Penyebab antarbahasa Interlingual Penyebab intrabahasa Intralingual

Kesalahan-kesalahan yang menyebabkan lawan bicara tidak mengerti maksud atau tujuannya global errors dan kesalahan-kesalahan yang tidak menyebabkan salah faham local errors.

1. Penyebab antarbahasa Interlingual

Sistem bahasa yang dibangun oleh pembelajar agak menyimpang dari linguistik yang ada dalam BSu maupun dalam BSa, sehingga pembelajar menampilkan sistem bahasa yang mengarah kepada dialek idiosinkratik. Idiosinkratik adalah ujaran yang dilakukan yang tidak mempunyai model baik dalam BSu maupun dalam BSa. Tahap awal pembelajaran bahasa lazimnya ditandai oleh transfer interlingual, yakni pemindahan unsur-unsur bahasa pertama atau bahasa ibu ke dalam bahasa kedua atau bahasa yang sedang dipelajari mahasiswa. Kesalahan seperti ini yang disebut kesalahan interferensi BSu ke dalam BSa. Kesalahan antarbahasa disebabkan oleh interferensi BSu yang mengarah ke pengaruh negatif terhadap BSa. BSu merupakan suatu hal yang mengganggu dalam upaya mempelajari BSa. BSu bahkan sering kali dianggap sebagai kesulitan utama yang dihadapi pembelajar dalam mempelajari BSa. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Dulay dalam Syarifuddin 2004:15 yang menyatakan bahwa bahasa sumber telah dianggap sebagai penghambat dalam mempelajari bahasa sasaran, penyebab utama masalah pembelajar dengan bahasa yang baru. Pengaruh BSu terhadap BSa sasaran yang sedang dipelajari dapat diketahui dari struktur kalimat yang dibentuk oleh pembelajar. Dalam teori pengalihan transfer pembelajar cenderung untuk mengalihkan pola struktur dan budaya BSu ke Universitas Sumatera Utara dalam pola struktur dan budaya bahasa yang sedang dipelajari. Jika pengalihan itu terjadi apabila terdapat beberapa persamaan dan akan memberikan kemudahan dalam mempelajari BSa, maka disebut pengalihan positif. Pengalihan ini tidak menyebabkan kesalahan bahkan akan memberikan kemudahan bagi pembelajar dalam pembelajaran. Tetapi apabila unsur dalam BSa berbeda dengan unsur BSu, maka akan menimbulkan kesulitan bagi pembelajar BSa, ini dikatakan sebagai pengalihan negatif yang sering disebut interferensi.

2. Penyebab intrabahasa Intralingual

Kesalahan intrabahasa intralingual adalah kesalahan yang dilakukan oleh pembelajar dalam tahap perkembangan pemerolehan BSa, yang mengarah kepada karakteristik umum atau kompleksitas dari aturan BSa yang dipelajari. Bentuk-bentuk kesalahan intrabahasa adalah generalisasi yang berlebihan, mengabaikan pembatasan kaidah, ketidak lengkapan penerapan kaidah dan hipotesis konsep yang salah. Kesalahan generalisasi yang berlebihan over generalization adalah kesalahan yang disebabkan oleh pembelajar menggabungkan kaidah bahasa yang dipelajari dan menerapkannya dalam bentuk yang sama, artinya penggunaannya berlebihan. Aplikasi berlebihan terjadi pada saat pembelajar BSa memperluas kaidah BSa pada konteks yang kurang tepat. Mengabaikan pembatasan kaidah ignorance of rule restriction adalah kesalahan yang dilakukan oleh pembelajar ketika menerapkan kaidah pada konteks yang salah. Ketidaktaatan akan pembatasan kaidah terjadi ketika pembelajar BSa Universitas Sumatera Utara tidak mengetahui bahwa setiap bahasa mempunyai pengecualian oleh karena itu pembelajar menerapkan pada semua bentuk. Ketidak lengkapan penerapan kaidah incomplete application of rules adalah kesalahan yang dilakukan oleh pembelajar BSa ketika tidak menerapkan tatabahasa secara lengkap. Hipotesis konsep yang salah false concept hypotheses adalah kesalahan bahasa yang dilakukan oleh pembelajar pada saat mereka tidak memahami dengan benar kaidah dan nuansa perbedaan dalam BSa yang dipelajari. Berdasarkan ciri kesalahan yang telah dikemukakan di atas, terlihat bahwa pembelajar sering melakukan kesalahan dalam perbandingan dua sistem bahasa yang berbeda. Faktor lain yang menjadi penyebab kesalahan bahasa pembelajar adalah kurangnya pengetahuan tentang BSa yang dipelajari. Kesalahan intrabahasa disebut juga kesalahan perkembangan developmental errors. Hal ini terjadi apabila kesalahan itu bersumber dari pengetahuan BSa yang belum memadai dan masih dalam proses pembelajaran. Dari semua pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa penyebab kesalahan bahasa yaitu, faktor antarbahasa atau yang sering disebut interferensi interference dari BSu atau bahasa lain ke dalam BSa, faktor intrabahasa atau yang disebut kesalahan perkembangan developmental errors karena kompleksitas dalam bahasa itu sendiri, pribadi, sosial budaya dan kebahasaan. Universitas Sumatera Utara

