Belajar Tuntas Kubus dan Balok

11 adalah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus. 2. Menurut Hintzman, belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme manusia atau hewan disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. 3. Menurut Reber, belajar merupakan proses memperoleh pengetahuan dan perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat. 4. Menurut Biggs, belajar didefinisikan dalam tiga macam rumusan, yaitu belajar sebagai kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya, belajar sebagai proses “validasi” atau pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas materi-materi yang telah ia pelajari, dan belajar sebagai proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa. Secara umum, belajar dapat dipahami sebagai suatu proses memperoleh pengetahuan dan perubahan tingkah laku individu berdasarkan pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

B. Belajar Tuntas

Belajar tuntas adalah sebuah filsafat tentang kegiatan belajar siswa dan seperangkat teknik implementasi pembelajaran Burns, 1987. Belajar tuntas memandang masing-masing siswa sebagai individu yang unik, yang berbeda PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12 antara satu dengan yang lainnya, yang mempunyai hak yang sama untuk mencapai keberhasilan belajar optimal. “Belajar Tuntas”, Jurnal Pendidikan Luar Biasa, diakses pada 5 Desember 2016 Belajar tuntas merupakan sistem belajar yang mengharapkan sebagian besar peserta didik dapat menguasai tujuan pembelajaran secara tuntas dengan memberikan kualitas pembelajaran yang sesuai dan memberi perhatian khusus bagi siswa-siswa yang lambat agar menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar. “Mastery Learning: Teori dan Praktis”, 2013 Suwarto 2013 dalam bukunya Pengembangan Tes Diagnostik juga mengemukakan hal-hal yang berkaitan dengan belajar tuntas, antara lain: 1. Ischak Warji menyatakan bahwa belajar tuntas adalah suatu sistem belajar yang mengharapkan sebagian besar siswa dapat menguasai tujuan instruksional umum dari suatu unit pembelajaran. Tujuan umum dilaksanakannya prinsip belajar tuntas adalah agar tujuan intruksional dapat dicapai secara optimal sehingga proses belajar mengajar menjadi lebih efektif dan efisien. 2. Departemen Pendidikan Nasional menyatakan bahwa ada empat prinsip yang utama dalam pembelajaran tuntas, yaitu: 1 kompetensi yang harus dicapai siswa dirumuskan dengan urutan yang hierarkis; 2 evaluasi yang digunakan adalah penilaian acuan patokan, dan setiap komponen harus diberikan feedback; 3 pemberian pembelajaran remedial serta bimbingan dimana diperlukan; 4 pemberian program pengayaan bagi siswa yang mencapai ketuntasan belajar lebih awal. 13

C. Kesulitan Belajar

1. Pengertian kesulitan belajar

The Board of the Association for Children and Adulth with Learning Disabilities ACALD seperti yang dikutip oleh Abdurrahman 2009 mengemukakan definisi sebagai berikut: a. Kesulitan belajar khusus adalah suatu kondisi kronis yang diduga bersumber neurologis yang secara selektif mengganggu perkembangan, integrasi, danatau kemampuan verbal danatau nonverbal. b. Kesulitan belajar khusus tampil sebagai suatu kondisi ketidakmampuan yang nyata pada orang-orang yang memiliki intelegensi rata-rata hingga superior, yang memiliki sistem sensori yang cukup, dan kesempatan untuk belajar yang cukup pula. Berbagai kondisi tersebut bervariasi dalam perwujudan dan derajatnya. c. Kondisi tersebut dapat berpengaruh terhadap harga diri, pendidikan, pekerjaan, sosialisasi, danatau aktivitas kehidupan sehari-hari sepanjang kehidupan. Menurut Mulyadi 2010, pada umumnya “kesulitan” merupakan suatu kondisi tertentu yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai tujuan, sehingga memerlukan usaha lebih giat lagi untuk dapat mengatasi. Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam suatu proses belajar yang ditandai adanya hambatan- hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar . Kesulitan belajar adalah 14 kegagalan dalam mencapai tujuan belajar, ditandai dengan prestasi belajar yang rendah nilai yang diperoleh kurang dari tujuh puluh lima, yang terjadi pada proses belajar yaitu kesulitan materi pelajaran. Proses itu tidak dapat diamati, namun dapat diketahui atau disimpulkan melalui jawaban siswa atau soal-soal tes. Suwarto 2013 mengemukakan pendapat bahwa kesulitan karena mata pelajaran mungkin berkenaan dengan keabstrakan konsep. Suatu mata pelajaran yang bersifat hierarki, yaitu dimulai dari yang paling mudah hingga yang paling sukar akan memerlukan pemahaman yang berkesinambungan. Apabila kesulitan di suatu konsep yang mendasar tidak segera diatasi, maka akan menimbulkan kesulitan untuk memahami konsep yang berikutnya. Dalam buku Pengembangan Tes Diagnostik karangan Suwarto 2013, Djamarah mengemukakan bahwa adanya kesulitan belajar siswa dapat dilihat dari gejala sebagai berikut: 1 menunjukkan prestasi belajar rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompok siswa di kelas; 2 hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan; 3 lambat dalam mengerjakan tugas-tugas; 4 sikap yang menunjukkan kurang wajar; 5 menunjukkan tingkah laku yang tidak seperti biasanya ditunjukkan kepada orang lain. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15

