Tabel 6. Dimensi teknologi keberlanjutan pengembangan agribisnis sapi potong
No Atribut dimensi teknologi
1 Teknologi pengolahan hasil produk peternakan
2 Teknologi pakan
3 Teknologi pengolahan limbah peternakan
4 Ketersediaan tempat pelayanan kesehatan hewan poskeswan
5 Ketersediaan tempat pelayanan inseminasi buatan IB
6 Penggunaan vitamin dan probiotik untuk pertumbuhan ternak
7 Ketersediaan teknologi informasi dan transportasi
8. Ketersediaan sarana dan prasarana agribisnis
9. Standar mutu produk peternakan
Tabel 7. Dimensi ekonomi keberlanjutan pengembangan agribisnis sapi potong
No Atribut dimensi ekonomi
1 Pendapatan dari usaha non tani
2 Trend harga ternak dan hasil ternak
3 Kontribusi terhadap PDRB dan PAD
4 Kontribusi terhadap total pendapatan keluarga
5 Besarnya pasar
6 Rata-rata penghasilan peternak antar skala usaha
7 Rata-rata pendapatan peternak terhadap UMR
8 Transfer keuntungan
9 Kelayakan finansial
10 Ketersediaan industri pakan ternak 11 Ketersediaan agroindustri peternakan
12 Perubahan nilai APBD subsektor peternakan 13 Keuntungan profit dalam usaha agribisnis peternakan
Tabel 8. Dimensi sosial keberlanjutan pengembangan agribisnis sapi potong
No Atribut Dimensi sosial
1 Peran masyarakat dalam usaha agribisnis sapi potong
2 Jumlah rumah tangga peternak
3 Pertumbuhan rumah tangga peternak
4 Rasio tenaga kerja
5 Tingkat pendidikan rata-rata masyarakat peternak
6 Curahan waktu kerja dalam usaha peternakan
7 Frekuensi konflik
8 Partisipasi keluarga dalam usaha
9 Frekuensi penyuluhan dan pelatihan
10 Pengetahuan terhadap lingkungan 11 Pertumbuhan
penduduk 12 Kesehatan
masyarakat peternak
13 Alternatif usaha selain peternakan Tabel 9. Dimensi kelembagaan keberlanjutan pengembangan agribisnis sapi potong
No Atribut dimensi kelembagaan
1 Kemitraan kelompok tani
2 Kemitraan dengan pemerintah
3 Kemitraan dengan lembaga adat
4 Koperasi peternakan
5 Ketersediaan lembaga penyuluhan pertanian
6 Sinkronisasi kebijakan pemerintah pusat dan daerah
7 Partisipasi pengusaha dalam usaha peternakan
8 Kerjasama antar negara dalam pengembangan peternakan
9 Ketersediaan lembaga keuangan bankkredit
Evaluasi pengaruh galat error acak pada proses pendugaan nilai ordinasi pengembangan agropolitan berbasis peternakan sapi potong dilakukan dengan
menggunakan analisis Monte Carlo. Menurut Kanvanagh 2001 dan Fauzi dan Anna 2002 analisis Monte Carlo juga berguna untuk mempelajari hal-hal berikut ini.
