BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Kapasitas Fungsi Paru
Salah satu cara menentukan gangguan kapasitas paru adalah dengan mengetahui perbandingan nilai FEV1FVC dengan menggunakan alat spirometer.
Berdasarkan hasil pemeriksaan spirometri pada 60 orang responden maka didapatlah nilai FEV1FVC 16 responden 26,7 dengan nilai 75 yang artinya mengalami
gangguan kapasitas paru dan 44 responden 73,3 dengan nilai FEV1FVC 75 atau tidak mengalami gangguan.
Penyakit-penyakit yang sering melibatkan paru sebagian besar tidak menunjukkan gejala dan bahkan tidak menyadari bahwa mereka menderita penyakit
gangguan kapasitas paru, tiba-tiba nilai kapasitas fungsi parunya menurun yang menyebabkan kekakuan paru sehingga membatasi pengembangan paru-paru dan
menimbulkan gejala sisa berupa jaringan parut dan fibrosis Djojodibroto, 2012. Seseorang yang mengalami gangguan ini akan sulit untuk menghirup oksigen dan
diperparah jika udara yang dihirup mengandung partikel debu yang akan masuk ke dalam paru-paru.
Penelitian ini sesuai dengan yang dilakukan Sucipto 2007 pada 84 orang pekerja pada pengolahan batu kapur di Kabupaten Tegal. Berdasarkan hasil uji
statistik Chi Square diperoleh hubungan antara paparan partikel debu dengan penurunan kapasitas fungsi paru pada pekerja pengolahan batu kapur tersebut.
78
Universitas Sumatera Utara
5.2. Kadar Partikel Debu dengan Kapasitas Paru
Partikel debu akan melayang-layang di udara dalam waktu yang cukup lama kemudian masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan. Selain dapat
membahayakan kesehatan komposisi debu di udara menjadi partikel yang sangat rumit karena merupakan campuran dari berbagai bahan dengan ukuran dan bentuk
yang relatif berbeda-beda Pujiastuti, 2002. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 12 responden 75 yang berada
pada titik tempat bekerja yang kadar partikel debu NAB mengalami gangguan kapasitas paru dan 4 responden 25 yang berada pada titik tempat bekerja yang
terpapar kadar partikel debu NAB mengalami gangguan kapasitas paru. Berdasarkan hasil uji Chi-Square diperoleh p=0,008 yang berarti ada
hubungan antara kadar partikel debu dengan gangguan kapasitas paru. Penelitian ini sejalan dengan Budiono 2007 pada 90 orang pekerja pengecatan mobil di Semarang
dimana ada hubungan antara paparan debu dengan penurunan kapasitas paru juga penelitian Khumaidah 2009 hasil uji pengaruh kadar debu dengan gangguan
kapasitas paru terbukti bermakna yang berarti ada hubungan antara kadar debu NAB dengan gangguan kapasitas paru pada pekerja mebel di Jepara.
Kadar paparan debu NAB harus diwaspadai karena debu tersebut berada di udara yang selalu terhirup oleh pekerja saat bernafas ketika berada di lingkungan
kerja. Paparan dari partikel debu ini dapat menimbulkan gangguan saluran
Universitas Sumatera Utara
pernapasan sehingga terbentuk fibrosis paru dan akhirnya menimbulkan gangguan kapasitas fungsi paru Mukono, 2008.
5.3. Masa Kerja dengan Kapasitas Paru