Catatan Penutup GENEALOGI WACANA

2.4. Catatan Penutup

Bertolak dari seluruh uraian pada bab II, masyarakat Ambon sedang diperhadapkan pada sebuah situasi dilematis. Kemunculan kembali adat mengandung konsekuensi paradoks. Pada satu sisi, upaya merevitalisasi budaya lokal dimaksudkan untuk tetap mempertahankan kelestarian adat dan masa depannya; akan tetapi pada waktu yang sama mendorong masyarakat Ambon jatuh dalam kendali wacana kekuasaan. Hegemoni kekuasaan dalam wacana kebangkitan adat muncul ketika adat dijadikan sebagai kendaraan politik. Status dan kekuasaan adat dilegitimasi oleh sejarah yang telah digariskan oleh para leluhur. Adat sebagai sebuah realitas simbolik mengikat setiap individu dan mengandung kekuasaan serta ternaturalisasi berdasarkan tradisi yang diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi. Adat memuat kondisi ketidakbebasan, kondisi kesadaran dan ketidaksadaran yang terjadi secara dialektik antara individu dan masyarakat serta berfungsi untuk membentuk dan mengatur praktik hidup masyarakat. 102 Ada semacam struktur kognitif atau habitus dalam pengertian Pierre Bourdieu yang mengikat individu-individu dalam masyarakat tanpa disadari keberadaannya. 103 Akibatnya wacana kekuasaan yang bercokol dalam adat tidak lagi disadari keberadaannya. 102 Bdk., Bagus Takwin 2003, Akar-akar ideologi: pengantar kajian konsep ideologi dari Plato hingga Bourdieu. Yogyakarta: Jalasutra, Hlm. 114 103 Bdk., Pierre Bourdieu 1984, The Logic of Practice, terj. Richard Nice dari judul asli Le sens pratique, Cambridge, Massachusetts: Harvard University Press, Hlm. 28 Adat sungguh sangat menempati posisi sentral dalam kehidupan sosial politik di Ambon. Adat sebagai sesuatu yang adiluhung dan memiliki kuasa untuk mengikat setiap individu di dalamnya. Akibatnya, kerja adat akan semakin diesensialkan dengan menafikan perbedaan-perbedaan dalam kehidupan bermasyarakat. Singkatnya, sesuatu yang dianggap tidak normal dalam koridor hukum adat sesungguhnya sangat rentang menggiring orang jatuh dalam kendali wacana kekuasaan.

BAB III KEBANGKITAN ADAT

DALAM PRAKTEK DAN WACANA ORANG AMBON Uraian bab III akan membahas mengenai praktek wacana kebangkitan adat di Ambon. Mula-mula akan diuraikan mengenai kelahiran wacana kebangkitan adat. Pembahasan mengenai kelahiran wacana kebangkitan adat akan ditempatkan dalam kaitannya dengan peristiwa konflik sebagai momentum kebangkitan adat. Uraian dilanjutkan dengan memperhatikan dinamika perluasan dan perkembangan wacana kebangkitan adat. Perluasan wacana kebangkitan adat ditandai oleh pergeseran orientasi pembicaraan masyarakat tentang adat. Pembicaraan mengenai adat tidak lagi sebatas konflik, melainkan meluas ke arah penguatan keistimewaan hak-hak penduduk lokal. Pada bagian akhir, saya akan membicarakan mengenai proses identifikasi diri dalam adat dengan melibatkan penduduk lokal Ambon maupun dan warga pendatang yang berdomisili di Ambon.

3.1. Momentum Kebangkitan Adat di Ambon

Sebelum membahas konten wacana, alangka baiknya untuk dipahami terlebih dahulu konteks kemunculan wacana. Konteks kemunculan wacana penting untuk diketahui agar memungkinkan kita memahami secara jelas ruang lingkup atau batasan wacana. Kapan dan bagaimana sebuah wacana muncul?