Pendapatan Rumah Tangga Keadaan Ekonomi
Berdasarkan adat istiadat, hak atas tanah yang akan diusahakan untuk berbagai kegiatan usahatani bersifat komunal. Artinya bahwa sebidang tanah dikuasai
oleh kelompok margafam masing-masing yang bermukim dalam suatu wilayah. Selanjutnya dari kepemilikan komunal tersebut akan diwariskanditurunkan kepada
seluruh anggota keluarga yang berjenis kelamin laki-laki sebagai hak milik secara individu. Dengan demikian sistem kepemilikan tanah di wilayah penelitian adalah
bersifat individu. Setiap laki-laki secara adat diwajibkan untuk mengusahakan lahan miliknya
untuk dapat menghasilkan makanan yang diperuntukkan bagi keluarganya. Laki-laki dipandang sebagai generasi penerus keluarga yang dapat mempertahankan atau
meneruskan margafam. Oleh karenanya hak milik tanah menjadi hak laki-laki sebagai penerus margafam yang mana tanah akan diusahakan akan menjadi hak milik secara
turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya dari suatu garis keturunan laki-laki tersebut. Sedangkan perempuan dipandang sebagai istri yang bertugas untuk
melayani suami, oleh karenanya hak milik tanah tidak diberikan kepada perempuan tetapi perempuan hanya diberi hak pakai dan hak mendapatkan manfaat atas hasil-
hasil yang di dapatkan dari pengusahaan tanah. Hal ini berhubungan dengan sistem perkawinan yang dianut dimana apabila seorang perempuan menikah maka ia akan
mengikuti suaminya patrilokal dan keturunan yang diperoleh merupakan garis keturunan margafam suaminya patrilinial.
Pengalihan hak milik atas tanah pada masa dahulu telah terjadi, seperti diindikasikan oleh adanya beberapa luasan tanah yang dibeli oleh pendatang seperti
suku-suku Sulawesi, untuk bangunan-bangunan rumah. Pada masa kini pengalihan hak milik tanah berupa kegiatan pembelian tanah sangat jarang dilakukan. Keadaan ini
diduga karena luasan tanah yang dimiliki setiap individu semakin menurun sesuai adanya pertambahan jumlah jiwa di dalam setiap keluarga yang berhak menerima hak
milik atas tanah. Disamping itu adanya pengalihan hak milik tanah untuk pembangunan sarana prasarana umum. Dilain sisi diduga pula, bahwa masyarakat telah memahami
bahwa wilayah tempat tingganya sebagai suatu wilayah strategis untuk pembangunan sehingga tanah sebagai wilayah permukiman dan areal usahataninya akan
memberikan kemudahan berusaha di kemudian hari. Pengalihan hak milik atas tanah untuk berbagai kegiatan pembangunan
dilaksanakan melalui tiga bentuk yaitu 1 pengalihan hak milik tanah khusus untuk pembangunan-pembangunan sarana prasarana umum, 2 pengalihan hak pakai
sementara sebagai hak kontrak, dan 3 pengalihan hak pakai tanpa adanya hak kontrak.
Pengalihan hak milik tanah dari pemilik kepada orang lain pemerintah dalam suatu transaksi jual beli dapat dilakukan selama tanah yang akan dijual diperuntukkan
untuk gedung sekolah, gereja, jalan raya, gedung-gedung pemerintahan. Pada kondisi ini harus dilakukan transaksi jual beli antara pemilik tanah dengan pihak pembeli
pemerintah sesuai dengan luasan tanah. Berdasarkan penelitian diperoleh informasi bahwa senantiasa terjadi pemalangan tanah pada tanah-tanah lokasi sarana
prasarana umum seperti kantor-kantor pemerintahan maupun saluran irigasi. Hal ini dikarenakan pemilik tanah tidak memiliki surat tanda sertifikat yang jelas tentang
kepemilikan tanah, sehingga banyak ditemui adanya pengakuan dari beberapa orang yang mengkukuhkan dirinya sebagai pemilik tanah.
Pengalihan hak pakai atas tanah dalam bentuk kontrak maupun tidak kontrak dapat terjadi dimana pengontrak tanah hanya menggunakan tanah dalam kurun waktu
tertentu dan selanjutnya tanah akan diserahkan kembali kepada pemiliknya. Pengontrakkan tanah biasanya dilakukan oleh kelompok-kelompok usaha yang ingin
berusaha di wilayah penelitian. Namun berdasarkan hasil wawancara tipe pengalihan tanah seperti ini sangat sedikit.