15. Bagan alur penelitian
Bunga kenanga
Simplisia bunga kenanga
Ekstrak bunga kenanga
Ekstrak bebas klorofil Uji kualitatif aktivitas
penangkapan radikal bebas DPPH, UV protection dan
antibakteri
Isolat Diketahui bercak KLT ekstrak
bunga kenanga yang aktif
Uji kualitatif aktivitas penangkapan radikal bebas
DPPH, UV protection dan antibakteri
Proses pembuatan simplisia
Ekstraksi : -
Maserasi -
Penyaringan -
Pemekatan
Kromatografi kolom step gradien
Penghilangan klorofil
Golongan senyawa
Identifikasi Isolat aktif
Identifikasi
Golongan senyawa
32
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Determinasi Sampel
Determinasi sampel dilakukan di Bagian Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada. Tujuan dilakukan determinasi sampel adalah
untuk memastikan kebenaran identitas sampel yang digunakan sehingga menghindari kesalahan analisis dalam fitokimia. Hasil determinasi menunjukkan
bahwa tanaman yang digunakan adalah Cananga odorata Lmk. Hook.F. Thoms. dan dikenal dengan nama lokal bunga kenanga.
B. Pengumpulan dan Penyiapan Bahan
Bunga kenanga yang digunakan sebagai sampel penelitian berasal dari Boyolali, Jawa Tengah. Bunga kenanga dipanen pada bulan Juli waktu dini hari
dari pohon kenanga berumur 7 tahun dengan umur bunga 2 minggu. Pengambilan sampel berasal dari daerah yang sama untuk menghindari variasi kandungan kimia
tanaman yang disebabkan aspek lingkungan edafik, tempat tumbuh, geografis, cuaca, dan iklim.
Bunga kenanga yang dijadikan sebagai sampel penelitian memiliki karakteristik berwarna hijau semburat kuning yang menandakan bahwa bunga
kenanga tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua. Bila sampel yang digunakan terlalu tua maka dikhawatirkan metabolit sekunder yang terkandung pada sampel
sudah banyak berkurang, sedangkan bila sampel terlalu muda maka dikhawatirkan metabolit sekunder yang terkandung pada sampel masih belum sempurna.
Sampel bunga kenanga dipanen pada bulan Juli agar kandungan kimia pada sampel tetap maksimal sebab pemanenan yang ideal dilakukan pada musim
kemarau. Secara umum, metabolit sekunder pada tanaman yang dipanen pada musim kemarau akan terkandung lebih banyak daripada saat musim hujan.
Pemanenan bunga kenanga dilakukan pada dini hari untuk menghindari berkurangnya metabolit sekunder, sebab pada siang hari metabolit sekunder dapat
berkurang karena mengalami proses penguapan atau kerusakan senyawa karena paparan radiasi UV.
Selanjutnya sampel bunga kenanga dibuat dalam bentuk simplisia. Setelah pemanenan, dilakukan sortasi basah pada bunga kenanga. Sortasi basah dilakukan
dengan cara memisahkan sampel yang hendak diambil dengan bahan-bahan lain yang kemungkinan terdapat pada sampel, misalnya batang, daun, kerikil, serta
bagian tanaman dan bahan lain yang tidak diinginkan. Kemudian bunga kenanga dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan berbagai kotoran yang melekat
pada sampel. Setelah bersih, bunga kenanga diletakkan pada tampah yang terbuat dari anyaman bambu dengan ketebalan seminimal mungkin. Bunga kenanga lalu
dikeringkan dibawah sinar matahari. Tampah bambu diberi penutup kain hitam dengan sedikit sirkulasi udara dengan tujuan untuk meratakan pemanasan serta
menghindari kerusakan senyawa kimia akibat paparan langsung dengan sinar matahari. Pengeringan dihentikan saat bunga kenanga sudah kering yang dicirikan
dengan konsistensi rapuh dan mudah dipatahkan. Selanjutnya dilakukan sortasi
kering untuk memisahkan bunga kenanga dari pengotor yang kemungkinan melekat saat proses pengeringan atau pengotor yang belum dbersihkan pada
proses-proses sebelumnya. Simplisia yang dihasilkan disimpan pada amplop kertas yang diberi penambahan silika pengering dengan tujuan menghindari
adanya lembab.