1. Pengaruh kesalahan pembuatan skor atribut yang disebabkan oleh pemahaman kondisi lokasi penelitian yang belum sempurna atau kesalahan pemanaman
terhadap atribut atau cara pembuatan skor atribut; 2. Pengaruh variasi pemberian skor akibat perbedaan opini atau penilaian oleh
peneliti yang berbeda;
3. Stabilitas proses analisis MDS yang berulang-ulang iterasi; 4. Kesalahan pemasukan data atau adanya data yang hilang missing data;
3.4.4. Analisis Prospektif
Analisis prospektif merupakan suatu upaya untuk mengeksplorasi kemungkinan di masa yang akan datang. Hasil analisis ini akan mendapatkan informasi mengenai
faktor kunci dan tujuan strategis apa saja yang berperan dalam pengembangan sistem budidaya sapi potong berkelanjutan di Kabupaten Jayapura sesuai dengan kebutuhan
dari para pelaku stakeholders yang terlibat dalam sistem ini. Faktor kunci tersebut akan digunakan untuk mendeskripsikan evolusi kemungkinan masa depan bagi
pengembangan agropolitan berbasis peternakan sapi potong berkelanjutan. Penentuan faktor kunci dan tujuan strategis tersebut sangat penting, dan sepenuhnya merupakan
pendapat dari pihak yang berkompeten sebagai pelaku dan ahli mengenai agribisnis sapi potong. Pendapat tersebut diperoleh melalui bantuan kuesioner dan wawancara
langsung di wilayah studi. Bourgeois dan Yesus 2004 menjelaskan tahapan analisis prospektif yaitu: 1
Mengidentifikasi faktor kunci penentu untuk masa depan dari sistem yang di kaji. Pada tahap ini dilakukan identifikasi semua faktor penting dengan menggunakan kriteria
faktor variabel, menganalisis pengaruh dan kebergantungan seluruh faktor dengan melihat pengaruh timbal balik dengan menggunakan matriks dan menggambarkan
pengaruh dan kebergantungan dari masing-masing faktor ke dalam empat kuadran utama; 2 Menentukan tujuan strategis dan kepentingan pelaku utama; dan 3
Mendefinisikan dan mendeskripsikan evolusi kemungkinan masa depan. Pada tahap ini dilakukan identifikasi bagaimana elemen kunci dapat berubah dengan menentukan
keadaan state pada setiap faktor, memeriksa perubahan mana yang dapat terjadi bersamaan, dan menggambarkan skenario dengan memasangkan perubahan yang
akan terjadi dengan cara mendiskusikan skenario dan implikasinya terhadap sistem. Penentuan faktor kunci keberlanjutan pengembangan agropolitan berbasis
agribisnis peternakan sapi potong dilakukan dengan analisis prospektif. Pada tahap ini dilakukan seluruh faktor penting dengan menggunakan kriteria faktor pengungkit
berdasarkan hasil analisis MDS. Data yang digunakan dalam analisis prospektif adalah pendapat pakar dan stakeholder yang terlibat dalam pengembangan
agropolitan berbasis agribisnis peternakan sapi potong. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner, wawancara serta melalui diskusi. Pengaruh langsung antar faktor
dalam sistem, pada tahap pertama dapat dilihat dengan menggunakan matriks pada Tabel 10.
Tabel 10. Matriks pengaruh langsung antar faktor dalam sistem pengembangan agropolitan berbasis peternakan sapi potong
Dari Terhadap
A B
C D
E F
G H
I A
B C
D E
F G
H I
Sumber: Godet et al. 1999. Keterangan: A - I = Faktor penting dalam sistem Analisis prospektif dilaksanakan dengan metode kuesioner dan FGD melalui
tahapan: menjelaskan tujuan studi, identifikasi faktor-faktor, dan analisis pengaruh dan ketergantungan antar faktor. Analisis pengaruh dan ketergantungan seluruh faktor
melihat pengaruh timbal balik dengan menggunakan matriks dan menggambarkan pengaruh dan ketergantungan dari masing-masing faktor pada empat kuadran utama.
Tingkat pengaruh dan ketergantungan antar faktor di dalam sistem disajikan pada Gambar 9.
Gambar 9. Tingkat pengaruh dan ketergantungan antar faktor dalam sistem Pengaruh langsung antar faktor dalam sistem yang dilakukan pada tahap
pertama analisis prospektif menggunakan matriks. Pengaruh dan ketergantungan dari masing-masing faktor diisi dengan teknik sebagai berikut:
1. Apakah faktor tidak mempunyai pengaruh terhadap faktor lain? Jika jawabannya ya, maka diberi skor 0.
2. Jika jawabannya tidak, maka dilanjutkan ke pertanyaan berikut: Apakah pengaruhnya sangat kuat? Jika jawabannya ya diberi skor 3.
Kuadran I Faktor penentu
INPUT Kuadran II
Faktor penghubung STAKES
Pengar u
h
Kuadran IV Faktor bebas
UNUSED Kuadran III
Faktor terikat OUTPUT
Ketergantungan
3. Jika jawabannya tidak, maka dilanjutkan dengan pertanyaan apakah pengaruhnya kecil? jika jawabannya ya diberi skor 1, jika jawabannya tidak, diberi skor 2.
Hasil analisis tersebut selanjutnya dikonfirmasi kepada semua stakeholder terkait. Hal ini dilakukan guna memperkuat hasil analisis. Selain itu, hasil kajian ini
diharapkan dapat diimplementasikan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Jayapura sehingga hasil analisis ini dilakukan secara partisipatif.
