Catatan Penutup KEKUASAAN DAN SUBYEKTIVITAS

cara merepresentasikan mekanisme pengawasan panoptik yang membuat setiap individu orang Ambon sadar bahwa selalu berada dalam pengawasan dengan menjadi orang Ambon yang baik, patuh, dan setia terhadap aturan dan mekanisme adat. Dengan cara semacam ini, kekuasaan tidak lagi sesuatu yang negatif seperti larangan, hukuman, pemisahan, akan tetapi bersifat positif dengan tujuan untuk membentuk individu-individu yang patuh dan berguna.

4.3. Catatan Penutup

Bertolak dari seluruh penjelasan dalam bab ini beberapa poin penting dapat ditegaskan sebagai bentuk kesimpulan. Pertama, hubungan kekuasaan dalam wacana kebangkitan adat bekerja secara efektif melalui: loyalitas semu terhadap adat, menerima dan melaksanakan adat tanpa merasa perlu untuk dikritisi. Kondisi semacam ini ditempatkan dalam keseluruhan pembahasan mengenai rezim kebenaran adat. rezim kebenaran adat bekerja pula melalui cara orang Ambon memikirkan adat melalui dorongan dan rangsangan dari institusi- institusi adat dan para intelektual. Termasuk dengan bagaimana mengorganisir hubungan darah kebagai alat untuk melegitimasi hasrat berkuasa. Ironinya wacana kebangkitan adat bukan mencerminkan perjuangan adat, melainkan memperjuangkan kepentingan kelompok tertentu untuk berkuasa. Efek dari hubungan kekuasaan dalam konstruksi wacana kebangkitan adat Ambon justru bukan menempatkan orang Ambon sebagai subyek melainkan diobyektivasi melalui kerja akademis dan identitas imajiner yang ditawarkan melalui adat. Kuasa dalam wacana kebangkitan adat Ambon membangun kesadaran semua menjadi seorang anak adat dan orang Ambon yang ideal dengan taat terhadap adat. Dengan kata lain, sadar diri sebagai anak adat atau orang Ambon berarti taat terhadap adat.

BAB V PENUTUP

Penelitian mengenai wacana kebangkitan adat, secara khusus di Ambon merupakan salah satu upaya menyingkap hubungan kekuasaan dan konstruksi subyektivitas. Melalui penelitian ini saya mencoba untuk mempertanyakan kembali antusiasme banyak daerah di Indonesia, secara khusus masyarakat Ambon yang memilih untuk menghidupkan kembali “negeri” adat di seluruh wilayah Maluku. Dalam konteks itu, penelitian ini tidak berpretensi untuk mendukung atau menafikan perjuangan adat akan tetapi mencoba untuk mengembalikan adat pada tatanan wacana. Upaya ini secara sederhana merupakan upaya pembacaan kembali sejarah tentang adat yang mencuat dalam satu dasawarsa terakhir di Indonesia. Setelah melakukan penyelidikan secara mendalam pada masing-masing bab dalam tesis ini, saya ingin mengemukakan beberapa penegasan umum dalam bentuk kesimpulan terhadap apa yang telah dikemukakan sebelumnya. Sekaligus mengemukakan harapan saya untuk dipertimbangkan bersama berdasarkan pergumulan selama menggeluti topik ini. Paling tidak menginspirasikan para pembaca tesis ini untuk dipertimbangkan dalam studi-studi selanjutnya.