2.2 Hakikat Analisis Kesalahan Berbahasa

Analisis kesalahan berbahasa menurut Parera 1997:80 „merupakan suatu tindakan dan studi secara formal dan sistematik untuk mempelajari dan menemukan kesulitan-kesulitan, hambatan-hambatan dan kendala-kendala dalam proses pembelajaran bahasa bagi mereka yang berbeda latar belakang kebahasaan“. Brown 1980:148 menyatakan “analisis kesalahan adalah analisis terhadap kesalahan- kesalahan berbahasa seorang mahasiswa baik bahasa asing, bahasa kedua ataupun bahasa pada umumnya“. Ellis dalam Tarigan-Tarigan 1995:170 menyatakan bahwa, analisis kesalahan berbahasa adalah suatu prosedur yang digunakan oleh para peneliti dan para guru, yang mencakup pengumpulan sampel bahasa pelajar, pengenalan kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam sampel tersebut, pendeskripsian kesalahan- kesalahan itu, pengklasifikasiannya berdasarkan sebab-sebab yang telah dihipotesiskan, serta pengevaluasian keseriusannya. Dalam hal ini yang dimaksudkan adalah analisis kesalahan menerjemahkan TBI ke dalam TBJ.

2.2.1 Fungsi Analisis Kesalahan

Analisis kesalahan mempunyai dua fungsi dalam proses pembelajaran, yaitu untuk menginvestigasi proses pembelajaran bahasa, dan untuk mengetahui apakah pengajaran remedial itu perlu atau tidak dilakukan agar pencapaian tujuan belajar itu berhasil Corder, 1981:45. Menganalisis kesalahan yang dibuat siswa tentu saja memberikan manfaat tertentu, karena pemahaman terhadap kesalahan itu merupakan Universitas Sumatera Utara umpan balik yang sangat berharga bagi pengevaluasian dan perencanaan penyusunan materi dan strategi pengajaran di kelas. Analisis kesalahan bertujuan untuk: 1 Menentukan urutan penyajian butir-butir yang diajarkan dalam kelas dan buku teks, misalnya urutan mudah sukar 2 Menentukan urutan jenjang relatif penekanan, penjelasan dan latihan berbagai butir-butir bahan yang diajarkan 3 Merencanakan latihan dan pengajaran remedial, dan 4 Memilih butir-butir bagi pengujian kemahiran siswa Tarigan-Tarigan, 1995:170.

2.2.2 Objek Analisis Kesalahan

Analisis kesalahan berbahasa terutama ditujukan kepada bahasa yang sedang dipelajari atau ditargetkan. Sebab, analisis kesalahan dapat membantu dan bahkan sangat berguna sebagai sarana kelancaran program pengajaran yang sedang dilaksanakan. Maksudnya, dengan analisis kesalahan para guru ataupun para penulis buku teks dapat mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi para siswa. Karena analisis kesalahan lebih ditekankan pada proses belajar bahasa kedua atau bahasa asing, maka dengan sendirinya analisis kesalahan berobjekkan bahasa si pembelajar yang sedang mempelajari bahasa kedua atau bahasa asing.

