113
telah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan. Ketercapaian indikator keberhasilan pada keempat hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa,
penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model Problem Based Learning dalam pembelajaran matematika materi pecahan di kelas V SD Negeri
Randugunting 4 Kota Tegal telah mencapai keberhasilan. Selanjutnya, pembahasan mengenai hasil penelitian dilakukan dengan memaparkan pemaknaan
temuan penelitian dan implikasi hasil penelitian sebagai berikut.
4.2.1 Pemaknaan Temuan Penelitian
Penelitian yang telah dilaksanakan memperoleh hasil penelitian berupa hasil observasi terhadap performansi guru dan aktivitas belajar siswa, hasil
pengisian angket minat belajar siswa, serta hasil belajar siswa. Pemaknaan dari keempat hasil penelitian tersebut yaitu sebagai berikut.
4.2.1.1 Performansi Guru
Selama pelaksanaan pembelajaran, guru mitra di SD Negeri Randugunting 4 Kota Tegal melakukan observasi terhadap performansi guru. Berdasarkan hasil
observasi menggunakan APKG, diperoleh nilai sebesar 79,48 pada pelaksanaan tindakan siklus I. Nilai tersebut sudah mencapai indikator keberhasilan yang
ditetapkan, yaitu nilai akhir lebih dari atau sama dengan 71. Namun, guru masih kurang maksimal dalam melakukan pengelolaan kelas. Perhatian guru masih
belum menjangkau seluruh siswa. Selain itu, guru kurang maksimal dalam memotivasi siswa untuk selalu aktif dalam kegiatan pembelajaran, kurang efisien
dalam menggunakan waktu dan kurang jelas dalam memberi penjelasan tentang tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa.
114
Hasil pengamatan performansi guru menggunakan lembar pengamatan model pada siklus I diperoleh nilai sebesar 57,5. Nilai tersebut belum memenuhi
indikator keberhasilan. Kelemahan terbesar dalam penerapan model Problem Based Learning
yaitu dalam hal pengorganisasian siswa kepada masalah. Oleh karena itu, peneliti masih perlu melakukan perbaikan-perbaikan dalam
pelaksanaan tindakan siklus II guna memperoleh hasil yang maksimal.
Pada siklus II, hasil observasi terhadap performansi guru meningkat, baik penilaian menggunakan APKG maupun lembar pengamatan model. Hasil
penilaian performansi guru menggunakan APKG pada siklus II meningkat menjadi 94,69, dan hasil penilaian performansi guru menggunakan lembar
pengamatan model meningkat menjadi 90. Perolehan nilai tersebut menandakan bahwa performansi guru semakin meningkat dalam melaksanakan pembelajaran
dengan menerapkan model Problem Based Learning. Perbaikan-perbaikan yang sudah direncanakan pada pelaksanaan tindakan siklus I telah dilakukan guru,
sehingga proses pembelajaran berlangsung lebih tertib dan lancar sesuai dengan RPP yang telah dirancang. Peningkatan nilai performansi guru dari siklus I ke
siklus II dapat dilihat pada Gambar 4.4 berikut ini.
Gambar 4.4 Perbandingan Nilai Performansi Guru pada Siklus I dan Siklus II
115
Hasil observasi terhadap performansi guru yang dicapai pada siklus I dan siklus II, telah membuktikan bahwa model Problem Based Learning dapat
meningkatkan performansi guru dalam mengelola pembelajaran di kelas. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Tan 2003 dalam Amir 2009, bahwa dalam
melaksanakan langkah-langkah model Problem Based Learning, guru lebih aktif dalam memfasilitasi proses pembelajaran, menuntut siswa dalam mendapatkan
strategi pemecahan masalah, dan memediasi proses mendapatkan informasi.
4.2.1.2 Minat Belajar Siswa