Teknik Pengumpulan Data. Landasan Teori
24
masyarakat sekitar Danau Toba sebagai gunung sakral, yang mampu memberikan perlindungan dan berkah bagi mereka yang mengunjungi dan melantunkan doa di
sana. Bagi masyarakat Batak Toba, bencana lebih dikaitkan dengan persoalan
kelestarian alam dan dampak perusakan hutan, serta perubahan sosial, daripada bencana yang diakibatkan oleh letusan gunung atau gempa. Persoalan yang
diakibatkan oleh alam akan ditafsir sebagai siklus lingkungan yang biasa. Persoalan bencana alam pun tidak terlalu banyak berdampak pada identitas Batak
Toba. Hal inilah yang sedikit berbeda jika bencana disebabkan oleh dunia “industri” atau dalam bahasan bab ini, adalah bencana yang diakibatkan oleh
PT.IIU. Salah satu unsur lingkungan yang mendapat posisi vital atau penting
dalam masyarakat Batak Toba adalah tanah. Tanah dalam kehidupan masyarakat Batak Toba meliputi beberapa dimensi hidup bagi masyarakat Batak Toba. Hal
inilah yang akan penulis deskripsikan dalam pembahasan berikut ini. Eratnya keterkaitan orang batak dengan tanah, secara implisit tersirat
dalam alam pikiran dan cita-cita hidup masyarakat Batak Toba yang mendasari seluruh aspek kehidupannya. Bagi orang Batak Toba, misalnya cita-cita itu ialah
mencari hamoraon kekayaan, hasangapon kehormatan, dan Hagabeon keturunan inherent dengan unsur tanah Simanjutak, dkk. 2015: 3.
4
Inherent yang dimaksud tentulah keterlibatan tanah dalam menggapai cita-cita manusia
Batak. Manifestasinya sendiri dapat diwujudkan dengan beragam cara. Cita-cita hamoraon terkait tanah sebagai produksi ekonomi keluarga. Hasangapon sendiri
dapat dicapai dengan tetap mempertahankan tanah leluhur kepada generasi berikutnya.
Selain itu, mitologi kehidupan orang Batak dilukiskan seperti sebuah pohon harihara pohon beringin yang menjulang tinggi dari benua bawah hingga
benua atas yang dinamakan juga harihara sundung di langit. Pohon inilah yang
4
Bungaran. A. Siamanjuntak, dkk. Karakter Batak: Masa Lalu, Kini, dan Masa Depan 2015. Buku ini berisi ulasan tentang perubahan karakter masyarakat Batak dari dulu hingga sekarang.
25
diyakini sebagai simbol dari dewata tertinggi dalam menyatukan segala kehidupan dan mewakili segala tata tertib. Nasib setiap orang tercatat pada pohon tersebut
dan semua kehidupan bersumber daripadanya.
5
Mitologi harihara selain menunjukkan relasi ke atas yang ditujukan kepada penghormatan kepada dewata
tertinggi, secara implisit, mitologi ini dapat diinterpretasi pada kelekatan pohon ini dengan tanah yang di bawahnya.
Selain mitologi ini, sebenarnya menurut penulis telah menjadi pandangan umum jika suatu komunitas adat, termasuk Batak Toba akan dihiasi serangkaian
kebudayaan yang melibatkan alam di dalamnya, mulai dari mitologi hingga simbol-simbol dalam upacara adat. Menurut penulis, hal inilah yang membuat
relasi manusia adat Batak Toba sangat dekat dengan unsur alam atau lingkungannya.
Salah satu yang bisa dilihat dari hubungan manusia Batak dengan alamnya tanah dapat dilihat dari mitologi Batak lainnnya. Dalam sistem keyakinan
masyarakat Toba yang tradisional, dikenal adanya konsep Ketuhanan, yakni Debata Mulajadi Nabolon. Dalam mitologinya juga terdapat unsur tanah di
dalamnya. Debata Mulajadi Nabolon sebagai dewa pencipta memerintahkan seorang puteri surga bernama Si Boru Deak Parujar turun ke benua tengah
dengan membawa sekepal tanah. Tanah itulah yang menjadi permulaan dari bumi ini.
6
Konsep benua tengah di atas merupakan salah satu kosmologi religi masyarakat Batak Toba. Dalam konsep ini dipercaya jika ada tiga banua benua,
yaitu banua ginjang Benua atas, banua tonga Benua Tengah: Bumi, dan banua toru Benua bawah. Dari mitologi ini dapat diperlihatkan jika asal muasal bumi
adalah “sekepal” tanah yang dibawa oleh Si Boru Deak Parujar. Oleh karenanya,
awal penciptaan bumi dan manusia Batak dimulai dari “sekepal” tanah ini. Selain mitologi ini, relasi manusia Batak dengan alamnya dapat dilihat
kembali pada penentuan tempat tinggal atau pendirian pemukiman huta manusia
5
ibid
6
Bungaran. A. Simanjuntak, dkk. op.cit, hlm. 35.