2.2.3 Metode Analisis Kesalahan

Crystal yang dikutip dari Peteda 1989:32 mengatakan ”metode analisis kesalahan adalah suatu teknik untuk mengidentifikasikan, mengklasifikasikan dan menginterpretasikan secara sistematis kesalahan-kesalahan yang dibuat mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang sedang belajar bahasa asing atau bahasa kedua dengan menggunakan teori-teori dan prosedur linguistik”. Analisis kesalahan adalah suatu prosedur kerja. Sebagai prosedur kerja analisis kesalahan mempunyai langkah-langkah yang meliputi: 1 Pengumpulan sampel, 2 Pengidentifikasian kesalahan, 3 Penjelasan kesalahan, 4 Pengklasifikasian kesalahan, 5 Pengevaluasian kesalahan, dan 6 Menganalisis sumber kesalahan Tarigan-Tarigan, 1995:67. Untuk lebih jelasnya langkah-langkah tersebut diuraikan sebagai berikut: 1 Mengumpulkan data berupa kesalahan berbahasa yang dibuat oleh mahasiswa, misalnya hasil ulangan, karangan atau percakapan, 2 Mengidentifikasi dan mengklasifikasi kesalahan dengan cara mengenali dan memilah-milah kesalahan berdasarkan kategori kebahasaan, misalnya kesalahan-kesalahan pelafalan, pembentukan kata, penggabungan kata dan penyusunan kalimat, 3 Membuat peringkat kesalahan dengan cara mengurutkan kesalahan berdasarkan frekuensi atau keseringannya, 4 Menjelaskan kesalahan, yaitu menggambarkan letak kesalahan, penyebab kesalahan, dan memberikan contoh yang benar, 5 Memprakirakan atau memprediksi daerah atau butir kebahasaan yang rawan terhadap terjadinya kesalahan juga meramalkan tataran bahasa yang dipelajari yang potensial mendatangkan kesalahan dan 6 Mengoreksi kesalahan, memperbaiki dan bila dapat menghilangkan kesalahan melalui penyusunan bahan yang tepat, buku pegangan yang baik, dan teknik pengajaran yang serasi Tarigan-Tarigan, 1995 71. Universitas Sumatera Utara