2. Komponen utama kesulitan belajar

Lovit 1989 seperti yang dikutip oleh Runtukahu Selpius Kandou 2014 mengemukakan beberapa komponen kesulitan belajar yang utama adalah sebagai berikut: a. Perhatian Perhatian adalah kemampuan untuk memilih stimulus rangsangan dari sekian banyak stimulus ia dapat belajar. Kesulitan belajar terkait respons pada stimuli apa saja yang dihadapinya. Jika siswa tidak mampu memilih stimulus yang menunjang belajar, ia tidak tahan belajar dan tidak dapat memusatkan perhatian pada belajar b. Mengingat memory Mengingat adalah kemampuan untuk meningkatkan apa yang telah didengar, dilihat, dan dialami waktu belajar. Kesulitan belajar biasanya kurang atau tidak mampu dalam mengingat kembali apa yang telah dipelajari. c. Persepsi Ketidakmampuan untuk mengerti melalui terjemahan simbol menyebabkan gangguan orientasi kiri-kanan, orientasi spasial, dan belajar motorik serta melihat satu objek secara menyeluruh walaupun yang disajikan adalah bagiannya. d. Berpikir Kesulitan utama dalam operasi kognitif ialah adanya kelainan dalam berpikir, seperti pemecahan masalah, pembentukan konsep, dan 16 asosiasi. Pemecahan masalah matematika membutuhkan kemampuan membuat analisis dan sintesis, yaitu perilaku yang dapat membantu anak mengadakan respons atau beradaptasi dengan situasi baru. Pembentukan suatu konsep sangat tergantung pada kemampuan mengklasifikasi objek dan peristiwa. e. Bahasa Kelainan jenis ini banyak ditemukan pada anak berkesulitan belajar yang tidak dapat berbicara dan tidak dapat mengadakan respons terhadap suatu perintah atau pernyataan verbal seperti yang dilakukan anak-anak normal.

3. Klasifikasi Kesulitan Belajar

Abdurrahman 2009 mengemukakan bahwa secara garis besar kesulitan belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok, yaitu: a. Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan developmental learning disabilities Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan mencakup gangguan motorik dan persepsi, kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, dan kesulitan belajar dalam penyesuaian perilaku sosial. Kesulitan belajar yang bersifat perkembangan umumnya sukar diketahui baik oleh orang tua maupun oleh guru karena tidak ada pengukuran-pengukuran yang sistematik seperti halnya dalam bidang akademik. Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan sering tampak sebagai kesulitan belajar yang disebabkan oleh tidak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17 dikuasainya keterampilan prasyarat, yaitu keterampilan yang harus dikuasai lebih dahulu agar dapat menguasai bentuk keterampilan berikutnya. b. Kesulitan belajar akademik academic learning disabilities Kesulitan belajar akademik menunjuk pada adanya kegagalan- kegagalan pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Kegagalan-kegagalan tersebut mencakup penguasaan keterampilan dalam membaca, menulis, danatau matematika. Kesulitan belajar akademik dapat diketahui oleh guru atau orang tua ketika anak gagal menampilkan salah satu atau beberapa kemampuan akademik.

4. Jenis dan tingkat kesulitan yang dihadapi siswa

Kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa bervariasi tingkat dan jenisnya. Entang 1984 menjelaskan jenis dan tingkat kesulitan yang dihadapi siswa, antara lain: a. Ada sejumlah siswa yang belum dapat mencapai tingkat ketuntasan tertentu akan tetapi hampir mencapainya. Siswa tersebut mendapat kesulitan dalam memantapkan penguasaan bagian-bagian yang sukar dari seluruh bahan yang harus dipelajarinya. b. Sekelompok atau beberapa siswa belum dapat mencapai tingkat ketuntasan yang diharapkan karena ada konsep dasar yang belum dikuasainya atau mungkin juga karena proses belajar yang ditempuhnya tidak cukup menarik atau tidak cocok dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18 karakteristik siswa yang bersangkutan. Siswa tersebut mendapat kesulitan dalam menempuh proses belajar yang harus dilaksanakannya. c. Secara konseptual siswa yang bersangkutan tidak menguasai bahan yang dipelajari secara keseluruhan. Tingkat penguasaan bahan ketuntasannya sangat rendah. Konsep-konsep dasar tidak dikuasainya, bahkan tidak hanya bagian yang sukar tidak difahaminya mungkin bagian-bagian yang sedang dan mudah tidak dapat dikuasainya dengan baik. Terhadap jenis tingkat kesulitan yang dihadapi siswa semacam ini perlu bantuan dan penanganan khusus dan individual.

5. Kesulitan belajar matematika

Jamaris Martini 2014 mengemukakan bahwa kesulitan yang dialami oleh anak yang berkesulitan matematika adalah sebagai berikut: a. Kelemahan dalam menghitung. Siswa tersebut melakukan kesalahan karena mereka salah membaca simbol-simbol matematika dan mengoperasikan angka secara tidak benar. b. Kesulitan dalam mentransfer pengetahuan. Siswa tidak mampu menghubungkan konsep-konsep matematika dengan kenyataan yang ada. c. Pemahaman bahasa matematika yang kurang. Sebagian siswa mengalami kesulitan dalam membuat hubungan-hubungan yang bermakna matematika seperti yang terjadi dalam memecahkan 19 masalah hitungan soal yang disajikan dalam bentuk cerita. Pemahaman tentang cerita perlu diterjemahkan ke dalam operasi matematika yang bermakna. d. Kesulitan dalam persepsi visual. Siswa mengalami kesulitan dalam memvisualisasikan konsep-konsep matematika yang membutuhkan kemampuan dalam menggabungkan kemampuan berpikir abstrak dengan kemampuan persepsi visual, misalnya dalam menentukan bentuk yang akan terjadi apabila tiga gambar W W W dirotasi.

