Penyakit dan penanganannya Penentuan Komoditas Unggulan Peternakan di Kabupaten Jayapura

Populasi ternak sapi Populasi ternak sapi potong yang ada di Kabupaten Jayapura berdasarkan data Dinas Peternakan Kabupaten Jayapura tahun 2010 sebanyak 4.183 ekor. Populasi ternak sapi potong ini perlu dikembangkan melalui proses pemberdayaan peternak, guna menunjang produksi ternak. Peluang seperti itu penting untuk proses pembinaan yang intensif bagi peternak melalui pendidikan non formal agar lebih membuka wawasan berpikir dan menambah pengetahuan serta meningkatkan keterampilan peternak. Jumlah populasi ternak sapi di lokasi penelitian berdasarkan jenis kelamin, lebih banyak ternak sapi betina daripada ternak sapi Jantan, artinya sangat memberikan peluang untuk proses perkembangan produksi di masa yang akan datang. Tabel 38. Populasi ternak sapi pada lokasi penelitian di Kabupaten Jayapura Jenis Kelamin Populasi Ternak Sapi Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Ekor Ekor Ekor Jantan Betina 249 1783 12,25 87,75 278 2058 11,90 89,10 291 2276 11,34 88,66 Total 2032 100,00 2336 100,00 2567 100,00 Dari Tabel 38 terlihat bahwa jumlah ternak sapi potong setiap tahun cukup berkembang, di mana terjadi kenaikan di tahun 2009 sebesar 13,01 persen, sedangkan tahun 2010 terjadi kenaikan populasi ternak sapi potong sebesar 9 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa di Kabupaten Jayapura populasi ternak sapi potong dapat digolongkan cukup berkembang namun ada kecenderungan terjadi penurunan persentase populasi, dan ini sangat berdampak pada peningkatan produksi di masa yang akan datang.

5.2.17. Penggunaan teknologi oleh sampel

Salah satu faktor yang turut menunjang pengembangan dan peningkatan usaha peternakan sapi potong adalah penggunaan teknologi bahkan dapat menjadi salah satu syarat pokok dalam pengembangan usaha, yang bertujuan untuk peningkatan produksi usaha. Penggunaan teknologi ini dapat berupa cara untuk memperoleh bibit unggul, sistem penggemukan, pengedalian dan penanganan penyakit, penggunaan alat-alat dalam sistem pemeliharaan, pemberian pakan dan pengelolaan ternak sapi potong, bahkan dapat berupa pemanfaatan berbagai hasil ikutan ternak yang diolah dengan menggunakan teknologi, misalnya kulit dan kotoran ternak sapi potong; kulit dapat diolah sebagai bahan aneka industri dan kotoran dapat digunakan sebagai pupuk bagi tanaman pertanian serta pembuatan biogas dan sebagainya. Menurut Mosher 1966 bahwa dalam penggunaan teknologi haruslah memberikan harapan bagi peternak untuk terciptanya peningkatan produksi usahanya, sehingga perlu untuk diketahui sumber-sumber teknologi baru untuk pengembangan dan peningkatan usaha peternakan sapi potong. Pengertian baru dapat diartikan baru bagi peternak tertentu, Metode atau cara dan bahan yang mungkin telah umum dikenal atau belurn dikenal sama sekali di kalangan peternak, mungkin saja metode atau bahan baru itu hanya modifikasi dari yang telah ada atau penemuan yang benar-benar baru. Semua peternak pasti akan mempunyai cara atau teknik kerja yang berbeda pada masing-masing daerah tergantung kondisi setempat. Sebagai gambaran bahwa sejauhmana penggunaan dan penerapan teknologi pada empat Distrik, yakni Distrik Kemtuk, Distrik Kemtuk, Distrik Kemtuk Gresi dan Distrik Nimbokrang Kabupaten Jayapura dapat dilihat pada Tabel 39. Tabel 39. Penggunaan Teknologi oleh Sampel dalam Pengembangan Ternak Sapi di Kabupaten Jayapura. Penggunaa n Teknologi Distrik Total Kemtuk Gresi Kemtuk Nimboran Nimbokran g n=2 5 n=3 n=3 n=2 5 n=11 Menggunaka n Teknologi 6 24 8 26,6 7 9 30 11 44 34 30,9 1 Tidak Menggunaka n Teknologi 19 76 22 73,3 3 21 70 14 56 76 69,0 9 Total 25 10 30 100 30 10 25 100 110 100 Pada Tabel 39 memperlihatkan bahwa peternak yang menggunakan teknologi dalam pengembangan ternak sapi potong dan menempati proporsi terbesar berada di Distrik Nimbokrang dengan persentasi sebesar 44 persen, berikut Distrik Nimboran sebesar 30 persen, Distrik Kemtuk sebesar 26,67 persen dan Distrik Kemtuk Gresi sebesar 24 persen. Ini menunjukkan bahwa