2.3 Hakikat Terjemahan

Kata terjemahan yang dalam bahasa Inggris disebut ‘translation’ adalah suatu konsep abstrak yang mencakup proses penerjemahan dan hasil dari proses tersebut. Kata terjemahan translation berasal dari kata kerja bahasa Inggris ‘translate’ menerjemahkan, mengalihbahasakan dan menafsirkan. Sedangkan secara terminologi terjemahan adalah menggantikan kata dalam BSu ke dalam kata bahasa lain atau BSa dengan makna yang sepadan. Dalam literatur linguistik, teori terjemahan sering juga disebut ilmu terjemahan science of translation, Übersetzungswissenschaft, kata ilmu disini diartikan sebagai teori, metode dan teknik Moentaha, 2006:9. Proses terjemahan das Übersetzen, the translating, seperti yang dikatakan ilmuwan bahasa dari Jerman G. Jäger yang dikutip oleh Moentaha 2006:9 adalah transformasi teks dari satu bahasa ke teks bahasa lain tanpa mengubah isi teks asli. Jadi terjemahan adalah jenis transformasi antarbahasa yang berbeda dengan jenis transformasi intrabahasa, yakni transformasi yang terjadi di dalam bahasa itu sendiri. Tidak semua penggantian teks dalam satu bahasa dengan teks dalam bahasa lain merupakan terjemahan. Untuk bisa disebut terjemahan, teks dalam bahasa A harus mengandung sesuatu yang sama dengan teks dalam bahasa B. Dengan kata lain, dalam memindahkan informasi dari sistem bahasa yang satu ke sistem bahasa yang lain harus dipertahankan isi informasi teks asli. Moentaha 2006:10 menyatakan bahwa, terjemahan adalah proses penggantian teks dalam bahasa sumber atau bahasa pemberi dengan teks dalam bahasa sasaran tanpa mengubah tingkat isi teks bahasa sumber. Pengertian „tingkat isi“ di atas harus dipahami secara maksimal dan luas, Universitas Sumatera Utara yakni tidak hanya yang menyangkut arti dasar material meaning, ide atau konsepsi yang terkandung dalam tingkat isi, tapi juga semua informasi yang ada dalam teks bahasa sumber, semua norma-norma bahasa, seperti makna leksikal, makna gramatikal, nuansa stilistisnuansa ekspresif. Secara luas terjemahan dapat diartikan sebagai semua kegiatan manusia dalam mengalihkan seperangkat informasi atau pesan message, baik verbal maupun non- verbal dari informasi sumber source information ke dalam informasi sasaran target information. Sedangkan secara keseharian, dalam pengertian dan cakupan yang lebih sempit, terjemahan biasa diartikan sebagai suatu proses pengalihan pesan yang terdapat di dalam teks bahasa sumber source language dengan padanannya di dalam bahasa sasaran target language. Dalam kamus The Merriam-Webster Dictionary 1988:2429 terjemahan merupakan pengubahan dari suatu bentuk ke dalam bentuk lain, atau pengubahan dari suatu bahasa ke dalam bahasa lain, dan sebaliknya. Senada dengan defenisi di atas, Larson 1989:3 mendefinisikan terjemahan pada dasarnya adalah suatu perubahan bentuk translation is basically a change of form. Yang dimaksud dengan bentuk bahasa ialah kata, frase, klausa, kalimat, paragrap dan lain-lain, baik lisan maupun tulisan. Bentuk itu disebut struktur lahir bahasa, yaitu bagian struktural bahasa yang biasa terlihat dalam bentuk cetak atau terdengar dalam ujaran. Dalam terjemahan, bentuk BSu diganti dengan bentuk BSa dengan memperhatikan struktur dan makna yang sesuai dengan BSa. Universitas Sumatera Utara Kemudian Nida dan Taber 1982:12 mendefinisikan terjemahan lebih menekankan pada proses seperti yang mereka ungkapkan berikut ini: Penerjemahan merupakan usaha menciptakan kembali pesan dalam bahasa sumber dengan padanan alami yang sedekat mungkin ke dalam bahasa sasaran, pertama dalam hal makna dan yang kedua dalam gaya bahasanya Translating consist in reproducing in the receptor language the closest natural equivalent of the source-language message, first in terms of meaning and secondly in terms of style. Dalam hal ini Nida dan Taber tidak mempermasalahkan bahasa yang terlibat dalam penerjemahan, tetapi lebih tertarik pada cara kerja penerjemahan, yaitu mencari padanan alami yang semirip mungkin sehingga pesan dalam BSu bisa disampaikan dalam BSa. Berdasarkan hal tersebut dapat dijelaskan bahwa dalam penerjemahan, pengalihan pesan dari BSu ke dalam BSa harus diungkapkan sewajar mungkin dalam bahasa penerima atau sasaran dengan menuruti semua aturan yang berlaku dalam BSa. Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa terjemahan adalah proses penggantian atau transformasi pesan dari BSu ke dalam BSa dengan memperhatikan kesepadanan dua bahasa tersebut. Kesepadanan makna dalam mengungkapkan hasil terjemahan merupakan hal yang paling penting, karena hal ini yang menjadi tujuan utama dalam penerjemahan. Gaya penerjemahan dan pengungkapan makna sangat tergantung dari kemampuan penerjemah, oleh sebab itu penerjemah harus menguasai kaidah dan kosakata vocabulary BSa agar mampu menggunakan bahasa tersebut yang sepadan dengan makna yang dimaksud oleh penulis dalam BSu. Universitas Sumatera Utara

2.3.1 Teknik Penerjemahan

Teknik penerjemahan secara langsung berkaitan dengan permasalahan praktis penerjemahan dan pemecahannya daripada dengan norma maupun pedoman penerjemahan tertentu. Teknik penerjemahan akan lebih banyak berkaitan dengan langkah praktis dan pemecahan masalah Machali, 2009:107. Menurut Molina dan Albir dalam Silalahi 2009:81 ”teknik penerjemahan merupakan prosedur untuk menganalisis dan mengklasifikasikan bagaimana kesepadanan terjemahan berlangsung dan dapat diterapkan pada berbagai satuan lingual”. Di bawah ini dikemukakan teknik penerjemahan menurut Moentaha 2006:48-87.

1. Terjemahan Harfiah Literal Translation ialah terjemahan yang hasil