Pemeriksaan Kapasitas Paru Volume, Kapasitas dan Pemeriksaan Kapasitas Paru

d. Kapasitas Residu Fungsional Functional Residual Capasity=FRC, adalah jumlah udara di dalam paru setelah ekspirasi normal. Besarnya sama dengan jumlah volume ekspirasi cadangan ditambah volume sisa FRC=ERV+RV.

2.6.3. Pemeriksaan Kapasitas Paru

Salah satu cara pemantauan kesehatan tenaga kerja yang terpapar faktor berbahaya di udara ambien di lingkungan kerja yang berwujud inhalasi partikel debu, bahan kimia atau benda asing adalah dengan pemeriksaan kapasitas paru. Pemeriksaan kapasitas paru sangat dianjurkan bagi tenaga kerja untuk mengetahui fungsi parunya yaitu dengan menggunakan alat yang disebut spirometer, karena pertimbangan biaya yang murah, ringan, praktis dibawa kemana-mana, akurasinya tinggi, cukup sensitif, tidak invasif dan cukup dapat memberi sejumlah informasi yang handal. Dengan pemeriksaan spirometri dapat diketahui semua volume paru kecuali kapasitas paru yang mengandung kompenen volume residu. Pemeriksaan sprirometri adalah suatu teknik pemeriksaan untuk mengetahui fungsifaal paru, dimana seseorang diminta untuk meniup sekuat-kuatnya melalui suatu alat yang dihubungkan dengan spirometer yang secara otomatis akan menghitung kekuatan, kecepatan dan volume udara yang dikeluarkan sehingga dapat diketahui kondisi faal paru dari orang tersebut. Gangguan fungsional ventilasi paru digolongkan menjadi 2 bagian, yaitu : a. Gangguan faal paru obstruktif, yaitu hambatan pada aliran udara yang ditandai dengan penurunan VC dan FVCFEV1. Universitas Sumatera Utara b. Gangguan faal paru restriktif, adalah hambatan pada pengembangan paru yang ditandai dengan penurunan pada VC, RV dan TLC. Dari berbagai pemeriksaan kapasitas fungsifaal paru, yang paling sering dilakukan adalah : 1. Vital Capasity VC adalah volume udara maksimal yang dapat dihembuskan setelah inspirasi maksimal. Berdasarkan cara pengukurannya : VC dimana subjek tidak perlu melakukan aktifitas pernapasan dengan kekuatan penuh dan Forced Vital Capasity dimana subjek melakukan aktifitas pernapasan dengan kekuatan maksimal. Berdasarkan fase yang diukur : VC inspirasi, hanya diukur pada fase inspirasi dan VC ekspirasi diukur hanya pada fase ekspirasi Guyton, 2001. Orang normal tidak ada perbedaan FVC dan VC, sedang pada kelainan obstruksi terdapat perbedaan. VC merupakan refleksi dari kemampuan elastisitas jaringan paru atau kekakuan pergerakan dinding toraks. VC menurun merupakan kekakuan jaringan paru atau dinding toraks, sehingga pemenuhan compliance paru atau dinding toraks mempunyai korelasi dengan penurunan Vital Capacity. 2. Forced Expiratory Volume in 1 Second FEV1 yaitu besarnya volume udara yang dikeluarkan satu detik pertama. Lama ekspirasi pertama orang normal antara 4-5 detik, detik pertama orang normal dapat mengeluarkan udara pernapasan sebesar 80 dari nilai VC. Obstruksi pernapasan didasarkan atas besarnya volume detik pertama tersebut. Bila FEV1FVC kurang dari 75 berarti abnormal. Pada penyakit obstruktif seperti bronkitis kronik atau emfisema terjadi pengurangan Universitas Sumatera Utara FEV1 yang lebih besar dibandingkan kapasitas vital kapasitas vital mungkin normal sehingga rasio FEV1FEV kurang dari 75. 3. Peak Expiratory Flow Rate PEFR adalah aliran udara maksimal yang dihasilkan sejumlah volume tertentu. PEFR menggambarkan keadaan saluran pernapasan, PEFR berarti ada hambatan aliran udara pada saluran pernapasan.

2.7. Faktor-Faktor Resiko Pekerja terhadap Gangguan Kapasitas Paru

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kapasitas Vital Paru Pekerja Pengolahan Batu Split PT. Indonesia Putra Pratama Cilegon Tahun 2015

2 10 133

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kapasitas Vital Paru pada Pekerja Bengkel Las di Kelurahan Cirendeu, Tahun 2014

3 31 145

PENGARUH PAPARAN DEBU KAPAS TERHADAP KAPASITAS FUNGSI PARU PEKERJA DI PERUSAHAAN KASUR KAPUK X SUKOHARJO

5 18 73

HUBUNGAN ANTARA LAMA PAPARAN KADAR DEBU KACA DENGAN PENURUNAN KAPASITAS FUNGSI PARU PADA Hubungan Antara Lama Paparan Kadar Debu Kaca Dengan Penurunan Kapasitas Fungsi Paru Pada Tenaga Kerja Di Bagian Produksi Kaca CV. Family Glass Sukoharjo.

0 1 16

HUBUNGAN ANTARA LAMA PAPARAN KADAR DEBU KACA DENGAN PENURUNAN KAPASITAS FUNGSI PARU PADA TENAGA KERJA DI Hubungan Antara Lama Paparan Kadar Debu Kaca Dengan Penurunan Kapasitas Fungsi Paru Pada Tenaga Kerja Di Bagian Produksi Kaca CV. Family Glass Sukoha

0 1 14

HUBUNGAN LAMA PAPARANPEMAKAIAN Hubungan lama paparan debu kayu dan kedisiplinan pemakaian masker dengan penurunan kapasitas fungsi paru pada pekerja mebel ud. mita furniture kalinyamatan jepara.

0 3 16

HUBUNGAN LAMA PAPARAN DEBU KAYU DAN KEDISIPLINAN PEMAKAIAN MASKER DENGAN PENURUNAN KAPASITAS Hubungan lama paparan debu kayu dan kedisiplinan pemakaian masker dengan penurunan kapasitas fungsi paru pada pekerja mebel ud. mita furniture kalinyamatan jepara

0 2 11

Hubungan Paparan Debu dengan Kapasitas Vital Paru pada Pekerja Bagian Produksi Kawasan Industri Peleburan Logam Pesarean Tegal.

0 0 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pencemaran Udara 2.1.1. Pengertian Pencemaran Udara - Hubungan Paparan Partikel Debu dan Karakteristik Individu dengan Kapasitas Paru pada Pekerja di Gudang Pelabuhan Belawan

0 0 35

BAB 1 PENDAHULUAN - Hubungan Paparan Partikel Debu dan Karakteristik Individu dengan Kapasitas Paru pada Pekerja di Gudang Pelabuhan Belawan

0 0 7