FEV1 yang lebih besar dibandingkan kapasitas vital kapasitas vital mungkin normal sehingga rasio FEV1FEV kurang dari 75.
3. Peak Expiratory Flow Rate PEFR adalah aliran udara maksimal yang dihasilkan sejumlah volume tertentu. PEFR menggambarkan keadaan saluran pernapasan,
PEFR berarti ada hambatan aliran udara pada saluran pernapasan.
2.7. Faktor-Faktor Resiko Pekerja terhadap Gangguan Kapasitas Paru
Banyak faktor yang mempengaruhi penyakit saluran pernafasan dan gangguan kapasitas paru pekerja di gudang Pelabuhan Belawan. Faktor yang mempengaruhi gangguan
kapasitas paru adalah kadar debu, masa kerja, umur, indeks massa tubuh, kebiasaan merokok, penggunaan masker, ventilasi, suhu dan kelembaban.
1. Kadar partikel debu di dalam ruangan
Peningkatan kadar partikel debu di dalam gudang Pelabuhan Belawan selain berasal dari sumber polutan dalam ruangan juga berasal dari luar ruangan. Faktor penyebab
terjadinya pencemaran udara atau tingginya partikel debu di udara ambien disebabkan oleh debu dari aktivitas bongkar muat barang dari proses penerimaan dari kapal, penyimpanan dan
penyusunan serta penyerahan barangpemindahan dari gudang ke truk pengangkut demikian juga sebaliknya dari truk pengangkut, kemudian disimpan, disusun lalu dimuat ke kapal
pengangkut. Barang yang masukdatang dari kapal maupun barang yang akan dikirim dibongkar, diangkut dan disusun menurut jenisnya. Proses pembongkaran, pemuatan dan
penyusunan barang dari dan ke dalam gudang inilah pekerja terpapar oleh partikel debu yang beterbangan di dalam gudang.
Universitas Sumatera Utara
2. Masa kerja
Semakin lama seseorang bekerja di tempat kerja yang berdebu, maka kemungkinan partikel debu untuk menumpuk dan menimbun di dalam paru-paru akan semakin besar
sebagai akibat dari menghirup debu tersebut sehari-hari ketika sedang bekerja. Debu yang menumpuk dan menimbun di dalam paru-paru tersebut dapat memicu gangguan kesehatan
pada paru-paru tersebut. Masa bekerja selama bertahun-tahun dapat memperparah kondisi kesehatan saluran pernapasan pekerja tersebut karena frekuensi yang sering terpapar oleh
partikel debu setiap harinya Suma ʼmur, 1998. Pekerja yang berada dilingkungan kerja
dengan kadar partikel debu tinggi dalam waktu lama memiliki risiko terkena penyakit paru obstruktif.
Masa kerja diperlukan untuk menilai lamanya pekerja terpapar oleh partikel debu. Semakin lama terpapar partikel debu maka semakin besar risiko terjadinya
gangguan kapasitas fungsi paru. Pekerja di lingkungan kerja dengan kadar partikel debu yang tinggi dalam waktu lama memiliki risiko tinggi terkena penyakit paru.
Masa kerja mempunyai kecenderungan sebagai faktor risiko terjadinya penyakit paru obstruktif pada pekerja di lingkungan berdebu lebih dari 5 tahun Khumaidah, 2009.
3. Umur
Faal paru pada tenaga kerja sangat dipengaruhi oleh usia tenaga kerja itu sendiri. Seiring pertambahan umur, kapasitas paru-paru akan menurun. Kapasitas
paru-paru orang berumur 30 tahun rata-rata adalah 3.000 ml sampai 3.500 ml, dan pada mereka yang berusia 50 tahun lebih kecil dari 3.000 ml. Meningkatnya umur
seseorang maka kerentanan terhadap penyakit akan bertambah, khususnya gangguan
Universitas Sumatera Utara
saluran pernafasan. Pernyataan tersebut sesuai dengan penelitian Lestari 2001 yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara usia dengan kelainan faal paru
tenaga kerja. Semakin tua seseorang, semakin banyak alveoli yang rusak selain itu daya tahan tubuh yang rendah dan paparan partikel debu setiap hari akan
mempengaruhi untuk menyebabkan gangguan kapasitas fungsi paru pada orang dengan umur yang sudah tua Nelson dkk, 2005.
4. Indeks massa tubuh
Status gizi buruk akan menyebabkan daya tahan seseorang menurun, sehingga mudah terinfeksi oleh mikroba. Infeksi saluran pernapasan, apabila terjadi berulang
dan disertai batuk berdahak, akan menyebabkan bronkhitis kronis. Salah satu penilaian status gizi seseorang yaitu dengan menghitung Indeks Massa Tubuh IMT.
Memantau berat badan seseorang dapat digunakan indeks massa tubuh, akan diketahui apakah berat badan seseorang dinyatakan normal, kurus atau gemuk
Depkes, 2000. Penggunaan IMT hanya untuk dewasa berumur 18 tahun keatas dan tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, ibu hamil dan olahragawan.
