paru pada pekerja di gudang Pelabuhan Belawan tahun 2013. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Soedjono 2002 yang menyatakan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara umur seseorang dengan kapasitas paru pada pedagang tetap di terminal bus Induk Jawa Tengah.
5.5. Indeks Massa Tubuh dengan Kapasitas Paru
Indeks standar yang dipakai sekarang untuk menilai perkembangan gizi adalah berat badan dibandingkan dengan tinggi badan. Keadaan kesehatan tersebut
pada suatu waktu tertentu dapat ditentukan dengan indeks massa tubuh. Status gizi seseorang dapat mempengaruhi kapasitas vital parunya. Orang
kurus panjang biasanya kapasitas parunya lebih baik daripada orang gemuk pendek. Pada dasarnya 80 otot perut terletak didekat diafragma sehingga jika terjadi
penumpukan lemak pada perut, maka diafragma akan tertekan dan menyebabkan perkembangan paru-paru menjadi kurang maksimal.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari 13 responden yang indeks massa tubuhnya kurang baik, 3 responden mengalami gangguan kapasitas paru
18,75 dan dari 47 responden yang indeks massa tubuhnya baik, 13 responden 81,25 mengalami gangguan kapasitas paru.
Berdasarkan hasil uji dengan menggunakan fisher’s exact test diperoleh hasil nilai p=1,000 yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara indeks massa
tubuh dengan kapasitas paru pada pekerja di gudang 201, 202 dan 203 Pelabuhan Belawan tahun 2013.
Universitas Sumatera Utara
Hasil ini sejalan dengan penelitian Khumaidah 2009 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara tinggi badan dan berat badan pekerja
dengan gangguan fungsi paru. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Agustanti 2003 yang menyatakan bahwa ada hubungan antara status gizi dengan gangguan
fungsi paru pada pekerja industri peleburan timah hitam di Semarang.
5.6. Kebiasaan Merokok dengan Kapasitas Paru
Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran napas dan jaringan paru-paru. Akibat perubahan tersebut pada perokok akan timbul
perubahan pada kapasitas fungsi paru-parunya dengan berbagai gejala klinis. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa dari 45 orang responden yang
mempunyai kebiasaan merokok, sebanyak 15 orang responden 93,75 mengalami gangguan kapasitas paru, sedangkan dari 15 orang responden yang tidak merokok, 1
orang responden 6,25 mengalami gangguan kapasitas paru. Berdasarkan hasil uji Fisher’s Exact diperoleh hasil p=0.050 yang berarti
tidak ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan gangguan kapasitas paru pada pekerja di gudang Pelabuhan Belawan tahun 2013.
Penelitian ini tidak sejalan dengan Nugraheni 2004 pada 45 orang pekerja penggilingan padi di Kabupaten Demak yang menyatakan ada hubungan antara
kebiasaan merokok dengan penurunan kapasitas paru dan juga Suryani 2005 pada pekerja industri pengolahan kayu yang menyatakan bahwa kebiasaan merokok
merupakan faktor pendukung terjadinya penurunan kapasitas paru.
Universitas Sumatera Utara
Lingkungan tempat bekerja yang terpapar partikel debu disertai dengan kebiasaan merokok dapat memberikan dampak terhadap timbulnya gangguan
kesehatan pada paru. Kebiasaan merokok pada pekerja di gudang 201, 202 dan 203 Pelabuhan Belawan perlu mendapat perhatian khusus karena paparan partikel debu di
lingkungan kerja dan kebiasaan merokok dapat memberikan efek kumulatif terhadap nilai kapasitas paru dibawah normal Faridawati, 2003.
5.7. Penggunaan masker dengan Kapasitas Paru