Kromatografi lapis tipis KLT

plastik. Fase gerak akan bergerak sepanjang fase diam diam karena pengaruh kapiler pada pengembangan secara menaik ascending, atau karena pengaruh gravitasi pada pengembangan secara menurun descending Gandjar dan Rohman, 2007. Pemisahan pada KLT akan optimal apabila penotolan sampel dilakukan dengan ukuran bercak sekecil dan sesempit mungkin sehingga menghasilkan resolusi yang baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penotolan secara otomatis lebih dipilih daripada penotolan manual bila jumlah sampel lebih dari 15 μl. Penotolan sampel yang tidak tepat akan menyebabkan bercak menyebar dan puncak ganda Gandjar dan Rohman, 2007. Bercak hasil pemisahan pada KLT umumnya merupakan bercak yang tidak berwarna. Oleh karena itu, beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mendeteksi bercak antara lain: 1. Menyemprot lempeng KLT dengan reagen kromogenik yang akan bereaksi secara kimia dengan solut yang mempunyai gugus fungsi tertentu sehingga bercak menjadi berwarna khas. 2. Mengamati lempeng di bawah sinar ultraviolet pada panjang gelombang 254 atau 366 untuk menampakkan solut sebagai bercak yang gelap atau bercak yang berfluorosensi terang pada dasar yang berfluoresensi seragam. 3. Menyemprot lempeng dengan asam sulfat pekat atau asam nitrit pekat lalu dipanaskan untuk mengoksidasi solut-solut organik sehingga akan tampak bercak hitam hingga kecoklatan. 4. Melakukan scanning lempeng hasil pemisahan menggunakan instrumen densitometer. Solut yang mampu menyerap sinar akan dicatat sebagai peak oleh recorder Gandjar dan Rohman, 2007.

2. Kromatografi kolom

Kromatografi kolom merupakan metode pemisahan dengan menggunakan kolom gelas diisi dengan adsorbent yang dilewatkan oleh desorbent berupa larutan campuran. Masing-masing komponen akan dipisahkan dalam kolom yang diatur dengan afinitas adsorpsi setiap komponen Lazo, 1999. Solven murni dapat digunakan untuk mengelusi semua komponen. Selain itu, sistem gradien pelarut juga digunakan. Pada elusi gradien, polaritas sistem solven ditingkatkan secara perlahan dengan meningkatkan konsentrasi solven ke tingkat yang lebih polar. Pemilihan eluen tergantung pada jenis adsorben yang digunakan dan kemurnian senyawa yang dipisahkan. Pelarut harus mempunyai kemurnian yang tinggi. Keberadaan pengganggu seperti air, alkohol, atau asam pada solven yang kurang polar mampu mengganggu aktivitas adsorben Braithwaite dan Smith, 1995.

G. Keterangan Empiris

Bunga kenanga telah digunakan sebagai bahan baku kosmetik tradisional. Dari penelitian ini ingin diketahui komponen senyawa dalam bunga kenanga yang memiliki aktivitas penangkap radikal bebas DPPH, UV protection, dan antibakteri serta mengetahui golongan senyawa yang bertangung jawab terhadap aktivitas tersebut. 16 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksploratif.

B. Bahan dan Materi Penelitian

1. Bahan penelitian

a. Bahan utama berupa bunga kenanga yang berasal dari Boyolali, Jawa Tengah. b. Bahan kimia yang digunakan meliputi DPPH pro analitik dan �-karoten pro analitik yang berasal dari Sigma Chem. Co., USA. n-heksana, etanol, metanol, kloroform, NaCl, barium klorida, dan asam sulfat pro analitik yang berasal dari Merck, Jerman. Akuades berasal dari Brataco Chemica. Reagen Dragendorff, alumunium chloride, ferric chloride, sitroborat, iod, vanilin sulfat berasal dari Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia Universitas Sanata Dharma. Silika gel 60 F 254 for thin layer chromatography dan silika gel 60 0,040-0,063 mm for column chromatography dari Merck, Jerman. Bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli ATCC 25922 yang berasal dari Laboratorium Balai Kesehatan Yogyakarta. Amoksisilin berasal dari PT. Indofarma. Trypticasein soy broth TSB berasal dari Agarindo Biological Company , dan agar No.1 diperoleh dari Oxoid.