Batas ambang IMT ditentukan merujuk ketentuan FAO atau WHO. Kesehatan berdasar kecukupan gizi dapat ditentukan dengan IMT atau Body Mass IndexBMI.
Menurut WHO batas ambang IMT ditetapkan seperti tabel dibawah ini :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Ambang Batas IMT Category
BMI Risk of Morbidities
Underweight 18.5
Normal 18.5 – 24.9
Average Overwieght
25.0 – 29.9 Increased
Obese I 30.0 – 34.9
Moderate Obese II
35.0 – 39.9 Severe
Obese III ≥ 40
Very Severe Sumber, World Health Organization, 2003
Untuk mengetahui nilai IMT dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Berat Badan
Indeks massa tubuh = Tinggi Badan
2
5. Kebiasaan merokok
Tembakau sebagai bahan baku rokok mengandung bahan toksik dan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan karena lebih dari 2000 zat kimia dan diantaranya
sebanyak 1200 sebagai bahan beracun bagi kesehatan manusia. Dampak merokok terhadap kesehatan paru-paru dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi
saluran nafas dan jaringan paru-paru. Pada jaringan paru-paru terjadi peningkatan jumlah sel radang dan kerusakan alveoli. Akibat perubahan anatomi saluran nafas
pada perokok akan timbul perubahan pada fungsi paru-paru dengan segala macam gejala klinisnya.
Didapatkan hubungan erat antara kebiasaan merokok terutama sigaret dengan timbulnya kanker paru-paru. Bahkan ada yang secara tegas menyatakan bahwa rokok
sebagai penyebab utama terjadinya kanker paru-paru.
Universitas Sumatera Utara
Para pekerja yang mempunyai kebiasaan merokok dapat mempunyai risiko atau pemicu timbulnya keluhan subyektif saluran pernafasan dan gangguan kapasitas
paru pada tenaga kerja Giano, 1995. Sementara Lubis 1991 menyatakan para pekerja yang perokok merupakan salah satu faktor risiko penyebab penyakit saluran
pernafasan. Raharjoe dkk 1994 mengungkapkan bahwa kebiasaan merokok dapat menimbulkan gangguan kapasitas paru karena menyebabkan iritasi dan sekresi mucus
yang berlebihan pada bronkus. Keadaan seperti ini dapat mengurangi efektifitas mukosilier dan membawa partikel-partikel debu sehingga merupakan media yang
baik tumbuhnya bakteri. Yunus 2006 mengatakan asap rokok meningkatkan risiko timbulnya penyakit bronchitis dan kanker paru, untuk itu para pekerja hendaknya
berhenti merokok bila bekerja pada tempat yang mempunyai risiko terjadi penyakit tersebut. Beberapa penelitian tentang bahaya merokok terhadap kesehatan dan
gangguan fungsi paru dikemukakan oleh Mangesha dan Bakele 1998 terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dan gangguan saluran pernafasan.
6. Penggunaan masker
Masker digunakan untuk melindungi para pekerja di gudang Pelabuhan Belawan dari partikel debu atau partikel-partikel yang lebih kasar yang masuk ke
dalam saluran pernafasan. Tanpa menggunakan alat pelindung seperti masker paparan partikel debu akan menimbulkan bahaya kesehatan bagi para pekerja. Penggunaan
masker oleh pekerja yang udaranya banyak mengandung partikel debu, merupakan upaya untuk mengurangi masuknya partikel debu ke dalam saluran pernafasan.
Universitas Sumatera Utara
Dengan menggunakan masker yang memiliki penyaring yang memenuhi syarat kesehatan jenis M95, diharapkan para pekerja akan terlindungi dari kemungkinan
terjadinya gangguan saluran pernafasan akibat terpapar udara yang kadar debunya sangat tinggi di lingkungan tempat kerjanya.
Masker terbuat dari kain dengan ukuran pori-pori tertentu. Walaupun demikian, tidak ada jaminan bahwa dengan mengenakan masker, seorang pekerja
akan terhindar dari terjadinya gangguan pernapasan. Banyak faktor yang menentukan tingkat perlindungan dari penggunaan masker, antara lain adalah jenis dan
karakteristik debu, serta kemampuan menyaring dari masker yang digunakan. Kebiasaan menggunakan masker merupakan cara ”aman” bagi pekerja yang berada di
lingkungan kerja berdebu untuk melindungi kesehatan.
