Mata Pencaharian Penduduk Keadaan Penduduk

Pola kepemimpinan yang ketiga merupakan gabungan antara pola formal dan in formal yang dikenal sebagai Dewan Adat. Dewan Adat di wilayah penelitian terbagi dalam dua kelompok yaitu Dewan Adat untuk masyarakat NimboranNimbokrang dan Dewan adat untuk masyarakat KemtukKemtuk Gresi. Fungsi dewan adat sebagai lembaga adat yang menampung semua aspirasi-aspirasi Iramdequina yang membawahi aspirasi kelompok-kelompok kecil masyarakatnya dalam kegiatan pembangunan. Artinya bahwa fungsi dan tugas dewan adat lebih ditekankan kepada hubungan antara permasalahan-permasalahan adat dan permasalahan pemerintahan. Salah satu permasalahan yang ditangani dewan adat menyangkut pemalangan tanah- tanah adat yang menjadi lokasi fasilitas-fasilitas pemerintahan maupun sarana prasarana umum. Contohnya irigasi, demikian pula dengan permasalahan politik menyangkut dukungan masyarakat adat terhadap kepemimpinan formal seseorang.

4.5.4. Pola Penguasaan dan Pengusahaan Tanah

Di dalam hukum negara dikenal adanya pengertian tanah negara, tanah hak milik, dan tanah ulayat. Tanah negara adalah tanah yang pengaturan sepenuhnya dikuasai negara. Tanah milik adalah tanah yang secara hukum negara menjadi milik pribadi seseorang. Tanah ulayat adalah tanah yang kepemilikannya diatur menurut ketentuan adat setempat. Sistem kepemilikan tanah di Papua selain mengikuti peraturan pemerintah juga mengikuti Hukum Adat. Menurut Hukum Adat, tanah dan isinya dikuasai, dimiliki, dan diatur oleh adat setempat. Kawasan agropolitan “Grime-Sekori” merupakan hak ulayat dari rumpun besar Masyarakat Mamberamo Tami Mamta. Oleh karena itu untuk penggunaan tanah di kawasan diatur oleh “ondoafi” dan atau kelompok masyarakat yang lebih kecil yaitu klan. Lahan usaha pada masyarakat asli Papua adalah bersifat individu. Namun sebelum beralih menjadi milik individu, status tanah yang dimiliki oleh petani asli Papua merupakan milik komunal artinya dikuasai oleh margafam. Selanjutnya tanah-tanah tersebut akan diwariskan kepada setiap anak laki-laki dari setiap margafam , sehingga status tanah menjadi milik individu. Tanah-tanah yang dimiliki oleh setiap kepala keluarga, akan diwariskan lagi kepada anak laki-laki mereka dan selanjutnya tanah tersebut akan berubah status menjadi milik anak mereka, begitu seterusnya hingga sekarang. Masyarakat di wilayah penelitian mengusahakan usahatani dalam sebidang lahan yang berkisar antara 2 – 5 hektar. Kepemilikan tanah atas lahan yang diusahakan merupakan kepemilikan yang bersifat individu, yakni setiap orang dari anggota keluarga memiliki sebidang tanah yang akan diusahakan.