2.3.1 Teknik Penerjemahan
Teknik penerjemahan secara langsung berkaitan dengan permasalahan praktis penerjemahan dan pemecahannya daripada dengan norma maupun pedoman
penerjemahan tertentu. Teknik penerjemahan akan lebih banyak berkaitan dengan langkah praktis dan pemecahan masalah Machali, 2009:107. Menurut Molina dan
Albir dalam Silalahi 2009:81 ”teknik penerjemahan merupakan prosedur untuk menganalisis dan mengklasifikasikan bagaimana kesepadanan terjemahan
berlangsung dan dapat diterapkan pada berbagai satuan lingual”. Di bawah ini dikemukakan teknik penerjemahan menurut Moentaha 2006:48-87.
1. Terjemahan Harfiah Literal Translation ialah terjemahan yang hasil
realisasinya berada di bawah standar, yakni di bawah hasil terjemahan yang cukup menyampaikan informasi teks Bahasa Pemberi atau bahasa sumber ke
dalam teks Bahasa Sasaran dengan mematuhi norma-norma Bahasa Sasaran. Biasanya terjemahan harfiah dilakukan di tingkat kata, yaitu penerjemahan
kata demi kata, sehingga tidak jarang menghasilkan terjemahan semu. Terjemahan di tingkat kata bisa dilakukan, kalau susunan kalimat teks Bahasa
Pemberi sangat sederhana dan hal ini menunjukkan, bahwa terjemahan harfiah pun bisa menghasilkan terjemahan yang adekuat.
2. Substitusi Substitution ialah proses terjemahan yang realisasinya dilakukan
melalui jalan dari bentuk Bahasa Pemberi ke bentuk Bahasa Sasaran dengan melewati makna. Teknik substitusi termasuk ke dalam terjemahan harfiah
karena penerjemahannya dilakukan di tingkat kata. Substitusi dalam
Universitas Sumatera Utara
terjemahan biasa jarang sekali digunakan, dan kalau digunakan hanya sebagai perkecualian. Karena penerjemahan lewat teknik substitusi dilakukan di
tingkat kata, maka wajarlah kalau teknik terjemahan substitusi, dalam batas- batas tertentu, mempunyai persamaan baik dengan teknik terjemahan harfiah,
maupun dengan metode ekuivalensi. Sebagai teknik terjemahan biasa bukan mesin substitusi sangat jarang digunakan dalam merealisasi proses
terjemahan, dan kalau digunakan hanya untuk menerjemahkan istilah.
3. Terjemahan Bebas Free Translation ialah terjemahan yang dilakukan di
tingkat satuan-satuan bahasa, seperti kalimat atau teks secara keseluruhan. Terjemahan bebas, pada umumnya, lebih baik diterima, ketimbang terjemahan
harfiah, karena dalam terjemahan bebas biasanya tidak terjadi baik penyimpangan makna, maupun pelanggaran norma-norma Bahasa Sasaran.
Kekurangan teknik terjemahan bebas ialah bahwa yang disampaikan oleh terjemahan bebas ke dalam teks Bahasa Sasaran bukan padanan makna teks
Bahasa Pemberi, tapi gambaran situasi, yang menghasilkan perolehan padanan situasi. Terjemahan bebas bisa diterima dalam penerjemahan teks
ragam sastra, namun sama sekali tidak bisa digunakan dalam penerjemahan teks-teks dokumen resmi, seperti dokumen undang-undang, dokumen
diplomatik, dokumen militer dan lainnya.
4 Parafrasa Paraphrase. Capaian padanan situasi bisa juga diperoleh dari
teknik terjemahan parafrasa, karena informasi yang ada dalam teks Bahasa Pemberi dipertahankan oleh teknik tersebut dalam bentuk gambaran situasi
Universitas Sumatera Utara
bukannya makna teks Bahasa Pemberi. Sebelum menggunakan teknik parafrasa, penerjemah perlu mengetahui situasi riil yang digambarkan dalam
teks Bahasa Pemberi, karena situasi riil seperti itu sering merupakan kunci yang secara absolut penting untuk mengungkap tabir makna kata-kata atau
ungkapan-ungkapan yang satu atau yang lain dari sudut pandang gambaran situasi. Jadi, informasi teks Bahasa Pemberi yang dipertahankan lewat teknik
parafrasa dalam teks Bahasa Sasaran bukan maknanya tapi gambaran situasi. Teknik parafrasa boleh digunakan hanya kalau upaya untuk menyampaikan
dengan tepat makna teks Bahasa Pemberi memberikan hasil yang secara leksikal, gramatikal dan stilistis kurang meyakinkan. Parafrasa sebagai teknik
terjemahan sering ditemukan dalam penerjemahan susastra dan digunakan hanya dalam situasi tertentu.