7. Ventilasi
Ventilasi berfungsi untuk pertukaran udara di dalam ruangan gudang untuk memelihara dan menciptakan udara di dalam suatu ruangan yang sesuai dengan
kebutuhan atau kenyamanan pekerja. Disamping itu juga digunakan untuk menurunkan kadar suatu kontaminan di udara seperti partikel debu di tempat kerja
sampai batas yang tidak membahayakan bagi kesehatan dan keselamatan pekerja. Jika tidak ada sistem pertukaran udara, kontaminan yang ada akan bergerak perlahan
di dalam ruangan tempat kerja, sehingga kontaminan akan tetap berada di sekitar sumber dan di daerah sekitar pernapasan pekerja dengan konsentrasi yang tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Petukaran udara dapat dilakukan baik secara alami maupun dengan bantuan peralatan mekanik. Pertukaran udara secara alami karena adanya kondisi ruangan
panas. Dengan kondisi panas, udara akan memuai dan naik lalu keluar melalui vena di atap. Keluarnya udara panas akan diganti dengan udara segar yang masuk melalui
lubang-lubang bangunan, seperti melalui pintu yang terbuka, jendela atau kisi-kisi bangunan. Pertukaran udara secara mekanik dilakukan dengan cara memasang sistem
pengeluaran udara exhaust system dan pemasukan udara supply system dengan menggunakan fan. Exhaust system dipasang untuk mengeluarkan udara beserta
kontaminan yang ada sekitar tempat lingkungan kerja. Supply system dipasang untuk memasukkan udara ke dalam ruangan gudang yang ada di Pelabuhan Belawan,
umumnya digunakan untuk menurunkan tingkat konsentrasi kontaminan yang berasal dari partikel debu didalam lingkungan kerja akibat adanya proses bonbgkar muat
barang-barang Notoatmodjo, 2007.
8. Suhu
Salah satu faktor yang menentukan kualitas udara di dalam ruangan gudang Pelabuhan Belawan adalah Suhu. Suhu atau keadaan temperatur di gudang Pelabuhan
Belawan dikatakan nyaman apabila suhu udara berkisar antara 18 C – 30
C. Suhu udara yang tinggi akan mempercepat reaksi penyebaran suatu bahan pencemar seperti partikel debu
di dalam gudang, sedangkan suhu udara yang rendah akan menyebabkan keadaan menjadi lembab Mukono, 2008 .
Universitas Sumatera Utara
9. Kelembaban
Kelembaban udara adalah persentase jumlah kandungan uap air di udara di gudang Pelabuhan Belawan. Kelembaban udara berpengaruh terhadap konsentrasi kadar pencemar di
udara Suryanto, 2003. Kelembaban berkaitan erat dengan ventilasi, karena apabila ventilasi tidak cukup di gudang Pelabuhan Belawan akan menyebabkan suhu udara dalam ruangan
akan rendah sehingga kelembaban udara di dalam ruangan akan tinggi karena terjadinya proses penguapan.
2.8. Landasan Teori
Mengacu dari tinjauan teori mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya gangguan fungsi kapasitas paru, dalam membuat kerangka konsep, peneliti
menggunakan landasan teori dari Achmadi 2011 tentang paradigma kesehatan lingkungan dengan teori simpul kejadian penyakit. Dalam teori simpul kejadian
penyakit tersebut, proses kejadian penyakit dapat diuraikan ke dalam 4 simpul yakni sebagai berikut :
Simpul 1 disebut sebagai sumber penyakit, yaitu risk agent berupa adanya bahan pencemar di lingkungan tempat kerja yang berasal dari partikel debu akibat
aktivitas dari proses bongkar muat barang di gudang Pelabuhan Belawan yang dapat menimbulkan gangguan penyakit melalui kontak langsung atau
melalui media perantara.
Universitas Sumatera Utara
Simpul 2 disebut sebagai komponen lingkungan yang merupakan media transmisi penyakit, yaitu udara lingkungan tempat kerja di gudang Pelabuhan
Belawan yang telah tercemar dengan partikel debu risk agent. Simpul 3 disebut sebagai perilaku pemajanan Behavioral Exposure, yaitu jumlah
kontak antara manusia dengan komponen lingkungan yang mengandung potensi bahaya penyakit agen penyakit . Dalam penelitian ini adalah
kadar partikel debu di gudang Pelabuhan Belawan yang terhirup oleh para pekerja selama bertahun-tahun bekerja di tempat kerja yang berdebu serta
ketika sedang bekerja tidak menggunakan masker dan prilaku merokok ketika sedang bekerja.
Simpul 4 disebut sebagai kejadian suatu penyakit, yaitu hubungan interaktif antara para pekerja di gudang Pelabuhan Belawan dengan lingkungan tempat
bekerja yang memiliki potensi yang membahayakan gangguan kesehatan, yang akan dinilai kapasitas parunya apakah masih normal atau telah
mengalami gangguan.
Proses kejadian penyakit yang diuraikan ke dalam 4 simpul tersebut di atas yakni simpul 1 sebagai sumber penyakit, simpul 2 sebagai media transmisi penyakit, simpul 3
sebagai prilaku pemajanan dan simpul 4 sebagai kejadian penyakit dapat digambarkan kedalam suatu model atau teori simpul penyakit sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2 Paradigma Kesehatan Lingkungan Teori Simpul Penyakit
Manajemen Penyakit
Sumber Penyakit
Media Transmisi Penyakit
Prilaku Pemajanan
Dampak
Partikel debu akibat aktivitas
bongkar muat barang di gudang
Pelabuhan Belawan
Pencemaran udara oleh debu
yang terhirup oleh para pekerja
di gudang Pelabuhan
Belawan Saluran
pernafasan yang terpapar
oleh partikel debu
Gangguan kapasitas paru
Faktor Lingkungan
Universitas Sumatera Utara
2.9. Kerangka Konsep