Letak Kawasan dan Aksesibilitas

4.2.3. Geomorfologi

Daerah Agropolitan Kabupaten Jayapura, yakni distrik Nimboran, Nimbokrang, Kemtuk dan Kemtuk Gresi berada terdiri atas 2 dataran, yaitu “Dataran Grime” dan “Dataran Sekori”. Kedua dataran ini menyatu sebagai suatu dataran luas yang membujur ke arah Barat Daya Danau Sentani. Dataran ini memanjang dari timur ke arah barat dengan lebar bentangan yang hampir sama. Di ujung sebelah barat, dataran ini membentuk daerah rawa hingga ke arah pantai. Wentholt 1939 membagi Dataran Grime ke dalam 6 teras utama. Teras pertama dimulai dari dataran terendah dan termuda. Daerah teras ini melandai ke arah barat laut dan kemudian ke arah utara. Luas teras pertama diperkirakan 19.800 ha. Di sebelah tenggara teras terendah ini berakhir dan berlanjut dengan teras ke-2 yang berada kurang lebih 10 m lebih tinggi. Luas teras ke-2 ini diperkirakan sekitar 3.400 ha. Juga di sini bentanglahannya tampak seluruhnya datar. Teras ke-3 dan ke-4 menempati sisa dataran di sebelah barat Kampung Janim Besar. Luas teras ke-3 dan ke-4 masing-masing 1.000 ha dan 4.700 ha. Teras-teras ini berumur tua dan berada lebih tinggi serta tampak datar. Kedua teras ini melandai ke arah utara hingga ke arah barat laut. Berbatasan dengan teras ke-4, di sebelah timur Sungai Grime terletak teras ke-5. Teras ke-5 ini mencakup dari arah timur hingga arah garis utara-selatan melalui Kampung Sabron Baru. Luas teras ini sekitar 2.000 ha, melandai ke aras utara, dan bergelombang lemah. Teras ke-6, merupakan daerah tertinggi dan tertua yang mengakhiri teras ke-4 dan ke-5 di sebelah selatan. Luas teras ini sekitar 1.900 ha. Di batas utara dari teras ke-5, terdapat Dataran Sekori yang besar dengan luasan sekitar 2.000 ha. Di dataran Sekoli ini juga terbentuk teras, namun tidak jelas perkembangannya. Menurut Schroo 1963, Dataran Grime dan Dataran Sekori merupakan lembah sedimentasi peninggalan zaman tersier yang terisi atas sedimen laut marin dan kemudian oleh bahan fluviatil. Wentholt 1939, menyatakan bahwa dataran ini terbentuk pada zaman kwarter. Lebih lanjut Schroo 1961, menyatakan bahwa adanya ketinggian elevasi yang berselang-seling di seluruh daerah tersebut menyebabkan sungai-sungai memotong sedimen ini. Selama periode ini dataran banjir terbentuk pada berbagai tingkat dan sisa-sisanya masih ditemukan sekarang dalam bentuk teras-teras yang luas sebagaimana dijelaskan sebelumnya. Zwierzichi 1921 dalam Schroo 1963, menunjukkan bahwa tanah di Dataran Grime dan Dataran Sekoli berasal dari hancuran batuan fluviatil sedimen kwarterner, terumbu koral terangkat pleistosin, dan sedimen marin neogen. Menurut Wentholt 1939, seluruh lahan yang berada di sebelah barat Yanim Besar Braso dibentuk oleh Sungai Grime dan cabang-cabang sungainya, kecuali daerah yang paling barat oleh Sungai Sarmoai. Kedua sungai tersebut membawa bahan-bahan yang sama. Sumbangan cabang-cabang sungai yang berasal dari pinggiran pegunungan utara relatif kecil, namun setempat-setempat saja. Lahan yang berada di sebelah timur Yanim Besar seluruhnya terbentuk dari material yang berasal dari pinggiran utara daerah pegunungan selatan. Pembentukan dataran sekori tidak berhubungan dengan pembentukan Dataran Grime, karena keduanya terletak pada sub DAS yang berbeda.