5 Penggantian Replacements. Yang terkena teknik penggantian dalam proses
terjemahan ialah satuan-satuan gramatikal kelas kata, bagian kalimat, satuan-satuan leksikal kata-kata tertentu dan konstruksi-konstruksi kalimat.
a. Penggantian kelas kata. Pada penggantian kelas kata, suatu kata dalam Bahasa Pemberi misalnya
ajektiva diterjemahkan ke dalam Bahasa Sasaran dengan menggantinya menjadi nomina. Dapat pula terjadi pengembangan leksikal dengan
mengganti kata dengan rangkaian kata. Teknik terjemahan kelas kata dapat pula dilakukan menurut prinsip asosiasi pengertian yang berdekatan,
Universitas Sumatera Utara
misalnya satu kata dalam Bahasa Pemberi diterjemahkan ke dalam Bahasa Sasaran dengan kata yang memiliki kedekatan pengertian.
b. Penggantian bagian-bagian kalimat. Dalam penggantian bagian-bagian kalimat, kata-kata dalam teks Bahasa
Pemberi tidak sama fungsi sintaksisnya setelah kata-kata itu disampaikan ke dalam teks Bahasa Sasaran, yakni berfungsi lain, ketimbang fungsi
semula dalam teks Bahasa Pemberi dan dengan demikian, terjadi perubahan struktur sintaktis kalimat. Pertama, perubahan struktur kalimat aktif dalam
teks Bahasa Pemberi menjadi kalimat pasif dalam teks Bahasa Sasaran, sehingga obyek dalam teks Bahasa Pemberi menjadi subyek dalam teks
Bahasa Sasaran. Kedua, subjek dalam kalimat teks Bahasa Pemberi dalam penerjemahannya ke bahasa Indonesia sebagai Bahasa Sasaran diganti
dengan keterangan-keterangan: waktu, tempat lokatif dan kausal. c. Penggantian leksikal
Dalam teknik ini terjadi penggantian kata-kata tertentu teks Bahasa Pemberi dengan kata-kata teks Bahasa Sasaran, yang tidak merupakan kata-kata
yang mempunyai kesamaan makna, tapi mengandung makna leksikal lain, yakni terjadi penggantian leksikal berupa 1 konkretisasi ialah penggantian
kata teks Bahasa Pemberi, yang maknanya mengandung pengertian yang lebih luas dengan kata teks Bahasa Sasaran yang maknanya mengandung
pengertian yang lebih sempit. 2 generalisasi ialah penggantian kata teks Bahasa Pemberi, yang maknanya mengandung pengertian lebih sempit,
Universitas Sumatera Utara
dengan kata teks Bahasa Sasaran yang maknanya mengandung pengertian lebih luas.
d. Terjemahan antonim. Yaitu penggantian kata dalam satu bahasa dengan antonimnya dalam
bahasa lain yang diikuti dengan transformasi kalimat berita ke kalimat ingkar. Terjemahan antonim sering diilustrasikan dengan contoh-contoh,
yang pada umumnya, tidak mengandung pertentangan antonim. Yang terjadi hanya penggantian konstruksi kalimat padanannya dalam bahasa
lain, yakni penggantian kalimat berita dengan kalimat ingkar dan sebaliknya.
e. Kompensasi.
Teknik kompensasi merupakan aturan proses terjemahan yang sangat menarik dan perlu digunakan dalam proses terjemahan, karena tepat
mengilustrasikan peraturan dasar terjemahan, yakni unsur-unsur tertentu dalam teks dan teks itu sendiri secara keseluruhan diterjemahkan secara
adekuat. Teknik kompensasi digunakan, terutama sekali untuk menyampaikan spesifikasi Bahasa Pemberi, seperti nuansa dialektal,
pertuturan individual yang spesifik yang tidak selalu mempunyai padanan dalam Bahasa Sasaran. Juga beberapa kata tertentu yang mungkin tidak bisa
disampaikan ke dalam Bahasa Sasaran menurut padanan formalpadanan kamus.