3.4.5. Analytical Hierarchy Process
Penentuan kebijakan pengembangan agropolitan berbasis peternakan sapi potong dilakukan dengan analisis multikriteria secara partisipatif. Alat analisis yang
digunakan adalah AHP. Penggunaan AHP dimaksudkan untuk penelusuran permasalahan secara bertahap dan membantu pengambilan keputusan dalam memilih
strategi terbaik dengan cara: 1 mengamati secara sistematis dan meneliti ulang tujuan dan alternatif kebijakan atau cara bertindak untuk mencapai tujuan, dalam hal ini
kebijakan yang baik; 2 membandingkan secara kuantitatif dari segi manfaat dan resiko dari tiap alternatif; 3 memilih alternatif terbaik untuk diimplementasikan; dan 4
membuat skenario kebijakan pengelolaan lingkungan kawasan, dengan cara menentukan prioritas kebijakan.
Penetapan prioritas kebijakan dalam AHP dilakukan dengan menangkap secara rasional persepsi masyarakat, kemudian mengkonversi faktor-faktor yang tidak
terukur intangible ke dalam aturan yang biasa, sehingga dapat dibandingkan. Tahap terpenting dari AHP adalah penilaian perbandingan berpasangan, yang pada dasarnya
merupakan perbandingan tingkat kepentingan antar komponen dalam suatu tingkat hirarki Saaty, 1993.
Dalam melakukan perhitungan matriks, akan sangat rumit sehingga diperlukan paket komputer khusus mengenai AHP. Pengolahan data berbasis komputer
menggunakan perangkat lunak expert choice 2000. Expert choice merupakan perangkat lunak sistem pendukung keputusan yang didasarkan atas metodologi
pengambilan keputusan yakni AHP. Langkah-langkah dalam analisis data dengan AHP adalah:
1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi masalah 2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan fokus, dilanjutkan dengan tujuan,
kriteria dan alternatif kebijakan pada tingkatan level paling bawah. 3. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan pengaruh
relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan yang setingkat diatasnya, perbandingan berdasarkan judgement dari stakeholder dengan menilai
tingkat kepentingan satu elemen dibandingkan dengan elemen lainnya. Dalam
rangka mengkuantifikasi data kualitatif pada materi wawancara digunakan nilai skala komparasi 1 – 9 berdasarkan skala Saaty seperti pada Tabel 11.
Tabel 11. Skala perbandingan berpasangan
Skala Definisi 1
Kedua elemen sama pentingnya equally importance terhadap tujuan
3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dari pada elemen lainnya
moderately importance 5
Elemen satu lebih penting dari pada elemen lainnya strongly importance
7 Satu elemen jelas lebih mutlak penting dari pada elemen lainnya
very strongly importance 9
Satu elemen mutlak penting dari pada elemen lainnya extremely importance
2, 4, 6 dan 8
Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan intermediate value
Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka jika dibandingkan dengan
aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya dibanding dengan i
Sumber: Saaty 1993 4. Melakukan perbandingan berpasangan. Kegiatan ini dilakukan oleh stakeholder
yang berkompeten berdasarkan hasil identifikasi stakeholder. 5. Menguji konsistensinya. Indeks konsistensi menyatakan penyimpangan konsistensi
dan menyatakan ukuran tentang konsisten tidaknya suatu penilaian perbandingan berpasangan. Nilai pengukuran konsistensi diperlukan untuk mengetahui
konsistensi jawaban dari responden karena akan berpengaruh terhadap keabsahan hasil.
Pembahasan strategi implementasi kebijakan dilalukan dengan melibatkan pakar dan stakeholder dalam bentuk FGD. FGD dilakukan untuk menemukan alternatif
penyelesaian secara partisipatif. Diskusi difokuskan pada pertanyaan-pertanyaan spesifik untuk memperoleh pemahaman yang mendalam dari sudut pandang dan
pengalaman peserta, persepsi, pengetahuan, dan sikap tentang pengelolaan lingkungan kawasan.
Wakil stakeholder ditentukan secara sengaja purposive sampling. Dasar pertimbangan dalam menentukan atau memilih pakar untuk dijadikan responden
adalah: 1 mempunyai pengalaman yang memadai sesuai dengan bidangnya, 2 mempunyai reputasi, jabatan dan telah menunjukkan kredibilitas sebagai stakeholder
yang konsisten atau pakar pada bidang yang diteliti, dan 3 kesediaan untuk menjadi responden.