Nilai Ambang Batas Debu

Debu bersifat menggumpal karena disebabkan permukaan debu yang selalu basah debu menempel antara satu dengan yang lainnya dan membentuk gumpalan. 4. Listrik statis elektrostatis Sifat ini menyebabkan debu dapat menarik partikel lainnya yang berlawanan. Adanya partikel yang tertarik ke dalam debu akan mempercepat terjadinya proses penggumpalan. 5. Opsis Opsis adalah debu atau partikel basah atau lembab lainnya yang dapat memancarkan sinar yang terlebih dapat terlihat pada kamar gelap.

2.2.2. Nilai Ambang Batas Debu

Aktivitas bongkar muat barang-barang di gudang Pelabuhan Belawan khususnya gudang 201, 202 dan 203 dengan menggunakan bahan-bahan ataupun peralatan-peralatan kerja yang dapat mengakibatkan dampak negatif terutama bagi para pekerja seperti gangguan kesehatan, gangguan keselamatan, gangguan kenyamanan kerja serta gangguan pencemaran lingkungan tempat bekerja yang disebabkan paparan partikel debu dari aktivitas bongkar muat tersebut. Untuk mencegah terjadinya pencemaran udara perlu digunakan nilai ambang batas yang ditetapkan sebagai batas maksimum baku mutu udara Mukono, 2002. Nilai Ambang Batas debu adalah standar konsentrasi kadar debu yang dianjurkan di lingkungan tempat kerja agar para pekerja masih dapat menerimanya tanpa mengakibatkan penyakit gangguan kesehatan untuk waktu tidak melebihi 8 jam Universitas Sumatera Utara sehari atau 40 jam seminggu. Kegunaan Nilai Ambang Batas ini adalah sebagai rekomendasi pada praktek hygiene perusahaan dalam melakukan penatalaksanaan lingkungan tempat kerja sebagai upaya untuk mencegah dampaknya terhadap kesehatan. Untuk kadar partikel debu telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per 13MENX2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Kimia di Udara Lingkungan Kerja untuk Konsentrasi Kadar Debu Total di Udara Lingkungan Kerja adalah sebesar 3 mgm 3 . 2.2.3. Mekanisme Pengendapan Partikel Debu di Paru-Paru Mekanisme pengendapan partikel debu ke dalam sistem pernapasan manusia di dalam paru-paru berlangsung dengan berbagai cara antara lain Pope, 2003 : 1. Inertiakelembaman Dengan adanya inertia kelembaman debu yang bergerak, maka partikel debu yang bermassa bergerak tetap lurus dan tidak mengikuti aliran udara yang membelok ketika memasuki saluran pernapasan manusia yang tidak lurus. Akibatnya partikel debu yang besar tidak akan membelok mengikuti aliran udara, namun mengendap pada tempat yang berlekuk pada saluran pernapasan sedangkan partikel debu yang kecil masuk ke dalam saluran pernapasan yang lebih dalam. 2. Sedimentasi Mekanisme sedimentasi terhadap debu terjadi khususnya dalam bronchi dan bronchioli. Karena kecepatan arus udara sangat kurang kurang dari satu cmdetik Universitas Sumatera Utara pada bronchi dan bronchioli, maka partikel mengendap karena mengalami gaya berat pada saluran pernapasan. 3. Gerakan Brown Mekanisme gerakan Brown terjadi pada partikel yang berukuran kurang dari 0,1 mikron. Partikel tersebut akan mengendap pada permukaan alveoli melalui gerakan udara. 4. Electrostatic Hal ini terjadi karena saluran pernapasan dilapisi mukus, yang merupakan konduktor yamg baik secara elektrostatic. 5. Interseption Terjadi pengendapan yang berhubungan dengan sifat fisik partikel berupa ukuran partikel untuk mengetahui dimana terjadi pengendapan. Partikel 5 mikron akan tertahan di hidung dan jalan napas bagian atas, 3-5 mikron tertahan di bagian tengah jalan napas dan 1-3 mikron akan menempel di alveoli Pujiastuti, 2002. Tidak semua partikel mengalami pengendapan di dalam paru-paru manusia. Pengendapan debu di paru juga dipengaruhi karakteristik debu dan orang tersebut. 2.3. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernafasan 2.3.1.

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kapasitas Vital Paru Pekerja Pengolahan Batu Split PT. Indonesia Putra Pratama Cilegon Tahun 2015

2 10 133

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kapasitas Vital Paru pada Pekerja Bengkel Las di Kelurahan Cirendeu, Tahun 2014

3 31 145

PENGARUH PAPARAN DEBU KAPAS TERHADAP KAPASITAS FUNGSI PARU PEKERJA DI PERUSAHAAN KASUR KAPUK X SUKOHARJO

5 18 73

HUBUNGAN ANTARA LAMA PAPARAN KADAR DEBU KACA DENGAN PENURUNAN KAPASITAS FUNGSI PARU PADA Hubungan Antara Lama Paparan Kadar Debu Kaca Dengan Penurunan Kapasitas Fungsi Paru Pada Tenaga Kerja Di Bagian Produksi Kaca CV. Family Glass Sukoharjo.

0 1 16

HUBUNGAN ANTARA LAMA PAPARAN KADAR DEBU KACA DENGAN PENURUNAN KAPASITAS FUNGSI PARU PADA TENAGA KERJA DI Hubungan Antara Lama Paparan Kadar Debu Kaca Dengan Penurunan Kapasitas Fungsi Paru Pada Tenaga Kerja Di Bagian Produksi Kaca CV. Family Glass Sukoha

0 1 14

HUBUNGAN LAMA PAPARANPEMAKAIAN Hubungan lama paparan debu kayu dan kedisiplinan pemakaian masker dengan penurunan kapasitas fungsi paru pada pekerja mebel ud. mita furniture kalinyamatan jepara.

0 3 16

HUBUNGAN LAMA PAPARAN DEBU KAYU DAN KEDISIPLINAN PEMAKAIAN MASKER DENGAN PENURUNAN KAPASITAS Hubungan lama paparan debu kayu dan kedisiplinan pemakaian masker dengan penurunan kapasitas fungsi paru pada pekerja mebel ud. mita furniture kalinyamatan jepara

0 2 11

Hubungan Paparan Debu dengan Kapasitas Vital Paru pada Pekerja Bagian Produksi Kawasan Industri Peleburan Logam Pesarean Tegal.

0 0 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pencemaran Udara 2.1.1. Pengertian Pencemaran Udara - Hubungan Paparan Partikel Debu dan Karakteristik Individu dengan Kapasitas Paru pada Pekerja di Gudang Pelabuhan Belawan

0 0 35

BAB 1 PENDAHULUAN - Hubungan Paparan Partikel Debu dan Karakteristik Individu dengan Kapasitas Paru pada Pekerja di Gudang Pelabuhan Belawan

0 0 7