Universitas Sumatera Utara
31
6 Penambahan Additions. Penambahan leksikal dalam teks Bahasa Sasaran
biasanya diperlukan, kalau maksud isi teks Bahasa Pemberi diungkapkan dengan sarana lain, termasuk dengan sarana gramatikal. Perlu ditekankan di
sini, bahwa yang dimaksud dengan penambahan kata-kata tertentu ialah tanpa menambah maksud yang ada dalam teks Bahasa Pemberi, karena ke dalam
teks Bahasa Sasaran sudah tersampaikan informasi yang sama, seperti yang ada dalam teks Bahasa Pemberi, hanya saja diungkapkan dalam teks Bahasa
Sasaran dengan cara-cara lain. Teknik penambahan digunakan karena kekurangan kata-kata tertentu.
7 Penghilangan OmissionsDropping. Merupakan gejala yang langsung
bertentangan dengan teknik penambahan. Teknik penghilangan dalam proses terjemahan ialah membuang kata yang berlimpah, karena merupakan
kelimpahan semantis, yakni tanpa bantuan kata yang berlimpah itu, isi informasi dalam teks Bahasa Pemberi disampaikan ke dalam teks Bahasa
Sasaran secara utuh.
8 Kompressi Compression. Yaitu teknik penerjemahan dengan melakukan
pengurangan leksikal demi tercapainya pemadatan teks terjemahan. Tendensi ke perluasan teks terjemahan harus diimbangi dengan tendensi ke penggunaan
teknik kompresi, yakni ke pengungkapan singkat, ringkas dan padat.
9 Derivasi Sintaktis Syntactic Derivation. Ialah proses pembentukan
berbagai konstruksi sintaktis dengan caralewat transformasi konstruksi inti. Dalam proses terjemahan, derivasi sintaktis mengubah posisi bagian kalimat
Universitas Sumatera Utara
yang satu atau yang lain. Karena itu teknik derivasi sintaktis menyangkut operasi ”aktif-pasif”.
10 Terjemahan Deskriptif Descriptive Translation Amplifikasi Amplification. Ialah penyampaian makna teks Bahasa Pemberi ke dalam
teks Bahasa Sasaran dengan menggunakan kombinasi kata-kata bebas, yakni menjelaskan satuan-satuan leksikal yang mencerminkan realitas spesifik
negeri yang satu atau yang lain, karena satuan-satuan seperti itu tidak mempunyai ekuivalensi – ”satuan-satuan leksikal tanpa ekuivalensi”.
Terjemahan deskriptif sama dengan teknik terjemahan amplifikasi, yaitu teks yang diperluas dalam proses terjemahan dari satu bahasa ke bahasa lain.
Terjemahan deskriptif dan amplifikasi menyangkut aspek pragmatis terjemahan, sedangkan aspek pragmatis merupakan salah satu masalah pokok
dalam menyampaikan realitas spesifik, seperti gejala-gejala terkait dengan sejarah, budaya, ekonomi dan tradisi kehidupan yang mengandung unsur-
unsur spesifik nasional sesuatu bangsa.
11 EksplikasiImplikasi ExplicationImplication. Teknik eksplikasi dalam
proses terjemahan ialah merealisasi pengungkapan eksplisit dalam teks Bahasa Sasaran, karena dalam teks Bahasa Pemberi ada informasi yang
pengungkapannya tidak jelas, yaitu ada implikasi dalam informasi tersebut pengungkapan implisit. Sesuatu yang tidak jelas diungkapkan dalam satu
bahasa, wajib diungkapkan dengan gamblang eksplisit dalam bahasa lain.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2 Kendala Kaedah Bahasa Dalam Proses Menerjemahkan
Setiap bahasa mempunyai sistem gramatikal dan sistem leksikal sendiri yang spesifik. Setiap bahasa mempunyai struktur gramatikal dan komposisi leksikal sendiri
yang berbeda dengan struktur gramatikal dan komposisi leksikal bahasa lain. Setiap bahasa merupakan sistem yang sangat rumit dan mempunyai ciri-ciri khas sendiri.
Perbedaan-perbedaan antara sistem BSu dan sistem BSa dapat menimbulkan kesulitan bahasa dalam penerjemahan. Padahal, informasi dalam teks bahasa sumber
yang mengandung norma-norma bahasa, seperti: 1 sarana leksikal, 2 sarana gramatikal, 3 sarana stilistisnuansa ekspresif sebaiknya disampaikan sepenuhnya ke
dalam teks bahasa sasaran dalam proses terjemahan Moentaha, 2006:13.
1. Sarana Leksikal