Ketergantungan Penduduk Keadaan Penduduk
tentang pembagian tanggungan untuk anggota-anggota keluarga pihak laki-laki yang dapat membantu meringankan tanggungan mas kawin yang akan dibayarkan pihak
laki-laki kepada perempuaan. Kondisi ini memperlihatkan adanya pembagian tanggungan antar anggota-anggota dalam keluarga pihak laki-laki maka terlihat
kesatuan hubungan kekerabatan dalam suatu margafam. Interaksi sosial diwujudkan dalam kegiatan gotong royong pembukaan lahan
dan pemanenan hasil. Masyarakat di wilayah penelitian biasanya melakukan kegiatan usahatani pada kawasan lahan yang cukup luas yaitu berkisar antara 0,25 ha – 2 ha, di
satu sisi ketersediaan tenaga kerja relatif kecil yaitu 2 dua orang dan di sisi lain luasan lahan yang cukup luas. Adanya luasan lahan yang cukup luas dan
ketersediaan tenaga kerja yang kecil mengakibatkan pencurahan kerja pada tahapan pembukaan lahan dan pemanenan hasil mengalami masalah tenaga kerja. Melalui
kegiatan gotong royong bersama-sama dengan anggota-anggota dalam suatu margafam ataupun tetangga maka kesulitan tenaga kerja dapat terpecahkan.
Pembayar atau penggantian biaya yang dikeluarkan untuk tenaga-tenaga kerja ini diberikan dalam bentuk makan bersama yang disediakan oleh pemilik lahan tersebut.
Kegiatan gotong royong ataupun interaksi sosial juga terjadi apabila anggota- anggota masyarakat sepakat untuk bergabung dalam suatu kelompok tani, dimana
interaksi sosial nampak terjadi pada saat pembukaan dan pemanenan hasil. Kegiatan gotong royong ini biasanya melibatkan tenaga kerja yang berkisar antara 20 – 40
orang untuk melakukan pembukaan lahan dan selanjutnya lahan akan dipetak- petakkan untuk masing-masing anggota untuk pengelolaannya hingga tahap
pemanenan. Pada tahap pemanenan ini, juga nampak adanya kegiatan gotong royong untuk saling membantu meringankan beban kerja.
Interaksi ekonomi diwujudkan dalam bentuk transaksi dagang antara petani dengan pedagang lokal maupun pedagang non lokal. Transaksi dagang ini banyak
ditemui pada cabang usahatani kakao dimana petani menjual biji kakao basah dengan harga 2.500 – 3.000kg kepada pedagang lokal, dan selanjutnya pedagang lokal akan
menjual kembali dalam bentuk kering dengan kisaran harga Rp 7.500 – 8.000,- Adanya transaksi dagang yang demikian menggambarkan suatu hubungan kerjasama
antara keduanya. Disamping itu menunjukkan adanya suatu hubungan usaha yang saling menguntungkan. Selain interaksi ekonomi dalam usaha kakao, interaksi
ekonomi yang cukup tinggi adalah interaksi antara petani dengan para pengojek yang beroperasi di wilayah penelitian. Adapun kegiatan pengojek biasanya dimanfaatkan
petani untuk mengunjungi saudara, ke pasar, ke kantor-kantor pemerintahan desa.