D. Diagnosis Kesulitan Belajar

Diagnosis kesulitan belajar adalah proses menentukan jenis dan penyebab kesulitan serta alternatif strategi pengajaran remedial yang efektif dan efisien. Abdurrahman, 2009

1. Prinsip diagnosis

Ada beberapa prinsip diagnosis yang perlu diperhatikan oleh guru bagi anak berkesulitan belajar. Menurut Abdurrahman 2009 prinsip-prinsip tersebut adalah : a. Terarah pada perumusan metode perbaikan. Diagnosis hendaknya mengumpulkan berbagai informasi yang bermanfaat untuk menyusun suatu program perbaikan atau program pengajaran remedial. 20 b. Efisien Diagnosis kesulitan belajar sering berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Hal semacam ini dapat menjemukan, sehingga dapat berpengaruh buruk terhadap motivasi belajar anak. Diagnosis hendaknya berlangsung sesuai dengan derajat kesulitan anak. c. Menggunakan catatan kumulatif dan memperhatikan berbagai informasi yang terkait. Catatan kumulatif dibuat sepanjang tahun kehidupan anak di sekolah. Catatan semacam itu dapat memberikan informasi yang sangat berharga dalam pengajaran remedial. Informasi tersebut dapat digunakan sebagai landasan untuk menentukan pengelompokan yang sesuai dengan tingkat kesulitan belajar anak. d. Valid dan reliabel Dalam melakukan diagnosis hendaknya digunakan instrumen yang dapat mengukur apa yang seharusnya diukur valid dan instrumen tersebut hendaknya juga yang dapat diandalkan reliable. Informasi yang dikumpulkan hendaknya hanya yang tepat, yang dapat dijadikan landasan dalam menentukan program pengajaran remedial. e. Penggunaan tes baku kalau mungkin Tes baku adalah tes yang telah dikalibrasi, yaitu tes yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Berbagai tes psikologis terutama tes inteligensi umumnya merupakan tes baku yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Tetapi tidak demikian halnya dengan tes prestasi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21 belajar yang umunya dibuat guru. Di Indonesia tes prestasi belajar yang baku masih merupakan barang langka, lebih-lebih yang dapat digunakan untuk mendiagnosis kesulitan belajar. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena menyusun tes baku lebih sulit dan memerlukan biaya tinggi dibandingkan dengan tes hasil belajar biasa. f. Penggunaan prosedur informal Guru hendaknya memiliki perasaan bebas untuk melakukan evaluasi dan tidak terlalu terikat secara kaku oleh tes baku. Di negara yang masih belum banyak dikembangkan tes baku, hasil observasi guru memegang peranan yang sangat penting untuk menegakkan diagnosis kesulitan belajar anak. Dari observasi informal sering dapat diperoleh informasi yang bermanfaat bagi penyusunan program pengajaran remedial. g. Kuantitatif Keputusan-keputusan dalam diagnosis kesulitan belajar hendaknya didasarkan pada pola-pola sekor atau dalam bentuk angka. Bila informasi tentang kesulitan belajar telah dikumpulkan, maka informasi tersebut harus disusun sedemikian rupa sehingga sekor- sekor dapat dibandingkan. Hal ini sangat berguna untuk mengetahui kesenjangan antara potensi dengan prestasi belajar anak saat pengajaran remedial akan dimulai. Informasi yang kuantitatif juga memungkinkan bagi guru untuk mengetahui keberhasilan pengajaran remedial yang diberikan kepada anak. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22 h. Berkesinambungan Kadang-kadang anak gagal mencapai tujuan pengajaran remedial yang telah dikembangkan berdasarkan hasil diagnosis. Dalam keadaan semacam ini perlu dilakukan diagnosis ulang untuk landasan penyusunan program pengajaran remedial yang lebih efektif dan efisien. Dengan demikian, diagnosis dilakukan secara berkesinambungan untuk memperbaiki atau meningkatkan efektivitas dan efisiensi program pengajaran remedial.

2. Prosedur dan teknik diagnosis

Langkah-langkah pokok prosedur dan teknik diagnosis kesulitan belajar menurut Entang 1984 antara lain sebagai berikut:

a. Langkah 1: Identifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar.

Langkah yang dapat ditempuh dalam mengidentifikasi siswa yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar yaitu: menandai siswa dalam satu kelas atau satu kelompok yang diperkirakan mengalami kesulitan dalam belajar baik yang sifatnya umum maupun yang sifatnya lebih khusus dalam mata pelajaran tertentu; atau dengan teknik-teknik meneliti nilai ujian yang tercantum dalam catatan akademik, menganalisis hasil ujian dengan melihat tipe kesalahan yang dibuatnya, observasi pada saat pembelajaran, memeriksa buku catatan pribadi, dan melaksanakan sosiometris untuk melihat hubungan sosial psikologis yang terdapat pada para siswa. 23

b. Langkah 2: Melokalisasikan letaknya kesulitan permasalahan.

Setelah menemukan kelas atau individu siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar, maka selanjutnya yang perlu ditelaah adalah: 1 Dalam mata pelajaran bidang studi manakah kesulitan itu terjadi. Hal ini bisa dilakukan dengan mendekati kesulitan belajar pada bidang studi tertentu, sehingga menjawab persoalan apakah kesulitan itu terjadi pada beberapa atau hanya salah satu bidang studi tertentu saja. 2 Pada kawasan tujuan belajar aspek perilaku yang manakah kesulitan itu terjadi. Burton mengatakan bahwa pada langkah ini pendekatan yang paling tepat kalau ada seyogyanya menggunakan tes diagnostik. Test diagnostik itu pada hakekatnya adalah tes prestasi belajar TPB atau THB. Dengan demikian dalam keadaan belum tersedia tes diagnostik yang khusus dipersiapkan untuk keperluan ini, maka analisa masih tetap dapat dilakukan dengan menggunakan naskah jawaban ujian tengah semester atau akhir semester. 3 Pada bagian ruang lingkup bahan yang manakah kesulitan itu terjadi. 4 Dalam segi-segi proses belajar manakah kesulitan itu terjadi. Hal ini bisa dilakukan dengan beberapa strategi pendekatan, yaitu dengan pelaksanaan pengumpulan informasi dalam 24 mengidentifikasi permasalahan dapat dilakukan dengan cara evaluasi reflektif, formatif, dan sumatif, atau dengan desain pre- post-test dan bisa dilakukan dengan tes diagnostik.

c. Langkah 3: Lokalisasi jenis faktor dan sifat yang menyebabkan

mereka mengalami berbagai kesulitan. Secara garis besar penyebab kesulitan dapat timbul dari dua hal yang berasal dari dalam diri dan luar diri individu, yaitu: 1 Faktor internal yaitu faktor yang berada dan terletak pada diri murid itu sendiri. Hal ini antara lain mungkin disebabkan oleh : a Kelemahan mental, faktor kecerdasan, intelegensi, atau kecakapanbakat khusus tertentu yang dapat diketahui melalui test tertentu. b Kelemahan fisik, pancaindera, syaraf, kecacatan, karena sakit dan sebagainya. c Gangguan yang bersifat emosional. d Sikap dan kebiasaan yang salah dalam mempelajari bahan pelajaran-pelajaran tertentu. e Belum memiliki pengetahuan dan kecakapan dasar yang dibutuhkan untuk memahami bahan lebih lanjut. 2 Faktor eksternal yaitu faktor yang datang dari luar yang menyebabkan timbulnya hambatan atau kesulitan. Faktor eksternal antara lain meliputi: 25 a Situasi atau proses belajar mengajar yang tidak merangsang murid untuk aktif antisifatif kurang kemungkinannya siswa belajar secara aktif “student active learning”. b Sifat kurikulum yang kurang fleksibel. c Ketidakseragaman pola dan standard administrasi. d Beban studi yang terlampau berat. e Metoda mengajar yang kurang memadai. f Sering pindah sekolah. g Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar mengajar. h Situasi rumah yang kurang mendorong untuk melakukan aktivitas belajar. Untuk mengenal faktor di atas dapat dipergunakan berbagai cara dan alat, antara lain: tes kecerdasan, tes bakat khusus, skala sikap baik yang sudah standard maupun yang secara sederhana bisa dibuat oleh guru, inventory, wawancara dengan murid yang bersangkutan, mengadakan observasi yang intensif baik di dalam maupun di luar kelas, wawancara dengan guru dan wali kelas, dan dengan orang tua atau teman-temannya bila dipandang perlu.

d. Langkah 4: Perkiraan kemungkinan bantuan.

Setelah mengetahui letak kesulitan siswa, jenis dan sifat kesulitan dengan latar belakangnya, faktor-faktor yang menyebabkannya, maka dapat diperkirakan: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26 a. Siswa tersebut masih mungkin ditolong untuk mengatasi kesulitannya atau tidak. b. Lama waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi kesulitan yang dialami siswa tertentu. c. Waktu dan tempat pertolongan itu dapat diberikan. d. Orang yang dapat memberikan pertolongan. e. Cara untuk menolong siswa agar dapat dilaksanakan secara efektif. f. Siapa saja yang harus dilihat sertakan dalam menolong mahasiswa tersebut.

e. Langkah 5: Penetapan kemungkinan cara mengatasinya.

Langkah yang kelima ini adalah langkah menyusun satu rencana atau beberapa alternatif rencana yang dapat dilaksanakan untuk membantu mengatasi kesulitan yang dialami siswa tertentu. Rencana ini hendaknya berisi: 1 Cara-cara yang harus ditempuh untuk menyembuhkan kesulitan yang dialami siswa tersebut. 2 Menjaga agar kesulitan yang serupa jangan sampai terulang. Ada baiknya rencana ini dapat didiskusikan dan dikomunikasikan dengan pihak-pihak yang dipandang berkepentingan yang kelak diperkirakan akan terlibat dalam pemberian bantuan kepada yang bersangkutan seperti penasehat akademis, guru, orangtua, pembimbing penyuluh dan ahli lain. 27

f. Langkah 6: Tindak lanjut Pelaksanaan Kegiatan Pemberian

Bantuan. Kegiatan tindak lanjut adalah kegiatan melakukan pengajaran remedial yang diperkirakan paling tepat dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Kegiatan tindak lanjut ini dapat berupa: 1 Melaksanakan bantuan berupa melaksanakan pengajaran remedial untuk mata pelajaran tertentu. 2 Membagi tugas dan peranan orang-orang tertentu gurudosen dalam memberikan bantuan kepada siswa dan kepada dosen yang sedang melaksanakan kegiatan pengajaran remedial. 3 Senantiasa mencek dan recek kemajuan siswa baik pemahaman mereka terhadap bantuan yang diberikan berupa bahan, maupun mencek tepat guna program remedial yang dilakukan untuk setiap saat diadakan revisi dan improvisasi. 4 Mentransfer atau mengirim referal case siswa yang menurut perkiraan kita tidak mungkin lagi ditolong karena di luar kemampuan dan wewenang guru maupun guru pembimbing atau penyuluh atau guru BK Bimbingan Konseling di sekolah. Transfer bisa dilakukan kepada orang atau lembaga lain psikolog, psikiater, lembaga bimbingan, lembaga psikologi, dan sebagainya yang diperkirakan akan lebih dapat membantu siswa yang dihadapi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28

3. Tes diagnostik

Tes diagnostik berguna untuk mengetahui kesulitan belajar yang dihadapi siswa, termasuk kesalahan pemahaman konsep. Tes diagnostik dilakukan apabila diperoleh informasi bahwa sebagian besar siswa gagal dalam mengikuti proses pembelajaran pada mata pelajaran tertentu. Dengan demikian tes diagnostik sangat penting dalam rangka membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar dan dapat diatasi dengan segera apabila guru atau pembimbing peka terhadap siswa tersebut. Hasil tes diagnostik memberikan informasi tentang konsep-konsep yang belum dipahami dan yang telah dipahami. Suwarto, 2013

a. Penaksiran Diagnostik

Menurut Nitko Brookhart seperti yang dikutip oleh Suwarto 2013 ada enam pendekatan penaksiran diagnostik terkait dengan masalah pembelajaran, antara lain: 1 Pendekatan profil kekuatan dan kelemahan kemampuan pada suatu bidang. Pendekatan ini digunakan untuk melaporkan profil kekuatan dan kelemahan siswa dalam mata pelajaran di sekolah. Suatu mata pelajaran sekolah dibagi ke dalam bagian-bagian, dimana masing-masing bagian dianggap sebagai ciri atau kemampuan yang terpisah. Penaksiran diagnostik ini sangat bermanfaat untuk membentuk kelompok-kelompok di kelas, yang 29 terdiri dari kelompok siswa-siswa kuat dan siswa-siswa yang lemah. 2 Pendekatan mengidentifikasi kekurangan pengetahuan prasyarat. Pendekatan ini mengeksplorasi apakah siswa-siswi tertinggal dikarenakan mereka tidak memiliki pengetahuan atau keahlian khusus yang dibutuhkan untuk memahami pelajaran yang akan datang. Caranya adalah dengan membuat suatu hierarki dari suatu target pembelajaran kemudian melakukan analisis untuk mengidentifikasi prasyarat-prasyarat yang harus dipahami oleh siswa. 3 Pendekatan mengidentifikasi target-target pembelajaran yang tidak dikuasai. Pendekatan ini memusatkan penaksiran pada target-target yang penting dan spesifik dari tujuan pembelajaran yang diharapkan. Tes-tes pendek dibuat untuk mengukur keberhasilan dari masing-masing target pembelajaran. Informasi-informasi diagnostik yang ingin diperoleh dari pendekatan ini adalah suatu daftar target pembelajaran yang sudah dikuasai atau tidak dikuasai. 4 Pendekatan pengidentifikasian kesalahan siswa. Tujuan pendekatan ini adalah untuk mengidentifikasi kekeliruan-kekeliruan siswa. Ketika guru mengidentifikasi dan mengklasifikasi kekeliruan siswa, selanjutnya guru dapat 30 memberi pelajaran remidi. Mewawancarai siswa adalah cara terbaik untuk menemukan banyak kekeliruan pada siswa dengan meminta siswa menjelaskan bagaimana cara menyelesaikan sebuah soal, menjelaskan mengapa menjawab seperti itu dan memberitahukan aturan untuk menyelesaikan suatu soal. 5 Pendekatan mengidentifikasi struktur pengetahuan siswa. Pendekatan ini dilakukan dengan mengidentifikasi struktur pengetahuan siswa dengan menggunakan peta konsep. Peta konsep adalah cara grafis untuk merepresentasikan bagaimana seorang siswa memahami hubungan konsep-konsep yang utama dalam materi pelajaran. 6 Pendekatan mengidentifikasi kompetensi untuk menyelesaikan soal cerita. Pendekatan ini berpusat pada pendiagnosisan apakah siswa memahami komponen-komponen soal cerita. Diagnosis di dalam pendekatan ini adalah untuk mengidentifikasi siswa yang tidak dapat menyelesaikan soal cerita dan apakah kekurangan mereka terletak pada pengetahuan linguistik dan faktual, pengetahuan skematis, pengetahuan strategis, atau pengetahuan algoritmis.

b. Macam-macam Tes Diagnostik

Beberapa macam tes diagnostik yang pernah digunakan menurut Suwarto 2013 antara lain: 31 1 Tes diagnostik dengan instrumen pilihan ganda. 2 Tes diagnostik dengan instrumen pilihan ganda yang disertai alasan. 3 Tes diagnostik dengan instrumen pilihan ganda yang disertai pilihan alasan. 4 Tes diagnostik dengan instrumen pilihan ganda dan uraian. 5 Tes diagnostik dengan instrumen uraian.

E. Remediasi

1. Pengertian remediasi

Remediasi dapat diartikan sebagai tindakan atau proses penyembuhan. Remediasi merupakan kegiatan bantuan untuk mengatasi kesulitan belajar siswa berdasarkan hasil diagnosis yang sudah dilakukan. Dalam hal kegiatan pembelajaran, kegiatan remediasi ini dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk memperbaiki pembelajaran yang kurang berhasil, kegiatan remediasi dilakukan dalam bentuk pengajaran remedial atau bimbingan individual. Pengajaran remedial remedial teaching bertolak dari konsep belajar tuntas mastery learning, yang ditandai oleh sistem pembelajaran dengan menggunakan modul. Pada tiap akhir kegiatan pembelajaran dari suatu unit pembelajaran, guru melakukan evaluasi formatif, dan setelah adanya evaluasi formatif itulah anak-anak yang belum menguasai bahan pelajaran diberikan pengajaran remedial, agar tujuan belajar yang telah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32 ditetapkan sebelumnya dapat dicapai. Dengan demikian, pengajaran remedial pada hakikatnya merupakan kewajiban bagi semua guru setelah mereka melakukan evaluasi formatif dan menemukan adanya anak yang belum mampu meraih tujuan belajar yang telah ditetapkan sebelumnya. Abdurrahman, 2009

2. Prinsip pengajaran remedial

Berbagai prinsip pengajaran remedial matematika menurut Abdurrahman 2009 antara lain: a. Menyiapkan anak untuk belajar matematika. Banyak anak berkesulitan belajar matematika yang penyebabnya adalah kurangnya kesiapan anak untuk mempelajari bidang studi tersebut. Oleh karena itu, diperlukan waktu dan tenaga untuk membangun kesiapan belajar agar anak tidak mengalami banyak masalah dalam bidang studi matematika. b. Maju dari konkret ke abstrak. Siswa dapat memahami konsep-konsep matematika dengan baik jika pengajaran mulai dari yang konkret ke abstrak. Pada tahapan konkret, siswa memanipulasi berbagai objek nyata dalam belajar keterampilan. Pada tahap abstrak, siswa dapat menggantikan gambar atau simbol grafis. 33 c. Menyediakan kesempatan untuk berlatih dan mengulang. Jika siswa dituntut untuk mampu mengaplikasikan berbagai konsep secara hampir otomatis, maka mereka memerlukan banyak latihan dan ulangan. d. Generalisasi ke situasi baru. Siswa memperoleh kesempatan yang cukup untuk menggeneralisasikan keterampilan mereka ke dalam banyak situasi. Tujuannya adalah untuk memperoleh keterampilan dalam mengenal dan mengaplikasikan operasi-operasi komputasional terhadap situasi baru yang berbeda-beda. e. Menyadari kekuatan dan kelemahan siswa. Sebelum membuat keputusan tentang teknik yang akan digunakan untuk mengajar siswa, guru harus memahami kemampuan dan ketidakmampuan siswa, termasuk penguasaan matematika dan operasi-operasi yang dapat dilakukan oleh siswa. f. Membangun fondasi yang kokoh tentang konsep dan keterampilan matematika. g. Menyajikan program matematika yang seimbang. Program matematika yang seimbang mencakup kombinasi antara tiga elemen, yaitu: konsep, keterampilan, dan pemecahan masalah. h. Penggunaan kalkulator. Kalkulator dapat digunakan setelah siswa memiliki keterampilan kalkulasi, dengan tujuan untuk menanamkan penalaran matematika. 34

3. Langkah-langkah pengajaran remedial

Menurut Entang 1984, pengajaran remedial merupakan langkah lanjutan dari kegiatan diagnosis kesulitan belajar dan memang kegiatan ini harus dilandasi kegiatan diagnosis. Langkah-langkah dalam melaksanakan kegiatan pengajaran remedial menurut Entang 1984, antara lain: a. Menelaah kembali siswa yang akan diberi bantuan. Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran yang lebih definitif tentang seorang siswa dengan permasalahan yang dihadapinya, kelemahan yang dideritanya, letak kelemahannya, faktor utama penyebab kelemahan tersebut apakah masih bisa ditolong guru atau memerlukan bantuan orang lain, berapa lama bantuan harus diberikan, kapan, oleh siapa, dan sebagainya. b. Melakukan alternatif tindakan. Kegiatan ini dilakukan setelah mendapatkan gambaran yang lengkap tentang siswa yang memerlukan bantuan. Merencanakan kegiatan alternatif tindakan ini dilakukan menyesuaikan dengan karakteristik kesulitan yang dihadapinya. Alternatif tindakan ini bisa berupa: 1 Mengulangi bahan yang telah diberikan dengan memberi petunjuk antara lain: a Tentang berbagai istilah yang harus dipahami yang terdapat dalam bahan bacaan. 35 b Menandai dan menunjukan bagian-bagian yang dianggap penting dan merupakan kelemahan bagi siswa yang bersangkutan. c Membuat pertanyaan-pertanyaan yang bermaksud mengarahkan siswa dalam mempelajari materi tersebut. d Memberi dorongan dan semangat untuk belajar. e Menyediakan bahan lain yang bisa dibaca agar mempermudah pemahaman terhadap bahan yang sedang dipelajari. f Menyediakan waktu untuk berdiskusi dan menjawab pertanyaan siswa bila mendapat kesulitan. 2 Mencoba alternatif kegiatan lain yang setara dengan kegiatan belajar-mengajar yang sudah ditempuhnya dan mempunyai tujuan yang sama baik yang sifatnya instruksional maupun efek pengiring. 3 Bila kesulitan belajar siswa yang bersangkutan bukan semata- mata kesulitan dalam belajar akan tetapi disebabkan juga karena hal lain seperti kesulitan belajar karena berlatar belakang sikap negatif terhadap guru, pelajaran dan situasi belajar, kebiasaan belajar yang salah atau masalah lain dalam hubungan dengan orang tua, teman sebayanya dan sebagainya, maka kepada siswa tersebut harus terlebih dahulu diberikan pelayanan bimbingan dan penyuluhan yang bersifat psikoterapi. Jika masalah ini sudah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36 dapat diatasi barulah dilaksanakan pengajaran remidial seperti pada butir a dan b. c. Evaluasi pengajaran remidial. Pada akhir kegiatan pengajaran remidial hendaknya dilakukan evaluasi kembali re-evaluasi sampai sejauh mana pengajaran remidial tersebut dapat meningkatkan prestasi mereka. Tujuan paling utama adalah dipenuhinya kriteria keberhasilan minimal yang diharapkan misalnya 75 taraf penguasaan level of mastery. Bila ternyata masih belum berhasil maka hendaknya dilakukan kembali diagnosis re-diagnosis, prognosis, dan pengajaran remidial berikutnya. Dan demikian daursiklus ini akan berulang terus.

4. Metode pengajaran remedial

Metode pengajaran remedial merupakan metode yang dilaksanakan dalam keseluruhan kegiatan bimbingan kesulitan belajar mulai dari langkah-langkah identifikasi kasus sampai dengan langkah tindak selanjutnya. Beberapa metode yang dapat digunakan dalam pelaksanaan pengajaran remedial seperti yang dikutip oleh Mulyadi 2010 yaitu: a. Pemberian Tugas Metode pemberian tugas ialah suatu metode yang dilakukan guru dengan memberikan tugas-tugas tertentu kepada murid baik secara kelompok maupun secara individual, kemudian mereka diminta pertanggungjawaban atas tugas-tugas tersebut. Metode pemberian tugas dapat juga digunakan dalam langkah mengenal kasus murid 37 yang mengalami kesulitan belajar disamping juga untuk mengenal jenis dan sifat kesulitan belajar. b. Diskusi Metode diskusi adalah sebagai suatu proses pendekatan dari murid dalam memecahkan berbagai masalah secara analitis ditinjau dari berbagai titik pandangan. Tujuannya adalah menemukan pemecahan masalah, suatu pertemuan pendapat yang disepakati bersama sebagai gambaran dari gagasan-gagasan terbaik yang diperoleh dari pembicaraan bersama. Dalam pengajaran remedial metode diskusi digunakan sebagai salah satu metode dengan memanfaatkan interaksi antar individu dan kelompok untuk memperbaiki kesulitan belajar dengan cara sekelompok murid yang menghadapi kesulitan sama secara bersama-sama mendiskusikan cara-cara pembuatan tugas. Dengan demikian murid dapat saling membantu memperbaiki kegiatan belajarnya. Peranan guru dalam diskusi adalah merangsang dan mengarahkan jalannya diskusi. c. Tanya Jawab Dalam pengajaran remedial metode tanya jawab dapat dilakukan dalam bentuk dialog antara guru dan murid yang mengalami kesulitan belajar. Metode tanya jawab selain sebagai bentuk bantuan, juga dapat digunakan sebagai langkah pengenalan kasus dan langkah diagnosis dalam keseluruhan proses pengajaran remedial. 38 d. Kerja Kelompok Metode kerja kelompok adalah penyajian dengan cara pemberian tugas-tugas untuk mempelajari sesuatu kepada kelompok-kelompok belajar yang sudah ditentukan dalam rangka mencapai tujuan. Dalam kerja kelompok yang terpenting adalah interaksi antara anggota kelompok dan dari interaksi ini diharapkan akan terjadi perbaikan pada murid yang mengalami kesulitan belajar. e. Tutor Sebaya Tutor sebaya adalah seorang murid yang ditunjuk dan ditugaskan untuk membantu murid tertentu yang mengalami kesulitan belajar. Murid yang dipilih sebagai tutor adalah murid yang tergolong dalam prestasi belajarnya baik dan mempunyai hubungan sosial yang baik dengan teman-temannya. Dalam pelaksanaan metode tutor sebaya, ternyata tutor ini dapat membantu teman-temannya baik secara individual maupun secara kelompok berdasarkan petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh guru. Tutor dapat berperan sebagai pemimpin dalam kegiatan kelompok dan dalam hal tertentu tutor dapat berperan sebagai pengganti guru. f. Pengajaran Individual Pengajaran individual adalah suatu bentuk proses belajar mengajar yang dilakukan secara individual, artinya dalam bentuk interaksi antara guru dengan seorang murid secara individual. Dengan pengajaran individual ini guru mempunyai banyak waktu untuk 39 memonitor kemajuan belajar murid, mendorong murid belajar lebih giat dan membantu secara langsung murid menghadapi kesulitan- kesulitannya.

