88
Matematika, khususnya pada materi pecahan sebelum pelaksanaan tindakan pembelajaran.
4.1.1.1 Hasil Pre Test
Peneliti melaksanakan kegiatan pre test untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki siswa sebelum pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan
menerapkan model Problem Based Learning. Materi yang diujikan yaitu materi pecahan dengan kompetensi dasar menjumlahkan dan mengurangkan berbagai
bentuk pecahan. Bentuk soal berupa 10 soal pilihan ganda, 5 soal isian singkat dan 5 soal uraian. Hasil rangkuman pre test dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.1 Rangkuman Hasil Pre Test No. Kategori
Rentang Nilai
Frekuensi Siswa
Jumlah Nilai Persentase
1 2
Tuntas Tidak Tuntas
62 – 100 0 – 61
6 30
437 1271
16,67 83,33
Jumlah 36
1708 100
Rata-rata 47,44 Pada Tabel 4.1, hasil pre test menunjukkan bahwa, dari 36 siswa terdapat
6 atau 16,67 siswa mencapai tuntas belajar, sedangkan 30 siswa atau 83,33 lainnya memperoleh nilai di bawah KKM 62 yang ditentukan. Suatu
pembelajaran dikatakan berhasil apabila minimal 75 siswa sudah tuntas belajar secara individu.
Berdasarkan hasil pre test di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar siswa pada materi pecahan di SD Negeri Randugunting 4 Kota Tegal
sebelum pelaksanaan tindakan belum mencapai tuntas belajar klasikal. Nilai rata- rata kelas dan ketuntasan belajar pada hasil pre test yang belum memuaskan dapat
89
ditingkatkan melalui pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan menerapkan model Problem Based Learning pada materi pecahan.
4.1.1.2 Hasil Pengisian Lembar Angket Minat Belajar Siswa
Aspek yang ditanyakan dalam lembar angket minat belajar siswa meliputi kesukacitaan, ketertarikan, perhatian dan keterlibatan siswa dalam proses
pembelajaran. Setiap aspek memiliki beberapa deskriptor yang mendeskripsikan keempat aspek tersebut, sehingga jumlah deskriptor yaitu 9. Masing-masing
deskriptor memiliki sejumlah pertanyaan dalam bentuk pilihan ganda. Terdapat 20 pertanyaan dengan 4 alternatif jawaban, yaitu A, B, C dan D dengan kriteria
pemberian skor, yaitu: A = 4; B = 3; C = 2 dan D = 1. Berdasarkan jumlah pertanyaan dan skor yang ditentukan, maka skor
maksimal yang akan dicapai siswa yaitu 80 dan skor minimal yaitu 20. Pengukuran minat secara klasikal didasarkan pada rata-rata skor yang diperoleh
siswa, kemudian diambil kesimpulan sesuai kriteria dengan rumus yang sudah ditentukan. Hasil rangkuman pengisian lembar angket minat belajar siswa dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.2 Rangkuman Hasil Pengisian Angket Minat Belajar Siswa Pra Tindakan No.
Aspek yang Ditanyakan
Skor Perolehan Persentase
Kriteria 1
2 3
4 Kesukacitaan
Ketertarikan Perhatian
Keterlibatan 280
394 200
366 48,61
45,60 34,72
42,36 Sedang
Sedang Sedang
Sedang Jumlah Keseluruhan
1240 43,06
Sedang
90
Berdasarkan Tabel 4.2, hasil pengisian angket minat belajar siswa pra tindakan menunjukkan adanya minat dengan kriteria sedang pada keempat aspek.
Persentase secara keseluruhan untuk minat belajar siswa terhadap pembelajaran matematika materi pecahan sebelum model Problem Based Learning diterapkan
mencapai 43,06 dengan kriteria sedang. Deskripsi data hasil pengisian lembar angket minat belajar siswa pra
tindakan tersebut menunjukkan bahwa siswa kelas V di SD Negeri Randugunting 4 Kota Tegal memiliki potensi yang cukup untuk mencapai hasil belajar yang
optimal. Hal tersebut dapat ditinjau dari minat belajar siswa dengan kriteria sedang terhadap pembelajaran matematika materi pecahan. Melalui pelaksanaan
tindakan pembelajaran dengan menerapkan model Problem Based Learning pada materi pecahan, minat belajar siswa dapat diupayakan agar meningkat dengan
kriteria sangat tinggi. Minat belajar yang tinggi akan berpengaruh positif terhadap hasil belajar yang dicapai.
4.1.2 Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus I