1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut Crow Crow 1958 yang dikutip oleh Rohmah Noer 2012, menyatakan bahwa belajar adalah memperoleh kebiasaan-
kebiasaan, pengetahuan, dan sikap. Kebiasaan, pengetahuan, dan sikap yang diperoleh merupakan hasil dari belajar dan sifatnya relatif menetap dalam
diri individu yang belajar. Menurut Hintzman seperti yang dikutip oleh Syah Muhibbin 2008, belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri
organisme manusia atau hewan yang disebabkan oleh pengalaman. Jadi, belajar merupakan suatu proses atau kegiatan mengolah pengetahuan dan
pengalaman untuk memperoleh pengetahuan yang baru berdasarkan pengalaman, pengalaman manusia berinteraksi dengan orang lain atau
lingkungannya. Belajar menjadi landasan pokok dalam setiap usaha pendidikan.
Sebagai suatu proses, belajar mendapatkan tempat dan perhatian yang besar dalam dunia pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu sarana manusia
dalam belajar dan berlangsung dalam lingkungan pendidikan yaitu, keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Lembaga sekolah merupakan lembaga pendidikan sebagai tempat berlangsungnya proses pendidikan melalui kegiatan belajar mengajar antara
2
pendidik dan peserta didik. Proses pembelajaran yang terjadi adalah proses interaksi antara peserta didik dan pendidik yang memiliki peranan penting
untuk mencapai keberhasilan belajar yang optimal bagi peserta didik. Proses belajar mengajar di sekolah mengarah pada tujuan-tujuan pembelajaran
tertentu sesuai dengan mata pelajaran yang diberikan. Hasil dari belajar dapat dilihat dari keberhasilan belajar, berkembangnya pengetahuan dan
perubahan sikap peserta didik menuju ke arah yang lebih baik. Keberhasilan siswa dalam belajar ditandai dengan kriteria, salah
satunya yaitu belajar tuntas. Berdasarkan pernyataan Suwarto 2013, belajar tuntas merupakan suatu sistem belajar yang mengharapkan peserta
didik mencapai kompetensi atau sasaran yang sudah ditetapkan untuk dicapai peserta didik dalam waktu dan materi tertentu. Dalam hal ini, peserta
didik yang dikatakan lambat belajar atau pencapaiannya jauh dibawah kriteria belajar tuntas perlu mendapatkan perhatian, bimbingan, dan
kesempatan untuk dapat berkembang sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya sehingga dapat menguasai materi dengan baik. Beberapa sekolah
menerapkan kriteria ketuntasan belajar antara 70-80 dari kompetensi dasar yang ditetapkan. Biasanya di sekolah-sekolah menetapkan nilai
kriteria ketuntasan minimal KKM pada setiap mata pelajaran. Salah satunya SMP Kanisisus Sleman yang menetapkan nilai KKM yaitu 65
khusus untuk mata pelajaran matematika. Mata pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang
mengandung banyak konsep-konsep abstrak dan menggunakan pola pikir PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
deduktif dalam mempelajarinya sehingga matematika dinilai sebagai mata pelajaran yang sulit untuk dipelajari oleh peserta didik di sekolah.
Pelajaran matematika merupakan pelajaran yang pokok dan wajib dipelajari di setiap jenjang pendidikan mulai dari SD hingga perguruan
tinggi karena ilmu dasar matematika penting digunakan di dalam semua aspek
kehidupan. Materi
matematika yang
dipelajari sifatnya
berkesinambungan, dalam artian materi-materi dasar yang sudah dipelajari di sekolah dasar akan digunakan di jenjang pendidikan menengah pertama
dan menengah atas. Unsur matematika yang abstrak dan membutuhkan pengetahuan matematis yang kuat mengharuskan siswa untuk dapat
menguasai setiap pokok materi pembelajaran matematika dengan baik, supaya di jenjang-jenjang selanjutnya siswa tidak mengalami kesulitan.
Hasil observasi di SMP Kanisius Sleman pada bulan Mei 2016, menunjukan bahwa pembelajaran matematika di kelas VIII SMP Kanisius
Sleman berlangsung dengan baik. Pembelajaran matematika diampu oleh seorang guru matematika yang ramah dengan siswa dan selalu mengajarkan
budaya disiplin kepada siswa. Berdasarkan wawancara dengan beliau, siswa SMP Kanisius Sleman
heterogen dari segi kemampuan, keterampilan, dan tingkat kognitifnya. Pembelajaran tidak hanya meningkatkan pengetahuan, namun juga
pembentukan pribadi yang baik. Metode yang digunakan dalam pembelajaran matematika yaitu dengan latihan soal dan tanya jawab.
Metode ini sedikit mengarah pada metode problem solving, dimana siswa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
diminta untuk belajar berdasarkan masalah atau soal yang diberikan oleh guru.
Meskipun kegiatan pembelajaran terlihat baik dan lancar, pada saat mempelajari materi pokok bangun ruang beberapa siswa menyatakan
kesulitan dan banyak siswa yang hanya mengandalkan dengan menghafalkan rumus untuk menyelesaikan soal tentang bangun ruang,
misalnya rumus volume, luas permukaan, dan sebagainya. Hal ini membuat siswa menjadi kebingungan ketika mendapatkan soal yang menuntut
pemahaman siswa tentang bangun ruang atau soal aplikasi tentang bangun ruang sedangkan siswa hanya menghafalkan rumusnya saja sehingga
menyebabkan nilai siswa tidak sesuai harapan. Pada akhirnya tidak sedikit siswa yang mengeluh sulit, terlihat tidak minat mengerjakan soal, dan ada
yang hanya menunggu jawaban dari teman ketika diberikan soal. Namun, ada juga beberapa siswa yang bersemangat dalam pembelajaran, terlihat
aktif menjawab pertanyaan guru dan mau mengerjakan soal, tetapi nilai tesnya dibawah KKM.
Dalam pembelajaran matematika sebagian besar siswa mendapatkan nilai dibawah KKM di setiap tes evaluasi pembelajaran, namun juga ada
beberapa siswa yang nilainya jauh diatas KKM. Hal ini ditunjukkan dari hasil ujian tengah semester dan ujian akhir semester yang menunjukkan
bahwa siswa yang tuntas hanya 15 - 25 atau 3 – 5 orang saja di setiap
kelasnya, dan sebagian besar siswa terdaftar mengikuti remidi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Bagi siswa yang nilainya belum tuntas atau belum mencapai nilai KKM upaya yang dilakukan guru adalah dengan mengadakan remidi.
Kegiatan remidi biasa dilakukan untuk memperbaiki nilai tes atau memperbaiki nilai rapot, sehingga remidi ini diadakan setelah tes akhir
semester. Remidi yang dilakukan adalah dengan meminta siswa mengerjakan kembali soal tes tersebut sehingga siswa diharapkan
mendapatkan nilai yang lebih baik atau mencapai KKM. Kegiatan remidi bertujuan untuk membantu siswa mencapai
keberhasilan belajar atau mencapai ketuntasan belajar yang diharapkan berdasarkan kemampuan yang dimiliki siswa. Oleh karena itu, kegiatan
remidi baiknya dilakukan oleh guru saat setelah diketahui beberapa siswa tidak tuntas atau sebagian besar gagal dalam mempelajari suatu materi. Hal
ini dilakukan melalui sebuah pembelajaran remedial atau bimbingan individual dengan metode yang sesuai bagi siswa.
Banyaknya siswa yang tidak tuntas dalam mempelajari materi matematika bisa menjadi indikasi bahwa siswa mengalami kesulitan belajar
matematika. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Diagnosis dan Remediasi Kesulitan Belajar Siswa Kelas VIII
A SMP Kanisius Sleman Tahun Ajaran 20152016 Pada Pokok Materi Kubus dan Balok
.” untuk mengetahui berbagai kesulitan yang dialami oleh siswa pada materi kubus dan balok, mengetahui sebab-sebab siswa
mengalami kesulitan tersebut, serta upaya yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan tersebut.
6
B. Identifikasi Masalah