memperpanjang usia harapan hidup klien HIVAIDS. Gambaran klinik yang berat, yang mencerminkan kriteria AIDS, baru timbul sesudah jumlah CD-4 kurang dari 200mm3 dalam darah Yayasan Spiritia, 2006. Kondisi umum pada ODHA adalah kelelahan baik secara fisik ataupun psikologis. Stres yang tinggi dan berlangsung dalam jangka waktu yang panjang atau lama dapat memperburuk kondisi kesehatan dan menyebabkan penyakit. Tetapi dengan adanya dukungan sosial yang diterima oleh individu yang sedang mengalami atau menghadapi stres maka hal ini akan dapat mempertahankan daya tahan tubuh dan meningkatkan kesehatan individu. Kondisi ini dijelaskan oleh Universitas Sumatera Utara Sarafino 2006 bahwa berinteraksi dengan orang lain dapat memodifikasi atau mengubah persepsi individu mengenai kejadian tersebut, dan ini akan me- ngurangi potensi munculnya stress baru atau stress yang berkepanjangan.

2.3.5 Cara Pengukuran Kualitas Hidup