C. Ekstraksi
1. Ekstraksi bunga kenanga
Prinsip ekstraksi adalah proses pengambilan senyawa-senyawa kimia yang semula berada dalam sel, ditarik oleh larutan penyari sehingga senyawa-senyawa
kimia berada dalam larutan penyari. Proses ekstraksi pada penelitian ini dilakukan dengan 2 tahap, yaitu simplisia diblender dengan larutan etanol 90 vv lalu
dilanjutkan dengan proses maserasi. Proses pemblenderan simplisia dilakukan untuk menyari langsung komponen minyak atsiri yang kemungkinan akan
menguap apabila dilakukan penyerbukan simplisia. Selanjutnya dilakukan dengan maserasi untuk memaksimalkan penyarian. Pada proses maserasi, cairan penyari
akan menembus dinding sel lalu masuk menembus rongga sel yang berisi senyawa kimia. Senyawa kimia tersebut akan larut dalam cairan penyari lalu
berdifusi keluar sel hingga terjadi kesetimbangan senyawa di dalam dan luar sel. Adanya shaker pada proses maserasi bertujuan untuk meningkatkan energi
mekanik sehingga seluruh serbuk hasil blender dapat terbasahi sehingga membantu proses difusi komponen senyawa.
Maserasi dipilih karena selain mudah dilakukan, metode ini tidak melibatkan pemanasan sehingga kerusakan komponen kimia pada sampel dapat
dihindari. Hal ini sangat mendukung proses isolasi karena proses ekstraksi komponen kimia tumbuhan dapat berjalan optimal. Larutan penyari yang
digunakan adalah etanol 90 vv. Tujuan digunakan penyari etanol 90 vv karena komposisi ini merupakan pelarut yang bersifat universal sehingga relatif
dapat menyari komponen kimia yang cenderung lebih nonpolar maupun polar. Setelah proses maserasi selesai, hasil maserasi disaring menggunakan kain
mori yang terlebih dulu dicuci dengan air mendidih yang bertujuan untuk menghilangkan komponen lilin yang melekat pada kain. Setelah itu filtrat disaring
kembali dengan kertas saring Whatman nomor 41 sebelum kemudian dipekatkan dengan vacuum rotary evaporator. Dengan alat ini, etanol yang digunakan
sebagai pelarut dapat diuapkan dan dikondensasikan kembali sehingga etanol dapat diperoleh kembali dan sudah terpisah dari ekstrak. Adanya pompa vakum
akan membuat tekanan pada sistem akan turun sehingga akan terjadi penguapan pelarut dibawah titik didih normal. Labu yang berputar pada proses ini berfungsi
untuk meratakan pemanasan sehingga proses penguapan pelarut dapat berjalan dengan baik. Hasil dari pemekatan dengan vacuum rotary evaporator adalah
ekstrak bebas penyari.
2. Susut pengeringan simplisia dan ekstrak bunga kenanga
C. odorata
Prinsip susut pengeringan adalah pengukuran sisa bahan setelah dilakukan pemanasan pada suhu 105°C hingga dicapai bobot tetap yang kemudian
dinyatakan dalam persen. Tujuan dilakukan susut pengeringan adalah untuk mengetahui batas maksimal besarnya senyawa yang hilang dari bahan akibat
pemanasan. Keuntungan menggunakan metode susut pengeringan adalah cepat, mudah, murah, dan hanya membutuhkan jumlah sampel yang sedikit.
Persentase yang diperoleh pada susut pengeringan simplisia dan ekstrak berturut-turut adalah 15,40 bb dan 24,61 bb. Berdasarkan monografi resmi
terbitan Departemen Kesehatan RI, persyaratan kadar air pada simplisia yang akan digunakan sebagai bahan baku obat adalah tidak lebih dari 10 bb. Karena
penelitian ini bertujuan untuk melakukan isolasi senyawa maka persentase susut pengeringan diatas dapat diterima. Selain itu metode susut pengeringan
merupakan metode yang tidak spesifik untuk pengukuran kadar air dan hanya memberikan batasan maksimal untuk total senyawa yang menguap selama
pemanasan. Sampel bunga kenanga memiliki banyak kandungan senyawa yang mudah menguap seperti minyak atsiri, sehingga bila diukur penetapan kadar air
dengan metode yang lebih spesifik akan memberikan persentase hasil yang lebih rendah. Hal ini menyimpulkan bahwa proses pembuatan simplisia sudah cukup
baik. Persentase susut pengeringan ekstrak yang didapatkan masih terlalu tinggi
sehingga menggambarkan masih banyak kandungan air pada ekstrak. Apabila kandungan air pada ekstrak terlalu tinggi maka ada kemungkinan terjadi reaksi
enzimatik yang membuat rusaknya senyawa kimia pada ekstrak. Rusaknya senyawa kimia pada ekstrak akan mengganggu proses isolasi. Oleh karena itu
dilakukan penguapan kadar air dengan perlakuan dimasukkan dalam desikator yang berisi batu gamping. Hasil yang diperoleh adalah berat ekstrak turun dari
691 g menjadi 625,1 g yang menunjukkan bahwa telah terjadi penguapan air