4.2.4. Klasifikasi Tanah

Jenis tanah di Wilayah Agropolitan Kabupaten Jayapura didasarkan atas deskripsi dan klasifikasi yang dilakukan oleh Wentholt 1939. Tanah diklasifikasikan berdasarkan tiga ciri pembeda utama, yaitu tekstur, warna dan kedalaman tanah. Berdasarkan ketiga ciri tanah tersebut, diperoleh sepuluh satuan peta tanah SPT dengan rincian sebagai berikut. SPT 1: Tanah lempung berliat, kelabu hingga kelabu coklat, dalam SPT 2: Tanah lempung berdebu, kelabu hingga kelabu coklat, dalam SPT 3: Tanah , lempung berliat, coklat kelabu hingga kelabu coklat, dalam SPT 4: Tanah lempung, kelabu coklat hingga kelabu kuning, dalam SPT 5: Tanah lempung berdebu hingga debu berlempung, kuning kecoklatan, dalam SPT 6: Tanah, lempung, kelabu, dalam SPT 7: Tanah lempung berdebu hingga lempung berpasir, kelabu kuning, dalam SPT 8: Tanah lateritik berlempung, coklat kekuningan hingga coklat kemerahan, agak dalam SPT 9: Tanah mergel berlempung, hitam kelabu, agak dalam SPT 10: Tanah liat berlempung hingga berliat, coklat kemerahan tua, dalam Apabila ciri kesepuluh jenis tanah ini dipadankan dengan klasifikasi USDA Soil Taxonomy, maka SPT 1-7 termasuk order inceptisol, sedangkan SPT 8-10 setara dengan order alfisol. Schroo 1961 mengkaji kembali nilai tekstur tanah yang dilaporkan Wentholt 1939 dengan menggunakan data dari Razoux Schultz 1958. Ia mendapatkan bahwa kelas tekstur yang dilaporkan Wentholt 1939 lebih ringan daripada Razoux Schultz 1958. Menurutnya tanah SPT 4, 5 dan 6 berturut-turut bertekstur liat berdebu, lempung liat berdebu dan liat berdebu. Hasil penelitian tim peneliti di lapangan juga mendukung hal ini. Sebaran kesepuluh jenis tanah tersebut tercantum pada Peta 5.3. Jenis tanah pada SPT 1 dan SPT 2 menduduki teras pertama terendah, tanah SPT 3 pada teras kedua, tanah SPT 4 pada teras ketiga, tanah SPT 5 pada teras keempat, tanah SPT 6 pada teras kelima, dan tanah SPT 8 pada teras keenam. Tanah SPT 9 dijumpai setempat-setempat di tepi selatan dari teras ketiga hingga teras kelima dan pada teras keenam, serta berada pula pada daerah tinggi di tepi selatan dari Dataran Sekori. Jenis tanah pada SPT 1 sampai dengan SPT 4 pada umumnya memiliki kemiripan dalam sifat fisiknya. Dalam keadaan basah struktur tanahnya jelek, volume pori tanah kecil dan kemampuan kapileritasnya besar. Selain itu, tanah pada SPT 1 dan 2 hampir tidak dapat dirembesi air, sedangkan jenis tanah lainnya SPT 3 dan 4 agak lebih baik, yaitu mempunyai daya perembesan air agak rendah. Sebagai akibatnya, kemampuan menahan udara pada jenis-jenis tanah ini tergolong rendah. Melalui upaya pengeringan jenis-jenis tanah ini dapat diperbaiki sifat fisiknya, yaitu struktur tanah, volume pori dan kemampuan kapileritas meningkat menjadi “sedang”. Walaupun sifat fisik tanah SPT 1 sampai dengan SPT 4 tidak menguntungkan, namun sifat kimia tanahnya tergolong cukup baik. Kadar unsur hara fosfor P, kalium K, dan magnesium Mg tergolong sedang hingga tinggi, sedangkan kadar kalsium Ca pada umumnya tinggi. Khususnya tanah pada SPT 5 yang dijumpai di sepanjang sungai-sungai sebagai ”punggung aliran”, mempunyai sifat fisik dan kimia yang tergolong baik. Jenis tanah ini lebih kering dan kandungan unsur hara P, K, Ca dan Mg tergolong cukup, sehingga sesuai untuk tujuan pertanian, khususnya tanaman kakao. Tanah dari SPT 6 dan 7 yang berada di sebelah timur Kampung Yanim Besar Braso memiliki sifat fisik yang lebih menguntungkan. Struktur tanahnya baik, volume tanah dan kemampuan kapileritasnya juga dinilai cukup. Selain itu, lapisan tanah bawahnya mempunyai sifat perembesan yang baik sehingga menyebabkan kapasitas menahan air dan udara memadai. Selain sifat fisiknya yang baik, sifat kimianya juga tergolong baik, yakni kandungan unsur hara P, K, Ca dan Mg relatif cukup. Tanah SPT 8 dan 9 mempunyai sifat fisik dan kimia yang tidak menguntungkan. Pada umumnya dangkal hingga agak dalam, serta mengandung banyak kerikil dan batu. Tanahnya telah mengalami pencucian hebat sehingga miskin akan unsur hara, terutama K dan P. Tanah SPT 8 dan SPT 9 masih dapat digunakan untuk tujuan pertanian apabila diberikan masukan perbaikan, seperti pemupukan. Selain itu,