F. Kubus dan Balok

c. Kubus

Kubus merupakan bangun ruang beraturan yang dibentuk oleh enam buah daerah persegi yang bentuk dan ukurannya sama kongruen. Gambar 1. Kubus ABCD.EFGH a. Bagian-bagian kubus Kubus terdiri dari beberapa bagian yang membentuk kubus, antara lain: 1 Sisi kubus Sisi kubus adalah suatu daerah persegi permukaan kubus yang membatasi bangun ruang kubus. Kubus terdiri dari enam sisi yang bentuk dan ukurannya sama. 2 Rusuk kubus Rusuk kubus adalah ruas garis yang merupakan perpotongan dua bidang sisi pada sebuah kubus. 40 3 Titik sudut Titik sudut kubus adalah titik pertemuan dari tiga rusuk kubus. 4 Diagonal sisi atau diagonal bidang Diagonal sisi kubus adalah ruas garis bukan rusuk yang menghubungkan dua titik sudut dalam satu bidang sisi. 5 Diagonal ruang Diagonal ruang adalah ruas garis bukan rusuk yang menghubungkan dua titik sudut yang tidak terletak pada satu sisi yang sama. 6 Bidang diagonal Bidang diagonal merupakan daerah persegi panjang yang dibatasi oleh dua rusuk sejajar yang tidak terletak pada satu sisi yang sama dan dua diagonal sisi yang sejajar. Gambar 2. Unsur-unsur kubus ABCD.EFGH bidang diagonal diagonal sisi diagonal ruang 41 b. Luas permukaan dan volume kubus Luas permukaan kubus adalah jumlah luas seluruh bidang permukaan kubus atau luas jaring-jaring kubus. Gambar 3. Luas permukaan kubus Jika panjang rusuk kubus adalah s, maka: Luas permukaan kubus = 6 x sisi kubus = 6 x s x s = 6s 2 Volume adalah ukuran untuk menyatakan besarnya ruangan yang diperlukan bagi suatu bangun ruang. Volume bisa juga disebut kapasitas, yaitu penghitungan seberapa banyak ruang yang bisa ditempati dalam suatu objekbangun ruang. Secara matematis, volume kubus adalah banyaknya kubus satuan yang dapat mengisi suatu kubus. Gambar 4. Volume kubus s s s 42 Jika panjang rusuk kubus adalah s, maka: Volume kubus = s x s x s = s 3

d. Balok

Balok merupakan bangun ruang beraturan yang dibentuk oleh tiga pasang daerah persegi panjang, yang masing-masing pasang sama bentuk dan ukurannya, dan letaknya saling berhadapan. Gambar 5. Balok ABCD.EFGH a. Bagian-bagian balok Seperti halnya dalam kubus, balok juga mempunyai bagian-bagian balok yaitu: 1 Sisi balok Sisi balok adalah suatu daerah persegi panjang permukaan balok yang membatasi bangun ruang balok. 2 Rusuk balok Rusuk balok adalah ruas garis yang merupakan perpotongan dua bidang sisi pada sebuah balok. 3 Titik Sudut Titik sudut balok adalah titik pertemuan dari tiga rusuk balok. 43 t 1 5 4 3 2 6 4 Diagonal sisi Diagonal sisi balok adalah ruas garis bukan rusuk yang menghubungkan dua titik sudut dalam satu bidang sisi balok. 5 Diagonal ruang Diagonal ruang adalah ruas garis bukan rusuk yang menghubungkan dua titik sudut yang tidak terletak pada satu sisi yang sama. 6 Bidang diagonal Bidang diagonal merupakan daerah persegi panjang yang dibatasi oleh dua rusuk sejajar yang tidak terletak pada satu sisi yang sama dan dua diagonal sisi yang sejajar. b. Luas permukaan dan volume balok Luas permukaan balok adalah jumlah luas seluruh bidang permukaan balok atau luas jaring-jaring balok. Gambar 6. Luas permukaan balok p l 44 p t l Jika panjang balok p, lebar balok l, dan tinggi balok t, maka: Luas permukaan balok = Jumlah luas sisi balok = Luas 1 + Luas 2 + Luas 3 +Luas 4 + Luas 5 + Luas 6 = l x t + p x t + p x l + p x t + l x t + p x l = 2p x l + 2p x t + 2l x t = 2 pl + pt + lt Volume adalah ukuran untuk menyatakan besarnya ruangan yang diperlukan bagi suatu bangun ruang. Volume bisa juga disebut kapasitas, yaitu penghitungan seberapa banyak ruang yang bisa ditempati dalam suatu objekbangun ruang. Secara matematis, volume balok adalah banyaknya kubus satuan yang dapat mengisi suatu balok. Gambar 7. Volume balok Volume balok = Luas alas x tinggi = p x l x t = p x l x t 45

G. Kerangka Berpikir

Dokumen yang terkait

analisis kesulitan beleaar dalam mengerjakan soal-soal akutansi pokok bahasan laporan keuangan pad siswa kelas 1.3 cawu 1 man 2 jember tahun ajaran 2000/2001

0 12 64

Hubungan antara persepsi dan motivasi belajar fisika dengan hasil belajar fisika pokok bahasan energi siswa kelas 1 cawu III SLTP Negeri 3 Jember tahun ajaran 2001/2002

0 4 69

Identifikasi miskonsepsi materi biologi kelas II semester 1 pada siswa SMP negeri di kecamatan Kencong tahun ajaran 2003/2004

2 6 94

Identifikasi miskonsepsi dalam pembelajaran IPA ruang lingkup materi dan sifatnya di SMP Joannes Bosco Yogyakarta kelas VIII tahun ajaran 2014-2015

1 5 9

Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dan hasil belajar siswa melalui pokok bahasan pesawat sederhana di SMP Negeri-4 kelas VIII semester II Palangka Raya tahun ajaran 2015/2016 - Digital Library IAIN Palangka Raya

1 1 185

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi pokok tekanan kelas VIII semester II MTsN 2 Palangka Raya tahun ajaran 2014/2015 - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 12

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi pokok tekanan kelas VIII semester II MTsN 2 Palangka Raya tahun ajaran 2014/2015 - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 29

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi pokok tekanan kelas VIII semester II MTsN 2 Palangka Raya tahun ajaran 2014/2015 - Digital Library IAIN Palangka Raya

1 1 21

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) menggunakan peta konsep terhadap hasil belajar siswa pada materi struktur dan fungsi tubuh tumbuhan di Kelas VIII MTs Miftahul Jannah Palangka Raya tahun ajaran 2015/2016

1 0 16

Diagnosis kesulitan belajar matematika SMP

2 2 64