Konsep Wacana Kerangka Teoritik

selalu menyadari keberadaan hubungan kekuasaan yang selalu bercokol dalam praktek wacana tertentu yang selalu diterima begitu saja oleh masyarakat pada masa kini. Lantas apakah implikasinya dalam penelitian ini? Mengacu pada konsep genealogi seperti yang diperkenalkan oleh Michel Foucault, saya dimungkinkan dalam penelitian ini untuk: pertama, menyelidiki secara tepat kemunculan wacana kebangkitan adat di Indonesia dan Ambon; kedua, melacak sejarah keterlibatan institusi-insitusi kekuasaan dalam proses produksi wacana kebangkitan adat, secara khusus di Ambon; ketiga, membongkar cara berpikir yang terlalu mengesensialkan kebenaran dengan tujuan untuk menetang rezim kebenaran wacana kebangkitan adat di Ambon; keempat, menghancurkan otoritas pengetahuan akan kebenaran tunggal dalam wacana kebangkitan adat di Ambon agar memungkinkan masyarakat dapat mereimajinasikan diri dan pengetahuannya dalam kehidupan sosial politik masa kini. 17

1.6.2. Konsep Wacana

Wacana dalam perspektif Foucault sebenarnya mengakar dalam tradisi linguistik. Akan tetapi wacana dalam tradisi linguistik diboboti secara berbeda dengan menempatkan wacana sebagai “sistem representasi yang mengandung peraturan-peraturan dan praktik-praktik yang menghasilkan pernyataan- 17 Paulo Saukko 2003, Doing Research in cultural Studies: An Introduction to classical and New Methodological Approaches, London: Sage, Hlm. 116 pernyataan penuh makna dalam rentang sejarah tertentu”. 18 Menurut Foucault wacana adalah “kumpulan pernyataan yang menyediakan bahasa khusus untuk membicarakan tentang sesuatu; atau cara untuk merepresentasikan pengetahuan tentang sesuatu dalam rentang sejarah tertentu; atau wacana sebagai produksi pengetahuan melalui bahasa”. 19 Wacana memuat cara-cara tertentu dalam membicarakan, mendefenisikan apa yang diterima, dan menggungkapkan sesuatu tentang topik tertentu. Wacana merujuk pada dominasi pernyataan, kadang-kadang diperlakukan sebagai semacam kumpulan pernyataan invidualistik atau terkadang sebagai kumpulan pernyataan yang meregulasi praktik. 20 Dengan kata lain, wacana merujuk pada keseluruhan ucapan dan pernyataan yang mengandung makna dan efek. Artinya, wacana digunakan sebagai terminologi untuk menegasi kumpulan pernyataan individual yang terucap; sekaligus meregulasi praktik-praktik sosial yang mengandung pernyataan-pernyataan penuh makna, struktur dan aturan tidak tertulis yang menghasilkan ucapan dan pernyataan-pernyataan tertentu. 21 Wacana mengatur kumpulan pernyataan yang dikombinasikan dengan kumpulan pernyataan-pernyataan yang lain. Wacana diatur oleh kumpulan peraturan rasional dengan tujuan untuk mendistribusikan atau menyebarluaskan isi ucapan atau pernyataan-pernyataan tertentu. 18 Stuart Hall 1997, Representation: Cultural representations and signifying practices, London: Sage Inc, Hlm. 44 19 Ibid. 20 Sara Mills 2003, Michel Foucault, London New York: Routledge, Hlm. 53 21 Ibid., Hlm. 53 Wacana sebagai kumpulan pernyataan dan aturan dalam operasionalisasinya menargetkan kekuasaan. Wacana sangat berhubungan erat kekuasaan. Wacana adalah tempat di mana hubungan kekuasaan dan subyektivitas diproduksi. Kekuasaan yang diproduksi dalam wacana selalu bersifat dinamis dan bergerak secara terus-menerus mengikuti dinamika perkembangan dan perluasan wacana. Dinamika perkembangan wacana pada akhirnya menyebabkan terjadinya ledakan wacana discursive explosion. Bahkan menurut Foucault di sekitar wacana justru terjadi proliferasi wacana proliferation of discourses akibat dorongan atau rangsangan institusional untuk membicarakan sesuatu. 22 Wacana dipahami juga sebagai cara membicarakan kebenaran. Kebenaran berfungsi untuk mengatakan tentang sesuatu, menulis tentang sesuatu, dan berpikir tentang sesuatu. Akan tetapi Foucault mengingatkan agar perlu hati-hati sebab klaim kebenaran justru mengakar pada pengetahuan untuk mengatakan tentang kebenaran tertentu. Ironinya, tanpa disadari justru kebenaran yang mengakar pada pengetahuan itulah yang merupakan manifestasi dari wacana kekuasaan. Dengan kata lain, pengetahuan adalah kekuasaan yang berfungsi untuk menaklukan, menguasai, atau mendefenisikan orang lain. Mengacu pada konsep wacana semacam ini, dalam implementasinya saya dimampukan untuk: pertama, menyelidiki pola pikir masyarakat dalam membicarakan atau mengkonsepkan adat sejak kemunculannya pada 1998; kedua, memberikan batasan yang jelas terhadap polemik terkait kemunculan adat dalam 22 Michel Foucault 1976, The History of Sexuality, Terj. Robert Hurley dari judul asli Histoire de la sexualité, New York: Pantheon Books, Hlm. 18 penelitian ini. Hal ini dilakukan dengan cara melokalisir pembicaraan masyarakat mengenai adat dalam rentang waktu kemunculannya sejak runtuhnya rezim Orde Baru Suharto sejak 1998 dan secara khusus dalam lokalitas Ambon sejak peristiwa konflik pada 1999; ketiga, melakukan pembacaan ulang terhadap kebenaran sejarah kebangkitan adat di Ambon. Terutama terkait kebenaran akan signifikansi kebangkitan adat di Ambon yang diterima begitu saja oleh masyarakat tanpa merasa perlu untuk dipertanyakan kembali. 23

1.6.3. Konsep Kekuasaan-Pengetahuan